Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Jumat, 16 April 2010

OB Hadirkan Komikus Toni Masdiono


Putut Ariyotejo /
Thursday, 08 April 2010 20:03 (sumber Batam Pos,versi asli)

“Tak Ada Gambar yang Jelek”

Natasha Anggraini asyik corat-coret di selembar kertas. Ia membuat sebuah karakter komik. Sementara di depan Toni Masdiono menjelaskan bagaimana membuat komik.

Natasha adalah pelajar SMA 3 Batam Center, sejak SMP ia telah gemar menggambar komik. Belum pernah ia mengikuti pendidikan formal seputar membuat komik.

“Saya hanya menggambar lalu tunjukkan ke teman,” ujar Natasha. Belia kelahiran Semarang ini mengaku sudah memiliki beberapa komik hasil karya sendiri. Belum dipublikasikan memang, komik itu hanya dibaca oleh teman-teman sekolahnya saja.

“Saya membuat ceritanya sekalian menggambar,” ujarnya.

Kegiatan serupa dilakukan oleh Nurul Hidayaati, pelajar SMA 12 Batam. Kepada Batam Pos ia menunjukkan komik hasil coretan penanya. Tokohnya sangat terinspirasi komik Jepang. Mata besar, rambut tegak lurus, kepala lebih besar dari tubuh. Khas komik yang sedang mode saat ini.

Mereka berdua adalah contoh kecil bagaimana remaja Batam sangat berpotensi membuat sebuah komik. Meski secara otodidak terus berlatih.

“Saya belajar dari buku,” aku Natasha tentang referensi ia membuat komik.
Bagi Toni Madiono tidak ada gambar yang jelek. “Paling yang ada gambar aneh saja,” ujar Toni serius. Yang harus dilakuka oleh remaja Batam adalah terus menggambar.

Toni Masdiono adalah salah satu komikus ternama di tanah air. Bukunya Let’s Draw Manga laris manis dijadikan buku pegangan membuat komik oleh komikus muda. Toni hadir di Batam untuk menyebarkan virus menggambar komik dengan sponsor perpustakaan Otorita Batam.

Puluhan pelajar SMA dari berbagai sekolah mengikuti hingga akhir pelajaran dari Toni.

“Apa yang menarik bagi pelajar, ya komik,” ucap Ferdiana, Kasubag Arsip dan Dokumentasi OB saat dijumpai di arena workshop membuat komik, Kamis (8/4).

Workshop ini tidak mengajari pelajar yang hadir untuk menggambar. “Pada dasarnya setiap orang Indonesai itu suka menggambar kok,” ujar Toni.

Toni lebih banyak bicara tentang bagaimana membuah sebuah rangkaian komik. Lulusan ITB angkatan 1980 ini mengajak para siswa untuk mengenal sudut pandang layaknya kamera.

Setiap komikus, jelas pria kelahiran Malang ini, harus mengenal sudut pandang tersebut sehingga sajian komiknya jadi lebih hidup. Ada long shot, medium shot, up shot dan sebagainya.

“Ada yang saya sudah tahu tapi ada juga yang belum,” aku Natasha saat dimintai komentar isi workshop.
Berbekal contoh-contoh gambar, Toni mampu membuat setiap peserta terus menatap layar. “Gambarlah apa yang kalian mengerti betul,” ingat pria yang keahliannya telah digunakan oleh industri komik di mancanegara itu. Toni sendiri mengaku kesulitan menggambar mobil. “Karena memang saya tidak tahu detil mobil,” akunya.

Tak hanya mengenai teknik membuat gambar, ayah dua orang anak itu juga mengenalkan skenario cerita untuk komik.

Saat ini, ujar Toni, komikus Indonesia kesulitan mendapatkan pasokan cerita. Kalau dipaksa untuk membuat cerita sendiri memang bisa. ”Tetapi terlalu banyak energi yang terkuras,” imbuhnya.

Ia mengingatkan ke belakang, kejayaan komik di Indoenesia tergerus karena semua dikerjakan satu orang. Cerita dan gambar dilakukan seorang diri. Saat komikus capek, industri komik di tanah iar pun ikut ”letih”.

Ada rahasia lain yang diungkap Toni, ternyata kemampuan komikus adalah terbatas, bukan karena pandai menggambar lalu mereka bisa menggambar apa saja. Menggambar gedung misalnya, komikus biasanya tak bisa menggambar dengan bagus. Butuh ahli lain untuk menggambar latarbelakang gedung. ”Biasanya arsitek lebih detil dalam menggambar,” aku Toni, membuka kartu.

Saat ini bahkan telah ada gambar gedung yang tinggal di jiplak lalu tinggal menambahi karakter tokoh.
Menurut Toni, industri komik di tanah air masih berkembang. Keahlian komikus tanah air pun sudah tak diragukan lagi oleh dunia. Selain mengisi kebutuhan tanah air komikus Indonesia telah mewarnai industri komik dunia. Jejaring yang dibangun melalui dunia maya sangat efektif untuk mengenalkan diri sekaligus meraih peluang. Toni sendiri kini siap-siap mengerjakan komik pesanan Australia.

Bagaimana Toni melihat potensi Batam? Peluang itu terbuka. Ia menyarankan remaja di Batam pun membuka jejaring melalui internet. Diskusi di dunia maya akan menghadirkan atmosfir positif bagi perkembangan komik Batam. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar