Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Rabu, 24 Februari 2010

Catatan Workshop ILO untuk Pengusaha dan Media (3-Habis)





Written by Arham ,
Wednesday, 24 February 2010 08:11 (sumber Batam Pos,versi asli)

Konferensi Pers Bukan Teater

SAYA kira sesi workshop ILO yang tak kalah menariknya, adalah saat Eric May (spesialis media internasional dari AS) memintai tanggapan media tentang pengusaha di Indonesia. Nyaris semua wartawan yang mewakili media, seperti dari kantor berita Antara, Republika, Kompas, TPI, Metro TV, Smart FM, dan saya, mengangkat tangan tinggi-tinggi.

Inilah sesi yang jadi ”ajang” balas dendam, setelah pengusaha memberikan unek-unek tentang media di Indonesia. Apalagi Eric memberikan kebebasan kepada peserta dari media untuk berbicara apa saja tentang pengusaha.

Sama ketika pengusaha menyampaikan persepsi mereka tentang media, papan tulis yang dipakai Eric cepat dipenuhi poin-poin keluhan wartawan. Tidak hanya ditujukan ke pengusaha, tapi pada staf kehumasan yang berhubungan dengan media.

Eric coba menyeleksi dan merangkum persepsi media terhadap pengusaha. Dari poin-poin itu diketahui bahwa pengusahalah yang justru sering mempersulit akses untuk media, jarang sekali mereka mau memberikan penjelasan yang selengkap-lengkapnya, dan paling sulit untuk ditemui oleh wartawan. Jika memberikan rilis, sangat tidak menarik bagi wartawan, yang akhirnya hanya dibuang atau dijadikan bahan coret-coretan. Sering hanya mau berhubungan dengan media jika sudah bermasalah, misalnya ketika terjadi suatu kasus atau konflik dengan pekerja. Pengusaha bahkan dinilai sering kurang menghargai atau kurang businesslike terhadap media. Pengusaha yang menghadiri workshop senyum-senyum memerhatikan persepsi wartawan.

Bagi Eric keluhan media terhadap pengusaha harus cepat dicarikan solusinya. Pengusaha tidak bisa lagi menutup mata terhadap media. Globalisasi ekonomi dan semakin sadarnya pekerja untuk memperjuangkan hak-haknya, membuat pengusaha, mau tidak mau harus berhubungan dengan media. Pengusaha harus terbuka, bersikap jujur, dan kalau perlu berteman dengan media.

”Menutup-nutupi suatu kejadian, pasti akan merusak reputasi organisasi perusahaan Anda,” ujar Eric sambil menatap ke arah wakil pengusaha yang menghadiri workshop.

Lalu ia coba jelaskan bahwa saatnyalah pengusaha melalui kehumasannya mengerti dan memahami media. Media cetak menginginkan liputan tentang suatu persoalan secara mendalam yang dilengkapi dengan analisa-analisa. Media televisi menginginkan gambar-gambar yang menarik dan mewawancarai pihak bersangkutan langsung di lokasi, bukan melalui juru bicara atau petugas public relations (PR). Radio menginginkan wawancara yang provokatif dan wawancara langsung di pagi hari di saat pendengar sedang dalam perjalanan. Sedangkan media online, menginginkan pengalaman pribadi yang otentik, pendekatan yang menyentuh masyarakat banyak, melalui gosip, informal, dan hiburan, serta berinteraksi dengan penonton melalui komentar.

Menurut dia, siaran pers yang kerap dibuat pengusaha maupun pemerintah, sesungguhnya bukan bentuk komunikasi yang baik. Bagi media massa siaran pers, tidaklah penting karena newsroom bisa memperoleh puluhan bahkan ratusan siaran pers setiap harinya.

Namun tetap ada strategi untuk menciptakan siaran pers yang menarik. Menurut Eric, siaran pers harus memuat siapa yang terkena dampak persoalan, apa saja hal yang baru, tidak biasa, atau tak terlupakan? Mengapa pembaca atau pemirsa perlu memberikan perhatian terhadap hal yang akan disampaikan. Judul siaran pers yang menarik juga harus singkat, jelas dan mudah dipahami, bersifat provokatif, manusiawi dan paling penting menarik minat pembaca.

Lebih rinci, Eric mengemukakan kalimat pertama siaran pers harus memuat isi berita yang akan disampaikan. Harus pula memberi alasan mengapa editor (dan pemirsa) perlu memberi perhatian kepada persoalan yang sedang dibahas. Sedangkan pada paragraf pertama harus menjelaskan tentang informasi siapa saja yang terkena dampak langsung, kapan, dan di mana hal itu terjadi. Bukan kolom untuk menjelaskan siapa yang telah menghadiri rapat atau menyusun studi. ”Paragraf kedua adalah untuk kutipan langsung dari petugas yang memberi informasi penting tentang organisasi Anda,’’ papar Eric.

Ia meminta kepada para petugas kehumasan, untuk memfokuskan 95 persen waktu dan energi untuk menyusun judul dan paragraf pertama. Sedangkan bagian-bagian lain tidaklah terlalu penting apakah editor atau produser tertarik membacanya atau tidak.

Dari pada siaran pers, Eric sebenarnya lebih menyarankan untuk sering-sering mengadakan konferensi pers. Metode ini bisa dijadikan alat yang dapat digunakan untuk membawa media untuk memberikan laporan atau inisiatif penting, bahkan untuk mempromosikan suatu persoalan. Sayangnya banyak organisasi yang masih menganggap konferensi pers sebagai teater atau semacam cara untuk menikmati sorotan media tentang organisasi atau pegawainya.

Menurut dia, harus dipastikan sebuah konferensi memiliki nilai berita sehingga menarik media massa untuk menghadirinya. ‘’Konferensi pers bukan acara untuk menyampaikan news event, bukan juga panggung promosi, dan teater,’’ tegas Eric.

Sebelum konferensi pers, paling penting diingatkan Eric, dimulai dengan penentuan sudut berita (strong news angle). Ceritanya tentang apa? Mengapa orang perlu memberikan perhatian? Apa saja yang baru? Apa yang tidak biasa? Apa saja yang telah berubah? Apa saja yang dapat memecahkan kebuntuan atau bias? Dan, bagaimana masyarakat dapat terpengaruh olehnya?

Pertanyaan-pertanyaan terburuk harus diantisipasi dengan mempersipakan jawaban-jawaban penting menggunakan butir-butir (bullet point). Mempersiapkan konteks: praktik dan metoda standar. Mempersipakan statisktik, fakta, dan informasi kontak yang relevam.

Bagi orang yang akan memberikan keterangan pers, Eric memberikan tips supaya bersikap terbuka, jujur, dan membantu, serta memperhatikan bahasa tubuh. Harus Eye contact. Tidak berbohong, menyesatkan, apalagi menutup-nutupi. Tetap pada bidang Anda dan jangan memberikan komentar tentang yang tidak diketahui. Bersikap sopan. Jika tidak mampu menjawab suatu pertanyaan, Eric menyarankan supaya mengatakan dengan sejujurnya. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar