Kepri masih menjadi tujuan investasi yang menarik. Terbukti,
belum lama ini sedikitnya 10 perusahaan baik modal asing maupun modal
dalam negeri masuk ke Kepri dengan total investasi mencapai Rp5 triliun.
Dari 10 perusahaan itu, jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 5000 orang. Rencananya Oktober mendatang, ke-10 perusahaan itu akan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Ke-10 perusahaan itu tersebar di kawasan FTZ Batam, Bintan dan Karimun,” kata Ketua Dewan Kawasan BBK, Muhammad Sani, di sela-sela pameran nasional Teknologi Tepat Guna (TTG) di Batam, kemarin (21/9).
Sani mengurai beberapa diantara 10 perusahaan itu. Antara lain, pembangunan modul minyak di Kabil, pembangunan galangan kapal, hotel, konveksi dan sektot lainnya. “Ini di luar investasi pembangunan oil storage di Pulau Janda Berhias bernilai Rp7 triliun,” katanya.
Sani optimis tahun depan makin banyak investasi yang masuk ke Kepri karena ada rencana sejumlah negara Asia, Eropa dan Afrika yang berminat berinvestasi di Kepri. Komitmen itu diungkapkan para duta besar 20 negara ke Batam beberapa waktu lalu.
Dengan banyaknya investasi ini, ia mengaku yakin pertumbuhan ekonomi Kepri akan terus meningkat dan mencapai angka 8 persen di akhir 2012, sebagaimana dianjurkan Presiden SBY dalam lawatannya beberapa waktu lalu di Kepri. “Kuartal pertama 2012 saja pertumbuhan ekonomi mencapai 7,6 persen meningkat dibanding 2010 sebesar 7,3 persen,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Dewan Kawasan, Jon Arizal mengatakan pada semester pertama 2012, terdapat 66 perusahaan asing yang menanamkan modalnya di BBK dengan nilai investasi 185 juta dolar Amerika.
Menurut dia, sejak ditetapkan sebagai kawasan FTZ peningkatan investasi di BBK mencapai 20 persen per tahun. “Sejak FTZ, rata-rata pertumbuhan jumlah industri 20 persen per tahun,” katanya. Sani juga menjanjikan akan segera menuntaskan berbagai persoalan investasi di Kepri, mulai masalah perizinan hingga masalah keterbatasan lahan yang banyak dikeluhkan kalangan industri akhir-akhir ini. Salah satu pengusaha yang getol menyuarakan penyelesaian keterbatasan lahan ini adalah Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kepri Johanes Kennedy.
Menurutnya, jika persoalan lahan ini tak segera diselesaikan, tak menutup kemungkinan semakin banyak investor yang awalnya merencanakan berinvestasi di Batam, pindah ke wilayah lainnya atau ke negara lainnya. Khususnya industri manufactur yang menyerap banyak tenaga kerja. “Status lahan Rempang dan Galang harus diperjelas supaya bisa dikelola,” kata Johanes belum lama ini. *** (240)
Dari 10 perusahaan itu, jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 5000 orang. Rencananya Oktober mendatang, ke-10 perusahaan itu akan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Ke-10 perusahaan itu tersebar di kawasan FTZ Batam, Bintan dan Karimun,” kata Ketua Dewan Kawasan BBK, Muhammad Sani, di sela-sela pameran nasional Teknologi Tepat Guna (TTG) di Batam, kemarin (21/9).
Sani mengurai beberapa diantara 10 perusahaan itu. Antara lain, pembangunan modul minyak di Kabil, pembangunan galangan kapal, hotel, konveksi dan sektot lainnya. “Ini di luar investasi pembangunan oil storage di Pulau Janda Berhias bernilai Rp7 triliun,” katanya.
Sani optimis tahun depan makin banyak investasi yang masuk ke Kepri karena ada rencana sejumlah negara Asia, Eropa dan Afrika yang berminat berinvestasi di Kepri. Komitmen itu diungkapkan para duta besar 20 negara ke Batam beberapa waktu lalu.
Dengan banyaknya investasi ini, ia mengaku yakin pertumbuhan ekonomi Kepri akan terus meningkat dan mencapai angka 8 persen di akhir 2012, sebagaimana dianjurkan Presiden SBY dalam lawatannya beberapa waktu lalu di Kepri. “Kuartal pertama 2012 saja pertumbuhan ekonomi mencapai 7,6 persen meningkat dibanding 2010 sebesar 7,3 persen,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Dewan Kawasan, Jon Arizal mengatakan pada semester pertama 2012, terdapat 66 perusahaan asing yang menanamkan modalnya di BBK dengan nilai investasi 185 juta dolar Amerika.
Menurut dia, sejak ditetapkan sebagai kawasan FTZ peningkatan investasi di BBK mencapai 20 persen per tahun. “Sejak FTZ, rata-rata pertumbuhan jumlah industri 20 persen per tahun,” katanya. Sani juga menjanjikan akan segera menuntaskan berbagai persoalan investasi di Kepri, mulai masalah perizinan hingga masalah keterbatasan lahan yang banyak dikeluhkan kalangan industri akhir-akhir ini. Salah satu pengusaha yang getol menyuarakan penyelesaian keterbatasan lahan ini adalah Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kepri Johanes Kennedy.
Menurutnya, jika persoalan lahan ini tak segera diselesaikan, tak menutup kemungkinan semakin banyak investor yang awalnya merencanakan berinvestasi di Batam, pindah ke wilayah lainnya atau ke negara lainnya. Khususnya industri manufactur yang menyerap banyak tenaga kerja. “Status lahan Rempang dan Galang harus diperjelas supaya bisa dikelola,” kata Johanes belum lama ini. *** (240)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar