Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Jumat, 19 Maret 2010

Warga Ancam Sweeping PT SMOE





Written by madi
Jumat, 19 Maret 2010 (sumber Tribun Batam,versi asli)

Kurang Serap Tenaga Kerja Lokal

BATAM, TRIBUN - Warga Nongsa terutama yang berprofesi nelayan masih tetap memprotes reklamasi pantai untuk perluasan lokasi perusahaan shipyard PT Sembawang Mechanical Off-shore Engineering (SMOE). Mereka juga menuntut pihak perusahaan menerima lebih banyak warga lokal untuk bekerja.

Tuntutan warga ini sesuai janji perusahaan saat melakukan sosialisasi, beberapa waktu lalu. Saat itu di hadapan warga, perwakilan managemen perusahaan berjanji akan memprioritaskan tenaga kerja dari perkampungan sekitar perusahaan.

Warga merasa prihatin karena selama ini hanya sedikit warga dari Kampung Jabi, Kampung Teluk Bakau, Kampung Melayu, Kampung Pinggir, dan Kampung Panglong yang diterima bekerja di perusahaan galangan kapal tersebut.

“Kami punya data kok. Mana ada tenaga kerja yang mereka serap merupakan warga kami di Nongsa ini,” tegas Ketua RW 04 Kampung Jabi, Aminuddin, Kamis (18/3).
Dalam tiga tahun terakhir, kata Ami, ada sekitar 6.000 tenaga kerja yang diserap PT SMOE yang berlokasi di Kabil Industrial Estate (KIE). Namun sebagian besar diambil dari luar Nongsa seperti, Bengkong, Batu Aji, dan Tanjung Uncang.

“Setelah orang luar itu bekerja, baru mereka pindah ke kampung kami. Jadi bukan warga kami yang sebenarnya ditampung untuk bekerja,” tuding Ami.

Dia mengaku cukup kecewa karena PT SMOE mengaku merangkul penduduk sekitar sebagai tenaga kerja di perusahaan mereka. Untuk itu pihaknya akan mempertanyakan itikad PT SMOE yang berjanji akan memprioritaskan warga setempat untuk diperkerjakan di perusahan tersebut.

“Kami akan bandingkan data yang ada di perusahaan dengan data yang kami punya. Masih banyak warga kami yang menganggur hingga sakarang ini, bahkan boleh dibilang tidak ada warga kami yang bekerja di PT SMOE itu,” beber Ami yang juga tokoh pemuda di Kecamatan Nongsa ini.

Aminuddin mengaku sangat prihatin dengan pernyataan dari Sekretaris Kelurahan Batu Besar, Herri Mustari, yang menyatakan keberadaan PT SMOE banyak membantu mengurangi pengangguran di Batu Besar sebagaimana dimuat sebuah harian lokal. “Harusnya dia (Herri Mustari) punya data. Ada 800 orang lagi tenaga potensial yang belum mendapat kesempatan,” katanya.

Dalam waktu dekat ini Aminuddin dan masyarakat dari beberapa kampung di wilayah Nongsa akan mendatangi PT SMOE guna menagih janji perusahaan yang menyatakan akan memprioritaskan warga Nongsa bekerja di perusahan tersebut. Jika pihak perusahan tidak mengindahkan permintaan warga dari beberapa kampung di Nongsa ini, maka pihaknya berencana menggelar aksi demo ke perusahaan tersebut.

“Selain itu kami akan men-sweeping ke perusahaan. Siapa saja warga Nongsa dari beberapa kampung itu yang bekerja di perusahan PT SMOE. Ini tidak bisa dibiarkan lagi, pernyataan Herri Mustari di media itu sudah menyingung hati masyarakat kami. Mana ada warga Nongsa dari beberapa kampung itu bekerja di perusahaan itu. Keberadaan PT SMOE itu tidak ada untungnya bagi masyarakat di wilayah kami selama ini,” tegas Ami.

Disebutkannya, dalam operasinya PT SMOE telah mengenyampingkan tenaga lokal. Perusahaan itu tetap merekrut tenaga dari luar sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Kisruh nelayan dengan perusahaan ini bermula sejak lama. Warga memprotes reklamasi pantai dan menuntut ganti rugi karena reklamasi itu mengakibatkan kerusakan lingkungan. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Pemko Batam pun sudah menghentikan sementara waktu proses reklamasi ini.(apr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar