Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Jumat, 12 Juli 2013

732 Buruh SCI Batam Terlantar

Jumat, 12 July 2013  (sumber : Haluan Kepri
 
PT Tutup, Manajemen Kabur ke Filipina

BATAM CENTRE (HK) - Nasib sekitar 732 buruh PT Sun Creation Indonesia (SCI) yang berlokasi di Kawasan Industri Tunas, Batam Centre, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terkatung-katung. Sejak dua pekan terakhir, perusahaan pembuatan komponen elektronik tersebut menghentikan operasionalnya. Parahnya lagi, manajemen sudah kabur ke perusahaan satu grupnya di Filipina.

Wakil Ketua III Serikat Pekerja PUK PT SCI, Sugeng mengatakan, proses produksi PT SCI berhenti sejak 27 Juni 2013, karena pasokan material sudah dihentikan dan orderan (PO) permintaan barang dari customer sudah tidak ada. Kuat dugaan, masalah ini terjadi atas permintaan manajemen. Dimana, sebelum terhenti beroperasi, tiga hari sebelumnya, manajeman sudah meninggalkan Kota Batam.

"Sampai saat ini kami karyawan berjumlah 732 orang (523 sudah permanen dan 209 karyawan kontrak) merasa bingung. Kami ingin menanyakan kemana staf Jepang itu pergi tanpa konfirmasi dan manajemen di sini tidak mengetahui kepastian apakah PT SCI masih beroperasi atau tidak," kata Sugeng, usai mengadukan nasibnya ke Komisi IV DPRD Batam, bersama puluhan rekannya, Kamis (11/7).

Ia menjelaskan, PT SCI merupakan anak perusahaan dari group Taiyokoki Co.Ltd asal Jepang, bergerak di bidang "Coil Winding". Untuk di Indonesia (Batam), dipimpin oleh Kazaya Nakauchi selaku Presiden Direktur dan Rudi Hartanto selaku General Manager. Perusahaan ini sudah beroperasi sejak 13 tahun lalu atau pada tahun 2000.

Namun, lanjut Sugeng, PT SCI mulai Februari 2013 melakukan pengiriman equipment, seperti mesin, jig dan dokumen yang dimiliki ke PT ELSOL di Filipina, yang merupakan perusahaan satu group. Pada saat itu, kata Sugeng, sudah ada indikasi PT SCI akan dialihkan ke PT ELSOL. Dan puncaknya pada pengiriman mesin pioneer pada 20 Juni lalu, dimana pada saat itu, orderan lagi banyak. Tapi pengiriman mesin tetap dilakukan. Pengirimannya pun mendadak tanpa ada pemberitahuan.

"Setelah pengiriman mesin Pioneer itu, staf Jepang pergi dari Indonesia tanpa ada konfirmasi. Semua e-mail diblokir oleh perusahaan induk, Taiyokoki Group, kecuali tiga pengguna e-mail. E-mail General Manager, Accounting dan HRD," katanya.

Menurut Sugeng, karyawan hanya butuh kejelasan, bukan ditelantarkan seperti saat ini. Apalagi saat ini menjelang Lebaran Idul Fitri, dimana hak-haknya seperti tunjangan hari raya (THR) masih kabur. Sementara pihak manajemen perusahaan tidak bisa dihubungi sampai sekarang.

Zamzam, dari Bidang Informasi dan Hukum PUK PT SCI menambahkan, pihaknya sudah mencoba melakukan usaha untuk mengontak manajemen perusahaan, tapi tidak berhasil. Padahal, lanjut pria yang sudah bekerja selama lima tahun di PT SCI ini, karyawan hanya butuh kejelasan dan hak-hak mereka diberikan.

"Jadi PT SCI ini, perusahaan pindahaan. Dulunya di Batuampar. Saya masuk sudah di Tunas (Industri) lima tahun lalu. Di sana ada dua gedung milik SCI. Jadi yang kabur itu presiden direktur dan dua orang manager masing-masing gedung," kata Zamzam.

Usai melaporkan nasibnya kepada Komisi IV DPRD Batam, puluhan buruh itu bubar dengan tertib. Kebanyakan mereka datang dengan seragam pekerja dengan logo PT SCI.

Sementara, Manajer Kawasan Industri Tunas Batam Centre, Rudi mengaku, sampai saat ini belum mengetahui titik persoalan PT SCI apakah sudah tutup atau tidak. Sebab, manajemen perusahaan tersebut sampai saat ini belum ada memberikan konfirmasi kepada pihaknya selaku pengelola kawasan industri.

"Kami tidak tahu, itu tutup atau bagaimana. Sebab, sampai sekarang tidak ada konfirmasi ke kita. Namun, tim kita akan turun melihat, apa sebenarnya yang terjadi. Saya belum bisa menjawab lebih jauh, tunggu apa yang didapat timlah," kata Rudi.

Dihubungi terpisah, Kasubdit Humas dan Publikasi BP Batam Ilham Eka Hartawan, juga belum bisa berkomentar banyak terkait persoalan yang melanda PT SCI ini. Kata dia, sesuai aturan, perusahaan yang akan tutup di Batam, harus melapor ke BP Batam.

"Saya belum bisa berkomentar banyak. Sebab, belum ada laporan ke kita. Saya hubungi manajemen Tunas Industri, mereka  juga enggak tahu. Tapi, sekarang tim investasi kita juga sudah turun, untuk memastikan apa yang terjadi," kata Ilham.

Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam, Riki Sholiqin mengatakan, karena pihak manajemen tidak ada yang hadir, maka mediasi tidak bisa dilaksanakan. Komisi IV akan menjadwal ulang pertemuan antara manajemen dengan buruh. (lim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar