Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Jumat, 23 April 2010

Tanjunguncang Rusuh





Ditulis oleh Redaksi ,
Jumat, 23 April 2010 07:53 (sumber Batam Pos,versi asli)

38 Mobil Rusak, 9 Karyawan Luka, Gudang dan Kantor Drydock Dibakar

Arumugan, karyawan PT Drydock World Graha, Tanjunguncang berkewarganegaraan India yang menjadi korban kerusuhan, kemarin (22/4) dievakuasi rekan-rekannya dengan pengawalan ketat pihak kepolisian. Foto: M Noor Kanwa

TIM BATAM POS, Batam
redaksi@batampos.co.id Alamat E-mail ini dilindungi dari robot spam. Anda perlu mengaktifkan JavaScript untuk melihatnya

Kerusuhan pecah di PT Drydock World Graha, Tanjunguncang, Batam. Sembilan pekerja perusahaan galang kapal itu luka parah. Dua orang Indonesia, enam pekerja berdarah India. Sedikitnya 38 mobil rusak berat, 5 di antaranya dibakar.

Tak hanya itu, lantai dasar gedung manajemen Drydock juga dibakar dan menghanguskan dokumen-dokumen penting perusahaan itu.

Gudang penyimpanan berbagai bahan dan peralatan yang bersebelahan dengan gedung manajemen juga dibakar. Ruang Departemen Quality Control (QC) juga tak luput dari aksi pengrusakan. Kaca-kaca dan sejumlah peralatan kerja di ruangan itu hancur.

Kerusuhan ini pecah sekitar pukul 07.00 WIB, Kamis (22/4) kemarin saat para pekerja yang masuk pagi baru saja memulai aktivitasya. Termasuk sejumlah pentinggi di masing-masing departemen di perusahaan itu, baru saja menggelar rapat pagi.

Salah satunya, bagian kelistrikan proyek L205. Pagi itu mereka menggelar rapat di salah satu ruangan gedung manajemen. Di ruangan tersebut hadir para supervisor, baik berkewarganegaraan Indonesia maupun pekerja asing (WNA) berdarah India, Bangladesh, Filipina, Vietnam, dan sejumlah pekerja asing lainnya.

Entah apa yang salah, tiba-tiba salah satu supervisor bagian kelistrikan berdarah India, Ganesh mengeluarkan kata-kata kasar dengan menyebut, ”All Indonesian stupid” (semua orang Indonesia bodoh). Umpatan ini membuat supervisor berkewarganegaraan Indonesia yang hadir di ruangan itu naik pitam dan nyaris adu jotos. Tapi situasi panas itu sempat diredam.

Hanya saja, umpatan serupa kembali dilontarkan Ganesh saat mereka berada di kapal L205 yang sedang dalam tahap pengerjaan. Dia memaki pekerja WNI dengan mengatakan ”99 persen Indonesian stupid”.

”Iya. Dia supervisor electrical,” ujar Ari, salah seorang pekerja subkon di Drydock, kemarin.

Makian itu spontan menyulut emosi pekerja WNI lainnya. Adu jotos pun tak terhindarkan antara pekerja asing berdarah India dengan karyawan WNI—yang menurut mereka sudah sering mendapat hinaan serupa. ”Kalau topi ini bisa ngomong, dia akan ngomong kalau tiap hari kita ini dimaki-maki bodoh dan sebutan lainnya,” ujar Ari, dari Departemen Quality Control.

Hinaan itupun dengan cepat menyebar ke sekitar 10.000 pekerja (termasuk karyawan subkon) Drydock yang masuk pagi itu. Total karyawan Drydock sendiri sekitar 15.000 orang. Mereka pun bergerak mencari rekan kerja mereka yang berdarah India. Mereka meminta agar pekerja asing berdarah India hengkang dari Batam.

Menggunakan cat semprot, beberapa karyawan menuliskan permintaan agar WNA berdarah India keluar dari Batam. ”We want India people move out”. Tulisan itu terpampang di dinding gedung owner di samping gedung manajemen.

Kemarahan pekerja yang merasa dilecehkan itu kian membuncah. Mobil sejumlah petinggi Drydock yang terparkir di depan gedung manajemen dan gedung owner, baik di belakang maupun di depan gedung, jadi sasaran. Selain memecahkan kaca dan merusak badan mobil, mereka juga membakar beberapa di antaranya.

Pantauan Batam Pos di lokasi rusuh, ada 38 mobil berbagai merek, termasuk mobil mewah rusak berat. 5 dari 38 mobil itu habis terbakar. Hanya beberapa mobil yang bertuliskan ”Indonesia Punya” yang selamat dari aksi pembakaran.

Selain mobil, pekerja yang marah membara itu juga merusak kursi, meja dan komputer yang ada di gedung manajemen. Mereka bahkan menyulut api ke ruangan HRD setelah memecahkan kaca di lantai dasar. Api dengan cepat menyambar dokumen-dokumen yang menumpuk di meja kerja ruangan tersebut. Satpam perusahaan itu tak kuasa menahan emosi pekerja.

Beberapa pekerja di bagian manajemen, berhamburan keluar setelah melihat asap tebal dari lantai dasar. Sementara, pekerja asing, khususnya India yang takut dihakimi, memilih sembunyi di gedung manajemen dan gedung owner, serta beberapa ruangan lainnya di lantai dua dan tiga yang dinilai aman.

Beberapa di antara mereka panik dan nekat loncat dari lantai dua dan tiga. Bahkan seorang pekerja asing berdarah India ada yang patah kaki setelah terpeleset saat mencoba kabur dari lantai tiga.

Belum puas membakar gedung manajemen, pekerja yang masih mengamuk membakar gudang logistik berisi material dan tabung gas. Kepulan asap mengepung Drydock. Sesekali terdengar suara ledakan dari gudang tersebut.

Sekitar 30 menit bara di perusahaan milik pemodal asal Uni Emirate Arab itu meletus, satu kompi Brimob Polda Kepri tiba di lokasi bersama satu pleton anggota Samapta Poltabes Barelang dan Polda Kepri. Kemudian disusul dua pleton TNI AD dari Yonif 134 Tuah Sakti dan tiga unit mobil pemadam kebakaran.

Brimob yang datang langsung menghalau karyawan keluar kawasan Drydock dan mengamankan karyawan asing, khususnya yang berdarah India. Sementara petugas pemadaman internal (bagian safety) Drydock berusaha memadamkan api di lantai dasar gedung manajemen.

Sekitar satu jam kemudian, karyawan bersedia mundur dan keluar dari area Drydock. Namun, mereka masih terus meneriakkan agar orang-orang India keluar dari persembunyian mereka. ”Keluar kau India,” teriak ribuan pekerja.

Sementara itu, Brimob terus menyisir gedung manajemen dan gedung owner serta gedung lainnya tempat pekerja asing sembunyi. Satu per satu pekerja asing itu dievakuasi ke mobil polisi dengan kawalan ketat Brimob. Termasuk pekerja asing berdarah Bangladesh, Vietnam, dan pekerja asing lainnya, sebelum dievakuasi lewat jalur laut.

Dievakuasi Lewat Laut

Pekerja asing Drydock yang bersembunyi di gedung manajemen perusahaan itu, satu per satu dievakuasi oleh Brimob Polda Kepri. Mereka disembunyikan di mobil Brimob yang telah siaga.

”Tak mungkin kita lewat depan. Evakuasi lewat laut saja,” teriak salah seorang anggota Brimob kepada rekannya.

Mobil Brimob kemudian bergerak ke dermaga Drydock. Sekitar seratus meter dari dermaga, 200-an pekerja asing ini dievakuasi menggunakan kapal patroli, speedboat, dan pancung milik Ditpolair Polda Kepri. Termasuk yang luka-luka akibat bentrok dengan karyawan.

WN India Jadi Tersangka

Kapoltabes Barelang Kombes Leonidas Braksan berjanji akan mengusut tuntas masalah kericuhan yang bermuara pada terbakarnya sebagian kantor Drydocks, kemarin. Satu warga negara India bernama Ganesh ditetapkan sebagai tersangka.

”Kami telah menetapkan WN India sebagai tersangka. Inisialnya ”G”. Dia diduga menghina sesama pekerja yang memicu terjadinya kericuhan itu,” ungkap Leonidas kepada Batam Pos tadi malam.

Dia mengatakan, G itu bakal dikenakan pasal penghinaan karena akibat ucapannya itu menimbulkan kemarahan pada sesama pekerja. Leonidas juga meminta rekan kerja G yang mendengar langsung kata-kata hinaan yang disampaikan untuk memberikan kesaksian di Mapoltabes Barelang.

Leonidas mengatakan, situasi keamanan di kawasan Drydocks telah aman terkendali. Namun aparat keamanan masih mengamankan kawasan shipyard tersebut hingga batas waktu yang belum ditetapkan.

”Situasinya telah kondusif. Batam kini terkendali pasca peristiwa itu,” tuturnya.

Leonidas menegaskan, tidak ada korban tewas dalam kericuhan yang melibatkan sekitar 10.000 pekerja itu. Tapi ada 9 orang yang terluka. Tiga di antaranya telah diizinkan pulang ke rumah dan lainnya masih dirawat intensif di rumah sakit.

”Saya pastikan tak ada korban yang meninggal hingga saat ini,” ungkap perwira dengan tiga melati di pundaknya itu.

Sementara itu, sumber resmi di kepolisian menuturkan, untuk mengamankan Batam pascakericuhan Drydocks, Polda Pekanbaru mengirimkan 100 personel Brimob untuk membantu personel kepolisian di Batam.

Enam Orang Kritis di RSAB

Hingga sore kemarin, pihak Rumah Sakit Awal Bros (RSAB) telah menerima dan merawat enam pekerja PT Drydocks yang luka parah. Sementara, tiga lainnya dirawat di beberapa rumah sakit terdekat.

Dua dari enam yang kritis itu warga negara Indonesia, yakni Lodewik Kalalo dan Patrik Susanto. Namun keduanya bukan korban anarkisme sesama pekerja Drydock, tapi mereka mengalami patah kaki akibat berusaha melompat dari lantai tiga gedung manajemen, setelah api mengepung gedung milik PT Drydocks tersebut, kemarin pagi.

Hal ini dibenarkan oleh teman keduanya, Stevanus Manampiring. Ia mengatakan, karena panik dengan munculnya kepulan asap tebal dari lantai dasar gedung tersebut, Lodewik dan Patrik memilih melompat dari lantai tiga untuk menyelamatkan diri.

Keduanya menurut dia bukan karyawan Drydocks tapi karyawan PT Master Marine, owner kapal L205 yang sedang diperbaiki di perusahaan tersebut. Kehadiran kedua korban di lantai tiga itu untuk menghadiri rapat antara pemilik kapal dengan Drydocks.

Selain keduanya, ada empat karyawan Drydocks berkewarga negaraan India yang masih kritis dan dirawat intensif di rumah sakit. Mereka rata-rata mengalami luka pada kepala, tangan dan kaki akibat dihantam benda tumpul saat adu jotos dengan pekerja yang mereka maki ”stupid”.

Para korban itu antara lain Prabaharan, Vee Rendra Kumar, E.N. Biju, dan Arumugan. ”Mereka masih dalam penanganan,” ujar dr Ingrid Sitawidjaja, dokter RSAB yang menangani korban.

Namun Ingrid enggan membeberkan kondisi luka yang didera enam korban tersebut dengan alasan masih dalam perawatan dokter rumah sakit.

Isu Sweeping

Amukan ribuan pekerja sempat reda setelah Kapoltabes Barelang Kombes Leonidas mengajak mereka berdialog. Kapoltabes bahkan berjanji menindak tegas pekerja asing yang menghina pekerja lokal. ”Saya akan minta supaya manajemennya memecat pekerja asing yang menyebut semua orang Indonesia bodoh,” katanya dengan pengeras suara.

Janji itu disambut tepuk tangan oleh pekerja. Sementara dialog berlangsung, sejumlah pekerja meneriakkan kata-kata propokatif. Mereka mengajak pekerja melakukan sweeping terhadap warga India. Meski tak ditanggapi, namun isu tersebut merebak sangat cepat di Tanjunguncang, kawasan industri yang banyak mempekerjakan tenaga asing berdarah India.

Sedikitnya 170 pekerja keturunan India di kawasan tersebut meninggalkan pekerjaannya pagi itu. Secara bergerombol mereka diangkut ke Mapolda Kepri di Nongsa. Selain 170 yang diungsikan di Mapolda, 44 lainnya ke Poltabes Barelang, juga untuk minta perlindungan.

”Tolong Pak. Istri saya ada di rumah di Batujaji. Dia ketakutan. Tolong bantu bawa dia ke sini,” kata Iqbal Ibrahim, 32, pekerja berkewarganegaraan Bangladesh kepada polisi di Mapolda Kepri dengan bahasa Inggris seadanya.

Menurut Iqbal, selain istri ada juga saudaranya yang terkurung dalam rumah kontrakan mereka di Batuaji. ”Mereka tak berani ke luar rumah karena takut kena sweeping,” ujarnya dengan ekspresi wajah cemas.

Iqbal bekerja di PT Naninda Drydock, perusahaan shipyard yang berlokasi tak jauh dari meletusnya kericuhan. Dia mengatakan, situasi Naninda Drydock pagi itu baik-baik saja. ”Keributan tak sampai merambat ke Naninda. Tapi saya dengar mereka mau sweeping, jadi saya bersama teman lainnya meninggalkan pekerjaan dan mencari perlindungan polisi,” ujar lelaki yang terus memainkan ponsel ini.

Iqbal belum tahu bagaimana nasibnya ke depan. ”Mudah-mudahan cepat selesai dan saya bisa bekerja lagi. Saya benar-benar tak punya masalah,” tukasnya.

Sementara itu, hingga sore kemarin ratusan warga India di Batam eksodus ke Singapura lewat Pelabuhan Nongsa Point Marina, Batam Centre, dan Sekupang. (nur/ros/spt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar