Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Kamis, 11 Februari 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU MENGALAMI PERLAMBATAN

Tanjungpinang, 10/2 (ANTARA) - Pertumbuhan perekonomian Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2009 sebesar 3,51 persen, melambat dibandingkan pada tahun 2009 sebesar 6,65 persen.

Kepala Bidang Neraca dan Analisa Badan Pusat Statistik Kepulauan Riau, Zul Amri , Rabu, mengatakan, perlambatan pertumbuhan perekonomian di Kepulauan Riau di tahun 2009 dipengaruhi krisis perekonomian global yang terjadi pada triwulan ke empat 2008.

"Sementara pertumbuhan perekonomian tahun 2010 diduga akan mengalami percepatan, karena berbagai sektor perekonomian mulai mengalami perbaikan menjelang memasuki tahun 2010," katanya.

Produk domestik regional bruto (PDRB) tanpa migas juga mengalami nasib yang sama, karena laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi 4,64 persen dari tahun sebelumnya sebesar 7,22 persen pada tahun 2008," kata Zul kepada pers di Tanjungpinang.

Zul mengemukakan, berdasarkan harga berlaku, PDRB Kepulauan Riau tahun 2009 sebesar Rp63,893 triliun, sedangkan untuk PDRB tanpa migas sebesar Rp59,062 triliun.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah PDRB pada tahun 2009 meningkat, karena pada tahun 2008 jumlah PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp 58, 585 triliun dan PDRB tanpa migas sebesar Rp 53,852 triliun.

Sedangkan untuk PDRB Kepri atas dasar harga konstan 2000, pada tahun 2009 sebesar Rp38,322 trilun dan untuk PDRB tanpa migas sebesar Rp36,604 triliun.

"Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah PDRB pada tahun 2009 ini meningkat, karena pada tahun 2008 jumlah PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp37,021 triliun dan PDRB tanpa migas sebesar Rp35,314 triliun," katanya

Dia mengemukakan, kinerja perekonomian Kepulauan Riau pada triwulan ke empat tahun 2009 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yang digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000, mengalami pertumbuhan 2,68 persen.

Pertumbuhan tersebut terjadi pada enam sektor ekonomi, sedangkan dua sektor lainnya melambat dalam pertumbuhan meski peranannya sangat kecil dan satu sektor yang tumbuh tetap.

Sektor yang tumbuh terbesar pada triwulan ke empat 2009 ini adalah sektor bangunan sebesar 4,81 persen, sektor jasa-jasa sebesar 3,03 persen, disusul oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,53 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1,96 persen, sektor industri pengolahan sebesar 2,50 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 3,81 persen.

Sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan adalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sektor pengangkutan dan komunikasi dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 0,59 persen dan 1,76 persen.

"Sektor pertambangan dan penggalian tetap sebesar 1,04 persen," katanya.

PDRB triwulan ke empat tahun 2009 dibandingkan dengan triwulan ke empat tahun 2008 terdapat beberapa sektor yang meningkat. Total PDRB meningkat sebesar 7,74 persen.

Hanya ada dua sektor yang mengalami pertumbuhan dua digit. Sektor bangunan mengalami peningkatan terbesar yaitu 10,68 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 10,67 persen.

PDRB tanpa migas secara berantai, triwulan ke empat 2009 dibandingkan triwulan ke tiga 2009 tumbuh sebesar 2,75 persen. Sedangkan triwulan ke empat 2009 dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya tumbuh sebesar 7,95 persen.

"Jadi, sampai triwulan ke empat 2009 pertumbuhan PDRB tanpa migas lebih cepat dibanding PDRB dengan migas," ujarnya.

Zul mengungkapkan, pada triwulan ketiga tahun 2009, PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp16,237 triliun, kemudian pada triwulan ke empat meningkat menjadi Rp16,863 triliun.

Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB triwulan ke tiga tahun 2009 adalah sebesar Rp9,693 triliun, kemudian pada triwulan ke empat tahun 2009 meningkat menjadi Rp 9,953 triliun.

Sementara berdasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto yang terbesar pada triwulan ke empat tahun 2009 adalah sektor industri pengolahan sebesar Rp7,828 triliun, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp3,324 triliun, kemudian disusul oleh sektor pertambangan dan penggalian Rp1,414 triliun dan sektor bangunan sebesar Rp1,143 triliun.

Sektor ekonomi lainnya, kata dia, masing-masing menghasilkan nilai tambah bruto dibawah Rp1 triliun.

Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000, ketiga sektor tersebut memberikan nilai tambah bruto berturut-turut sektor industri pengolahan sebesar Rp5,063 triliun, sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp2,274 triliun serta sektor pertambangan dan penggalian Rp528,112 triliun.

(T.PK-NP/B/M012/M012) 10-02-2010 19:15:41 NNNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar