| | |
Written by Redaksi , Thursday, 01 April 2010 08:14 (sumber Sijori Mandiri,versi asli) |
”Lihat, pohon kami berbuah sampah. Mau ditaruh mana lagi sampah kami,” ujar Yulaikah, warga Perumahan PLN Batam Centre tersebut, Rabu (31/3) siang. Karena tempat sampah mereka tidak muat lagi menampung sampah, warga terpaksa mengaitkan plastik yang penuh sampah di pohon-pohon yang ada di sekitar rumah mereka. Yulaikah mengaku sangat kecewa kepada petugas pengangkut sampah. Pasalnya, sampah di perumahan tersebut volumenya sangat banyak karena berminggu-minggu tak diangkut. Hingga tak ada tempat lagi bagi sampah mereka. Terlihat, ada beberapa anak yang mengenakan masker karena mengaku tak tahan lagi dengan bau sampah. ”Saya takut nanti sakit. Baunya busuk,” ujar Rendi, 10, warga setempat. Pantauan Batam Pos, banyak kantung sampah yang terdapat di jalan samping Perumahan PLN arah Batam Centre. Padahal, di sepanjang jalan tersebut tidak terdapat tempat pembuangan sementara (TPS). Beberapa warga perumahan tersebut mengaku tidak mengetahui siapa yang membuang sampah di dekat perumahan mereka. ”Yang jelas bukan kami, mungkin orang yang lewat,” ujar Yulaikah. Bahkan di Perumahan Taman Raya, sampah yang diangkut petugas kemarin hanya ada di pinggir jalan raya, sementara di jalan komplek perumahan belum diangkut sama sekali. Hal tersebut juga terjadi di kawasan Bengkong. Penyakit Mengancam Sampah yang dibiarkan membusuk di areal pemukiman sangat berbahaya bagi kesehatan. Potensi warga terserang penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), gangguan pencernaan, demam berdarah dan beragam penyakit lainnya cukup besar. ”Bisa juga menimbulkan batuk, flu, dan sakit kepala. Bau busuk bisa meracuni syaraf-syaraf pada otak sehingga kepala terasa berat,” ujar Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Batam Fardiani di Batuaji, Rabu (31/3). Fardiani menambahkan, sampah yang membusuk menjadi sarang sarang bakteri, kuman, lalat dan beragam jenis binatang yang bisa menjadi perantara penyakit. Lalat misalnya, menjadi vektor penyebaran penyakit. Dia menyebutkan empat jenis lalat yang biasa menghinggapi sampah yang berbau busuk. Di antaranya lalat rumah (musca domestica), lalat hijau (lucilla seritica), lalat biru (calliphora vornituria), dan lalat latirine (fannia canicularis). ”Jenis lalat rumah harus diwaspadai karena bermacam-macam mikroorganisme penyebab penyakit mudah menempel di kaki lalat dan rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya,” ujar Fardiani. Apalagi jika lalat tersebut terbang lalu hinggap di makanan, maka mikroorganisme akan menempel di makanan tersebut. Bahayanya lagi, saat makanan tersebut dimakan, mikroorganisme tadi akan mudah berkembang di dalam perut sehingga dapat menimbulkan penyakit pencernaan antara lain kolera, diare, disentri dan tifus. ”Kolera jarang di Batam, tapi memang faktornya lalat,” katanya. Dari empat penyakit tersebut, lanjut Fardiani, yang paling berbahaya diare, apabila jika tidak ditangani segera, terutama pada anak-anak. Bisa menyebakan kematian. Apalagi jika sudah masuk dalam tahap diare kronis. ”Gejalanya perut mual, muntah dan ketika buang air besar encer. Kalau terus berlangsung berkali-kali dalam sehari itu masuk kategori diare akut. Kalau sampai dirawat 7 hari namun tak sembuh juga, diare ini termasuk kronis dan bisa menyebabkan kematian,” ujarnya. Selain itu, lalat rumah dapat menularkan dan membawa mikroorganisme penyakit, antara lain polio dan gatal-gatal pada kulit. Namun yang paling berbahaya, ketika musim hujan tiba, sampah plastik bisa menampung air. Ini menjadi media nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak. ”Kalau ini terjadi, penyakit demam berdarah dan chikungunya bisa mewabah,” katanya. Bahkan, dalam kondisi seperti itu, tidak menutup kemungkinan nyamuk Anopheles yang merupakan penyebab penyakit malaria juga bisa berkembang biak pada air tersebut. ”Genangan air bersih dan tak menyentuh tanah, merupakan media berkembang biaknya nyamuk tersebut,” ujar Fardiani Menjaga kebersihan merupakan salah satu cara untuk menanggulangi segala penyakit yang ditimbulkan oleh sampah tersebut. Jangan membuang sampah organik maupun non-organik sembarangan. Ia berharap sampah secepatnya diangkut agar warga tak terserang penyakit. Wako Janji Batam Bebas Sampah Wali Kota Ahmad Dahlan meminta maaf kepada warga Batam terkait carut marutnya pengelolaan sampah di Batam. Wako juga berjanji dalam lima hari ke depan, Batam bebas sampah. Menurut Ahmad Dahlan, pihaknya ingin segera menanggapi keluhan warga karena sampah yang tidak diangkut hampir satu bulan. Dahlan pun tak mau hal ini berlarut-larut apalagi menyebabkan bau busuk yang menyeruak, banyak lalat hijau dan terjangkitnya berbagai penyakit. Pemko Batam pun sudah memanggil PT Surya Sejahtera Envirotech (PT SSET) selaku perusahaan pengelola sampah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Batam, serta mitra SSET selaku pengangkut sampah di perumahan. ”Kita sudah turunkan armada truk pengangkut sampah mulai Rabu (30/3) malam dan sampai saat ini masih mengangkut sampah di sejumlah titik,” kata Ahmad Dahlan didampingi Kadis DKP Kota Batam Azwan. Dahlan berjanji armada yang sudah diterjunkan dapat membersihkan sampah paling lama lima hari ke depan. ”Kita sudah komunikasikan, masalah ini tidak akan terulang lagi,” janji Wako. Menurut Dahlan, sebetulnya masalah ini berawal dari miskomunikasi antara intern PT SSET dengan mitranya. Namun Dahlan memaklumi apabila masyarakat tidak mau peduli karena mereka memang rutin bayar retribusi. ”Swastanisasi sampah ini baru pertama dilaksanakan bahkan di Indonesia hanya Batam saja. Wajar kalau kita masih ada kekurangan,” kilahnya. Apakah ketidakberesan penanggulangan sampah ini dikarenakan proses tender swastanisasi sampah yang diduga bermuatan KKN? Wako membantahnya. ”Tender sudah sesuai proses yang benar. Saat itu ada 11 perusahaan, dan dimenangkan PT SSET,” jelasnya. Wako juga berjanji akan meninjau ulang KSO antara Pemko Batam dengan PT SSET. ”Harus diadakan evaluasi sebagai bahan untuk perbaikan,” akunya. Lalu, apakah Pemko Batam akan menghentikan kerjasama dengan PT SSET dan mencari penggantinya? Wako juga membantahnya. ”Tidak seperti itu. Hanya evaluasi, kerja sama tetap,” terangnya. ”Jadi bukan karena kami diskriminasi. Kebetulan Sekupang tak mogok,” katanya. (med/vie/cr2/jaq/cr1) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar