SEKUPANG (BP) – Panasnya matahari siang hari bertambah panas
dengan aksi warga gabungan komplek perumahan di Tiban Indah dan Kampung
Nelayan Tanjunguma yang melakukan unjukrasa di kawasan reklamasi pantai
Kelurahan Tiban Indah, Rabu (12/9). Mereka menuntut pihak developer
melakukan komunikasi dan menuntut kompensasi akibat dampak lingkungan
yang ditimbulkan oleh proyek reklamasi itu.
Di lokasi itu, puluhan warga menghentikan truk yang bekerja mengangkut material reklamasi. Para warga kesal, karena selama dua tahun proses reklamasi, belum ada komunikasi dari pihak developer. Padahal, selama berlangsungnya reklamasi, mata pencaharian nelayan dari memelihara ikan tak lagi dapat dilakukan. Warga komplek perumahan di Kelurahan Tiban Indah pun terkena debu.
”Kami sebelumnya memelihara ikan air laut dengan karamba. Tapi karena mereka menutup jalur masuk air laut ke lokasi perikanan, tak ada lagi air yang masuk,” kata Parto, warga kampung nelayan. Selama ini warga bersabar, mereka menunggu pihak developer mengkomunikasikan kompensasinya dengan mereka. Bagi para nelayan, mereka berharap developer memberikan kompensasi dalam bentuk uang atau pemindahan lokasi.
Namun, selama dua tahun menebang hutan bakau sejauh 50 meter dari bibir pantai dan menimbun, belum sekalipun pihak developer bertindak melakukan pembicaraan dengan warga. Tak sabar, warga akhirnya mengirimkan surat pada Kementerian Perikanan dan kementrian Kehutanan. Isinya terkait kegiatan reklamasi yang saat ini berlangsung di pantai Kelurahan Tuban Indah pada tanggal 16 Agustus 2012.
”Tanggal 28 Agustus 2012 kami menerima balasan suratnya. Ada tembusan ke banyak pihak, salah satunya ke pemerintah provinsi,” kata Parto.
Salah satu perwakilan dari Badan Lingkungan Hidup Kepri, Irianto Hamzah, kemarin meninjau lokasi dan mendengarkan aspirasi warga. Dari perundingan itu warga sepakat untuk menutup jalan ke proyek relokasi. Hal itu karena tidak ada pihak developer yang datang. ”Nanti kalau ada pergunjingan kenapa pekerjaan ini tak berjalan, developer pasti melakukan tindakan,” kata Irianto.
Di lokasi memang tak tampak pihak developer. Yang ada beberapa orang nelayan yang menolak aksi yang dilakukan puluhan warga itu. Ketika tahu orang-orang yang mendukung reklamasi itu nelayan pengunjuk rasa tak terima.
”Bapak nelayan kenapa menolak kami? Kami kan sudah dirugikan. Kalau bapak kerja dengan developer, jangan ngaku sebagai nelayan,” kata pengunjuk rasa. (cr19) (36)
Di lokasi itu, puluhan warga menghentikan truk yang bekerja mengangkut material reklamasi. Para warga kesal, karena selama dua tahun proses reklamasi, belum ada komunikasi dari pihak developer. Padahal, selama berlangsungnya reklamasi, mata pencaharian nelayan dari memelihara ikan tak lagi dapat dilakukan. Warga komplek perumahan di Kelurahan Tiban Indah pun terkena debu.
”Kami sebelumnya memelihara ikan air laut dengan karamba. Tapi karena mereka menutup jalur masuk air laut ke lokasi perikanan, tak ada lagi air yang masuk,” kata Parto, warga kampung nelayan. Selama ini warga bersabar, mereka menunggu pihak developer mengkomunikasikan kompensasinya dengan mereka. Bagi para nelayan, mereka berharap developer memberikan kompensasi dalam bentuk uang atau pemindahan lokasi.
Namun, selama dua tahun menebang hutan bakau sejauh 50 meter dari bibir pantai dan menimbun, belum sekalipun pihak developer bertindak melakukan pembicaraan dengan warga. Tak sabar, warga akhirnya mengirimkan surat pada Kementerian Perikanan dan kementrian Kehutanan. Isinya terkait kegiatan reklamasi yang saat ini berlangsung di pantai Kelurahan Tuban Indah pada tanggal 16 Agustus 2012.
”Tanggal 28 Agustus 2012 kami menerima balasan suratnya. Ada tembusan ke banyak pihak, salah satunya ke pemerintah provinsi,” kata Parto.
Salah satu perwakilan dari Badan Lingkungan Hidup Kepri, Irianto Hamzah, kemarin meninjau lokasi dan mendengarkan aspirasi warga. Dari perundingan itu warga sepakat untuk menutup jalan ke proyek relokasi. Hal itu karena tidak ada pihak developer yang datang. ”Nanti kalau ada pergunjingan kenapa pekerjaan ini tak berjalan, developer pasti melakukan tindakan,” kata Irianto.
Di lokasi memang tak tampak pihak developer. Yang ada beberapa orang nelayan yang menolak aksi yang dilakukan puluhan warga itu. Ketika tahu orang-orang yang mendukung reklamasi itu nelayan pengunjuk rasa tak terima.
”Bapak nelayan kenapa menolak kami? Kami kan sudah dirugikan. Kalau bapak kerja dengan developer, jangan ngaku sebagai nelayan,” kata pengunjuk rasa. (cr19) (36)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar