Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Kamis, 11 Maret 2010

Limbah MFO Menggenangi Sungai





Written by madi
Kamis, 11 Maret 2010 (sumber Tribun Batam,versi asli)

Dampak Merembesnya Tangki PLTD di Baloi
Nelayan Kerambah Tanjung Uma Waswas

BATAM, TRIBUN - Warga Kampung Nelayan Tanjung Uma, Rabu (10/3), sekitar pukul 09.00 WIB, waswas. Minyak hitam pekat menghiasi aliran sungai di samping perumahan Baloi Mas.
Minyak hitam ini juga melekat di belasan kerambah milik nelayan. Minyak pekat ini diduga mengalir di sepanjang aliran sungai menuju ke laut lepas.

Kondisi paling parah terlihat di samping perumahan Baloi Mas, minyak hitam ini juga menggenangi sisi-sisi sungai. Warga nelayan pun takut bila dampak limbah ini mengurangi bahkan mematikan udang dan ikan kakap yang mereka kembangbiakan di kerambah dengan biaya jutaan rupiah.

“Pagi-pagi saya dikasih tahu kalau ada limbah di kerambah kami. Saya cek ternyata benar, limbah itu warnanya hitam pekat. Kami lalu menyisiri dimana saja limbah itu dibuang. Ada dua puluh nelayan sini yang ikut mencari limbah. Kami semua berkumpul di jembatan samping Baloi Mas,” ujar Tengku Isye (58), nelayan Tanjung Uma.

Dia mengaku tidak tahu siapa oknum yang membuang limbah sembarangan ini. Mereka menduga kalau minyak hitam ini mengalir seiring turunnya hujan deras dini hari kemarin. Ada dua puluh kerambah milik warga setempat yang terkena dampak limbah ini.

“Hasil penyisiran kami tadi pagi, limbah itu melewati belakang Rumah Sakit Awal Bros (RSAB), naik ke atas terus. Sepertinya sampai ke pembangkit milik PLN di Baloi, tapi nggak tahu apakah benar dari PLN atau tidak. Kami tidak menuduh kalau PLN yang membuang limbah itu,” ujarnya.

Dampak limbah tidak hanya menggenangi warga kampung nelayan, warga pulau lainnya mengaku kerambah mereka terkena imbas limbah. Bahkan sebagian ikan dan udang di kerambah sebagain ada yang mati. Warga merasa trauma dengan pencemaran limbah ini, sebab tahun lalu limbah jenis solar menggenangi kerambah milik warga setempat.

“Di tempat saya banyak minyak hitam. Nggak tahu dari mana, pagi-pagi udang di kerambah ada yang mati. Entah dari mana asal minyak itu. Mungkin dari kapal yang sengaja membuang limbah air sini,” ujar Fani, warga seberang pulau Tanjung Uma.

Ridwan selaku Ketua RW 09 Kampung Nelayan Tanjung Uma mengaku warganya merasa trauma. Tahun lalu aksi penyelundupan terjadi dan mengakibatkan terjatuhnya puluhan ton solar yang dianggap sebagai limbah. Berbulan-bulan mata pencaharian nelayan setempat lumpuh.

Terpisah pihak PT Pelayanan Listrik Nasional (PLN) Batam langsung menggelar jumpa pers. Mereka mengakui limbah minyak itu berasal dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) milik PLN di Baloi, tepatnya samping Poltabes Barelang.

Manajemen PLN mengaku bahwa terjadi rembesan dari bagian valve (katub) akibat kelelahan material seal (karet) katub tangki penyimpanan bahan bakar. Suhu Batam yang mencapai 40 derajat mempengaruhi kualitas karet katub sehingga tidak mampu menahan tekanan minyak MFO (marine fuel oil) dalam tangki.

“Kami sudah melakukan pemblokiran rembesan pada valve (katub). Penyedotan rembesan MFO di lokasi sudah dilakukan dengan cara menaburkan bahan kimia sebagai bentuk penetralan minyak. Kami sudah melakukan antisipasi untuk mengganti valve dengan tipe yang lebih handal,” ujar Lutfi Nazi selaku Sekretaris Perusahaan PT PLN Batam.

Rembesan minyak yang keluar dari tangki ini bersamaan dengan turunnya hujan lebat. Akibatnya, minyak yang seharusnya berada di lokasi PLTD mengalir ke aliran kota.

“Kami sudah buat aliran air sendiri. Tapi hujan yang membuat minyak mengalir ke aliran kota,” imbuh Lutfi.

Sistem pengamanan dan pengawasan sudah dilakukan PLN dengan memenuhi prosedur yang ada. Termasuk pengamanan tangki yang sudah sesuai dengan peraturan. Setahun sekali pengawasan sudah dilakukan bahkan dalam sistem pengawasan PLN sudah mendapat ISO.

“Rembesan MFO terjadi pada pukul 22.00 WIB. Baru tahunya pagi hari,” cerita dia.
Manajemen PLN pun meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Dalam menangani dampak lingkungan, PLN berupaya melakukan penyisiran di aliran kota ini yakni dengan membubuhkan bahan kimia ke tempat lokasi minyak.

“Nanti minyak MFO ini akan berubah bentuk menjadi gumpalan. Setelah dibersihkan nanti tidak akan ada lagi pencemaran,” tutur Lutfi.

Pantauan Tribun di kampung nelayan Tanjung Uma, gumpalan minyak hanya terlihat di samping perumahan Baloi Mas. Sedangkan di kerambah nelayan tak terlihat minyak melekat di kerambah maupun palantar warga. Minyak yang ditakutkan warga akan berimbas pada matinya ikan dan udang mereka juga tidak terlihat.

Anggota Dewan Komisi III Jefry Simanjuntak meminta Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan (Bapedal) segera menyelidiki merebesnya limbah ke kerambah nelayan. Warga juga bisa membuat laporan apabila mengalami kerugian.(urn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar