| | |
Written by Redaksi , Saturday, 27 February 2010 08:31 (sumber Batam Pos,versi asli) |
Kebakaran Akibat Arus Pendek SEKUPANG (BP) – Kasubag Humas Otorita Batam/BP Batam, Dendy Gustinandar mengatakan, kebakaran yang terjadi di lantai empat ruang perawatan Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) di Sekupang, Kamis (25/2) pukul 23.30 WIB lalu karena hubungan arus pendek yang berasal dari panel listrik. ”Kita juga masih akan menyelidikinya mengapa bisa terjadi arus pendek. Namun yang jelas tidak ada unsur kesengajaan di sini, ini musibah,” ujar Dendy kepada Batam Pos di Sekupang usai meninjau lokasi kebakaran bersama Ketua OB Batam/BP Batam, Mustofa Widjaya, kemarin. Dendy menyebutkan, lantai empat ruang perawatan bukan merupakan ruang arsip yang menyimpan data para pasien, melainkan ruang utility tempat panel listrik, jaringan alarm dan lift. Menurut Dendy, saat kebakaran terjadi, pihaknya langsung mengevakuasi para pasien ke tempat yang lebih aman. Pasien anak dipindah ke ruang kebidanan, pasien bayi dan orang tua yang melahirkan dipindah ke ICU. Sedangkan pasien lantai tiga dan dua dipindah ke ruang UGD. ”Jumlah pasien yang kita pindahkan sebanyak 39 orang. Dari lantai tiga kita evakuasi enam pasien dewasa. Dari lantai dua ada dua orang dewasa dan lantai satu ada 31 pasien di antaranya 123 bayi dan 13 anak-anak,” ujar Dendy. Pantauan Batam Pos kemarin, bangunan ruang perawatan di RSOB Sekupang merupakan gedung lama yang digunakan sebagai tempat rawat inap pasien anak-anak dan ruang bayi yang melahirkan di lantai dua. Baik dari lantai satu sampai lantai tiga, lantainya masih kotor berwarna hitam bekas pijakan kaki saat para warga dan petugas RSOB mengevakuasi para pasien dan keluarganya. Di sela-sela kunjungan tersebut, Mustofa Widjaya mengatakan, aktivitas perawatan pasien di RSOB harus secepatnya dipulihkan supaya tidak menjadi pusat perhatian warga. ”Tidak usah panik, hanya musibah. Sudah mulai normal, sebagian para pasien sudah dipindah ke lantai satu Melati dan ruang Bougenville di lantai dua. Sementara lantai tiga dan lift belum berfungsi seutuhnya, sampai puing kebakaran di lantai empat dibersihkan,” ujar Mustofa. Alarm Tak Berfungsi, Lampu Emergency Tak Ada Sementara itu, saat kebakaran terjadi, alarm yang menunjukkan adanya tanda bahaya kebakaran sama sekali tidak berfungsi, khususnya alarm kebakaran di ruang perawatan. Tekait hal ini, Dendy mengatakan itu akan menjadi tugas mereka untuk memeriksanya kembali. Sementara itu, Direktur RSOB dr Alaida mengatakan, alarm RSOB tidak berfungsi karena rusak. ”Jadi tidak mengeluarkan bunyi,” ujarnya. Selain alarm tidak berfungsi, di lokasi kejadian, tangga dan lorong-lorong di rumah sakit sama sekali tak memiliki lampu emergency. Akibatnya, ketika listrik padam saat kebakaran, semua ruangan di bangunan tua tersebut gelap gulita. Lampu penunjuk arah keluar seperti layakanya di hotel-hotel sama sekali tidak ada. ”Untunglah kami cepat dievakuasi,” ujar pasangan Rina dan Novrial, warga Legenda Malaka Blok J/16 yang saat kejadian putra pertama mereka Keja Alvarino (10 bulan) dirawat di ruang Bougenville di lantai dua RSOB, sesaat setelah dievakuasi ke ruangan kebidanan. Putra mereka yang sempat tak sadarkan diri lebih dari 10 jam itu akibat panas dan kejang-kejang dan dirawat bersama 7 anak lainnya. Saat kejadian, ia sempat panik, sebab saat itu di tangan Keja menggelantung dua infus ditambah tabung oksigen yang terhubung ke hidung anaknya. ”Kami dibantu petugas turun dari lantai dua,” ujar Rina, sambil menggendong bayinya yang sudah sadarkan diri. Sementara itu Zakwan, 42, yang baru diberi karunia seorang putra dari istrinya Suriati dan baru berumur dua jam ini merasa sangat cemas dan panik. ”Saya panik, ketika melihat api di lantai 4, apinya belum besar sekitar pukul 23.30 WIB, api berada di gedung belakang. Sebenarnya api masih bisa dipadamkan jika petugas keamanan bisa cekatan,” kata Zakwan. Menurutnya, pasien dilarikan dahulu baru kemudian mereka berusaha memadamkan api. Dia mendengar suara letupan mencurigakan sejak pukul 23.00 WIB. Karena tidak mengetahui suara itu, dia lantas diam saja. Namun setelah 30 menit, dia melihat ada api dan lalu dia berteriak. Dokter Pilih Liburan Malam saat kejadian, Batam Pos melihat beberapa dokter berusaha memeriksa pasiennya. Ada yang melakukan pengecekan tensi darah, ada juga yang mempebaiki selang infus. Namun, pagi harinya, Jumat (26/2) bertepatan hari libur nasional, banyak keluarga pasien yang mengeluh. Sejak dikembalikan ke kamar perawatan belum ada satu dokter pun yang memeriksa keadaan pasien seperti mengadakan pengecekan tensi darah, dan lainnya. ”Sampai pukul 11.40 WIB sekarang ini, belum ada satu pun dokter yang datang memeriksa dan menanyakan keadaan pasien. Hanya perawat saja, itu pun sekali,” ujar Thomson, 30, di ruang Bougenville. ”Beruntung putri saya tidak apa-apa. Tadi jaringan infusnya sempat mengeluarkan darah sampai ke atas, tunggu dipanggil dulu baru datang,” tambahnya. Meski demikian, Thomson bersama istrinya Maribun yang sejak seminggu lalu berada di RSOB. Anak mereka bernama Sony T yang baru berusia empat tahun 10 bulan menderita DBD dapat memaklumi keadaan tersebut, karena semua orang panik dan terburu-buru saat terjadinya kebakaran. Thomson juga mengatakan, pertama kali mengetahui kebakaran saat dia terjaga dan melihat ada asap yang terlihat dari tangga. Lama-kelamaan makin banyak, lantas dia pun membangunkan istrinya dan membangunkan keluarga pasien yang lain, lalu mendatangi suster jaga. ”Suster mengatakan, kita jangan panik. Santai saja dan tetap harus di tempat. Bagaimana kita bisa tenang, gumpalan asap makin pekat dan mengeluarkan bau korslet listrik. Sementara anak saya terbangun dan teriak sakit, saya makin bingung, ujar Thomson. ”Para perawat tetap mengatakan harus stay di tempat. Namun saya menyuruh istri saya mengemasi barang sambil saya menggendong anak dan turun ke lantai bawah meski perawat menghalangi,” tambahnya. Langkah Thomson tersebut diikuti keluarga pasien lainnya. Saat tiba di tangga, para pasien dari lantai tiga juga sudah berjejal di tangga. ”Tidak perduli lagi saat itu mau jatuh atau tidak. Yang penting kami cepat sampai di lantai satu dan selamat. Sementara para orang-orang sibuk teriak kebakaran dan mencari sanak saudaranya, karena listrik mati,” ujarnya. Thomson bersyukur, mereka tiba di luar lobby lantai satu dengan kerumunan keluarga pasien lainnya. Di sanalah mereka disuruh pergi ke ruang kebidanan. ”Kami bersyukur selamat, tapi putri kecil saya masih trauma melihat api dan gumpalan asap,” ujarnya. Direktur RSOB dr Alaida, membenarkan kurang maksimalnya penanganan pasien pasca kebakaran. Menurutnya, tidak adanya dokter yang melihat dan menangani kondisi pasien karena kemarin merupakan hari libur peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. ”Tetap ada dokter jaga yang memeriksa, cuma para keluarga pasien tidak melihat dan menyadari karena mereka masih syok,” ujarnya. (cha/nur/ros/med/cr2) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar