Hanya produk sayur dan buah dari negara yang sistem keamanannya diakui oleh Indonesia yang boleh masuk lewat Pelabuhan Tanjung Priok.
Importasi buah dan sayur merupakan bisnis yang relatif menggiurkan, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang ratusan juta jiwa menjadi pasar yang sangat potensial.
Data statistik menunjukkan perkembangan impor buah dan sayur mengalami perkembangan yang sangat drastis.
Pada 2008 nilai impor produk hortikultura baru mencapai US$881,6 juta, tetapi pada 2011 nilai impor produk hortikultura sudah mencapai US$1,7 miliar.
Komoditas hortikultura yang impornya paling tinggi adalah bawang putih senilai US$242,4 juta, buah apel sebanyak US$153,8 juta, jeruk US$150,3 juta serta anggur sebanyak US$99,8 juta. Kendati impor hortikultura masih di bawah angka 10%, namun kecenderungannya terus meningkat.
Pemerintah sendiri menyatakan optimistis importasi buah dan sayur pada tahun ini akan turun setidaknya 20%-30% bila dibandingkan dengan tahun lalu.
Hal ini sebagai dampak dari langkah pengetatan pintu masuk serta sistem kuota impor yang nantinya akan diterapkan.
Menteri Pertanian bahkan menyatakan data statistik Januari-Agustus 2012 sudah menunjukkan impor komoditas produk pertanian itu sudah turun drastis.
Kita memang harus melakukan pembatasan impor komoditas buah-buahan dan sayur-mayur. Indonesia merupakan negara agraris dengan jumlah petani yang sangat banyak.
Sungguh sebuah ironi bila negara yang subur ini yang menguasai pasar domestik adalah justru produk agrikultur dari luar. Tidak perlu kita takut terperangkap bahwa pembatasan impor melanggar kesepakatan WTO.
Namun di sisi lain, pemerintah juga perlu meningkatkan kapasitas kelembagaan petani sehingga dapat menghasilkan buah dan sayur lokal yang memiliki mutu tinggi sehingga dapat bersaing dengan produk serupa dari negara lain. Tidak hanya untuk dapat memenuhi pasar domestik yang sangat besar, tetapi juga bersaing di pasar internasional.
Bila Thailand yang memiliki karakteristik alam serupa dengan kita mampu menghasilkan komoditas agrikultur yang menguasai dunia, mengapa kita tidak?
Thailand mampu menghasilkan komoditas agrikultur yang menguasai dunia, Indonesia pasti bisa lebih baik.
BalasHapusPLEASE CLICK ME