Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Rabu, 31 Maret 2010

Mengais Rezeki di ”Jalan Tol”





Written by Redaksi ,
Saturday, 27 March 2010 08:09 (sumber Batam Pos,versi asli)

Ketika Kantor Pelabuhan Batam Berbenah

”Di depan kita itu jalan tol, masa sih tidak ada yang mau tambal ban ke kita?” kata Kabid Komersial Kanpel Batam, Heri Kafianto.

PUTUT ARIYOTEJO, Batam
putut@batampos.co.id This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it

Selat Malaka yang memang berada di depan mata Batam, menjadi jalur tranportasi kapal terpadat di dunia. Diperkirakan lebih dari 50 ribu kapal melintas di sana per tahun. Begitu padatnya jalur tranportasi di sana sehingga Heri Kafianto menyebut Selat Malaka sebagai jalan tol.

Tak muluk yang diharapkan, makanya Heri mengibaratkan kapal yang melintas bagai motor yang butuh tambal ban di tepi jalan. Menurut Heri hingga saat ini Kanpel Batam terus berbenah agar pelabuhan di Batam bisa disinggahi kapal-kapal niaga kelas dunia. Saat ini mereka lebih banyak merapat ke Singapura karena fasilitas yang memang jauh lebih baik.

Banyak barang-barang yang ditujukan ke Batam namun kapal pengangkut sandar di Singapura, setelah itu barulah barang diangkut ke Batam menggunakan kapal feeder (pengumpan), kapal yang lebih kecil. Pola ini jelas membuat biaya yang lebih tinggi untuk barang yang akan kita konsumsi selain tentu saja memakan waktu yang lebih lama.

Heri tak bisa menjelaskan kapan pelabuhan di Batam bisa seperti Singapura, tapi menurutnya peningkatan pelayanan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi kapal niaga merapat ke Batam.

Air misalnya. Saat ini Batam bisa melayani air untuk kebutuhan kapal-kapal asing. “Setiap kapal asing yang masuk pasti minta hasil laboratorium mutu air kita, kalau bagus mereka baru mau pakai,” ujar Nuthrin S, Kasi Aneka Jasa Kanpel Batam. Operator kapal niaga asing begitu “cerewet” terhadap kebutuhan air di kapal mereka. Bersyukur mutu air yang semakin baik membuat kapal-kapal asing itu mau merapat ke Batam dan mengisi air di Batam.

“Sebenenarnya air bukan core business pelabuhan tapi ini adalah fasilitas, kalau tidak ada air di kita, ya, mereka bisa mencari air di tempat lain,” timpal Heri. Tetapi, masih menurut Heri, jika kita tak mampu menyediakan air tentu citra kita bisa turun.

Untuk air meski telah memenuhi standar mutu kapal asing itu namun masih terkendala debit yang masih rendah, hanya 20 ton per jam kemampuan kita mengisi. Untuk kapal-kapal berbadan lebar tentu butuh waktu yang tidak sedikit.

”Pernah kami mengisi air sebuah kapal besar hingga empat hari,” kisah Nuthrin. Saat ini pipa untuk mengisi air ke kapal hanya tersedia ukuran 4 inchi.
Saat ini tarif air di pelabuhan untuk kapal asing adalah 1,99 dolar AS per meter kubik, sementara untuk kapal dalam negeri dikenakan sesuai tarif dari ATB yakni Rp20 ribu per meter kubik ditambah biaya administrasi 10 persen dari nilai air yang dibeli.

”Saat dolar turun memang kesannya tarif untuk kapal asing lebih murah, nah saat harga tersebut ditetapkan dolar Amerika di posisi 14 ribu per rupiah,” jelas Heri.

Selain fasilitas, Singapura bisa maju dan disandari banyak kapal asing karena mereka juga menguasai jaringan pelayaran. Menurut Heri ada ribuan karyawan pelabuhan Singapura yang disebar di seluruh penjuru dunia untuk melakukan lobi. Nah, sampai kapan pelabuhan Singapura bisa menerima kapal asing tersebut? Pasti ada batasnya.

Limpahan inilah yang akan disambut Batam. Apabila tidak memiliki pelayanan prima niscaya harapan itu jadi kosong. “Asal citra pelabuhan kita baik, agen kapal dan jaringan pelayaran akan mau sandar di pelabuhan kita,” yakin Heri.

Faktanya kunjungan kapal barang di pelabuhan Batam meningkat. Di tahun 2008 kunjungan kapal barang mencapai 26,4 ribu call dengan isi seberat 20,75 juta gross ton. Nah, pada tahun 2009 kunjungan kapal barang mencapai 29,3 ribu call dengan berat barang 29,18 juta gross ton.

Pelabuhan Batuampar sebagai pelabuhan utama di Batam saat ini pun dirasa telah sesak oleh antrean kapal. Proses bongkar muat kerap memakan waktu lama sehingga deretan kapal yang hendak bersandar jadi semakin panjang.

”Pertumbuhan ekonomi di darat berimbas pada pertumbuhan kapal yang bersandar,” jelas Heri. Pusat perbelanjaan yang hadir membuat trafik pelayaran ke Batam pun semakin banyak, kapal-kapal itu memuat aneka jenis barang kebutuhan. Batuampar menjadi primadona meski ada pelabuhan Beton Sekupang, CPO Kabil dan Citranusa Kabil. ”Batuampar disukai karena memang lokasinya lebih dekat dengan pasar,” terang Heri.

Untuk beberapa kasus memang ada kapal yang mau dialihkan ke pelabuhan lain tapi banyak juga yang ogah dan tetep berlabuh di Batuampar.

Untuk itu Kanpel Batam kini tengah merancang pelebaran pelabuhan Magcobar, Batuampar menjadi 182 meter dari sebelumnya hanya 100 meter. Heri mengatakan, ”Mei mendatang pengerjaan dimulai dan diperkirakan Agustus sudah selesai.”

Magcobar akan dikhususkan untuk pelayaran nasional saja, sehingga pelayaran internasional bisa dilayani dengan semakin baik.

Tak itu saja, pelayanan berbasis sistem administrasi komputer sudah mulai dijalankan. Semua aplikasi untuk keperluan kepelabuhanan dilakukan secara komputer. Kelak semua aktivitas dilakukan tanpa tatap muka, semua serba dalam jaringan (online). ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar