| | |
Ditulis oleh Ir Benny Andrianto, MM , Senin, 19 April 2010 08:30 (sumber Batam Pos,versi asli) |
GEGAP gempita, gemuruh, hiruk pikuk, riuh rendah beberapa hari terakhir ini. Ini semua berkaitan dengan PT. Adhya Tirta Batam (ATB) yang mengumumkan hajatannya untuk melakukan penyesuaian tarif. Semua pihak tiba–tiba kompak untuk saling memberi komentar, keluhan atau sebagian bahkan menghujat. Mereka kadang lupa berbicara atas nama siapa, untuk siapa, lalu apakah isinya relevan dengan isu utamanya atau sekedar klise? Sungguh kasihan ATB dan BP Batam yang tiba – tiba harus menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas semuanya. Beginilah repotnya kalau sudah jadi selebritis, semua aktivitas yang dilakukan oleh ATB semua pihak merasa harus tahu, harus dimintai ijin, merasa paling berhak untuk ngurusin ATB. Hal ini wajar rasanya, karena Air memang merupakan kebutuhan hajat hidup orang banyak, sehingga memang semua orang perlu tahu tentang rencana ATB untuk menyesuaikan tarif melalui proses Indeksasi. Dimanapun kebijakan penyesuaian tarif selalu identik dengan kebijakan tidak populer, sehingga memang perlu jelas, dan kehati–hatian untuk membuat semua pihak dapat menerima kebijakan ini. ATB mengucapkan terima kasih atas semua perhatian, komentar, masukan, keluhan ataupun kritik berkaitan dengan penyesuaian tarif ini. Mohon maaf bila kegiatan ATB telah dianggap lancang, datang terlalu cepat atau tidak melibatkan pihak terkait. Untuk sementara marilah kita buka hati, singkirkan semua pikiran negatif,dan ijinkan kami untuk membuat hal ini menjadi lebih jelas dan dapat diterima oleh semua pihak. Pada dasarnya dalam dunia ini semua barang kebutuhan utama cenderung akan naik harganya. Hal mana kenaikan harga bahan utama disebabkan oleh adanya inflasi dan atau adanya ketidak seimbangan supply dan demand. Dalam hal air sebagai kebutuhan hidup utama jelas semakin lama akan menjadi semakin mahal. Jumlah volume air yang makin menyusut akibat adanya pemanasan global dan tingginya pencemaran air telah mengakibatkan harga air menjadi semakin mahal. Batam adalah merupakan sebuah pulau yang unik dimana ketersediaan air baku hanya bergantung pada curah hujan yang ditampung pada 6 (enam) dam yang ada. Malangnya ketersediaan air tanah/ air sumur di Batam jauh dari memadai, baik dari sisi jumlah maupun kualitas. Hal ini menyebabkan ketergantungan pada air hujan menjadi semakin besar. Harga air untuk domestik semakin lama juga akan menjadi semakin mahal, karena kelompok pelanggan yang memberikan subsidi tidak tumbuh secepat kelompok pelanggan domestik. Satu hal lagi yang tidak terelakkan adalah adanya faktor CPI (Indeks kebutuhan utama- inflasi), dimana tingkat inflasi di Negara berkembang seperti Indonesia akan cenderung tinggi dan fluktuatif. Kita beruntung bahwa selama 3 tahun terakhir tingkat CPI cenderung stabil dan menurun, tetapi masih tetap terdapat nilai inflasi. Batam sebagai daerah tujuan investasi, harus merasa beruntung dengan adanya ATB. ATB saat ini adalah merupakan salah satu perusahaan air yang efisien, kalau tidak ingin dibilang malah yang paling efisien. Sekedar informasi ATB saat ini ramai dikunjungi oleh berbagai PDAM, Pemda, dan DPRD dari kota lain, baik untuk melakukan studi banding atau bahkan training. Banyak daerah sangat menginginkan pengelolaan air dapat dikelola sebaik dan seefisien ATB. Itulah sebabnya dalam MAPAM XI yang baru lalu ATB mendapat anugerah PERPAMSI Award untuk tingkat Metro, sungguh membanggakan bagi kita semua warga Batam. Beberapa hal yang digunakan sebagai tolok ukur sebuah efisiensi, yaitu tingkat kebocoran (NRW), jumlah karyawan/1000 pelanggan, dan cakupan pelayanan. Kebocoran ATB per bulan Pebruari 2010 tercatat 26,5 persen. Dibandingkan dengan rata – rata kebocoran/NRW PDAM di Indonesia adalah 38 persen. Sementara ratio karyawan per 1000 pelanggan ATB sebesar 2,4. Sedangan standar untuk parameter ini adalah 4 ( makin kecil makin efisien). Cakupan pelayanan ATB sebesar 95 persen, sedangkan rata – rata cakupan pelayanan PDAM di Indonesia sebesar 60 persen. Dengan melihat semua parameter diatas, jelas bahwa ATB memang sudah sangat efisien. ATB secara terus menerus melakukan evaluasi dan perencanaan yang matang dalam setiap program pengembangan jaringan dan kapasitas suplai. Hal ini dimaksudkan agar setiap biaya rupiah yang dibayarkan oleh pelanggan untuk setiap tetes air benar-benar bisa memberikan nilai tukar yang terbaik bagi pelanggan. Survei kepuasan pelanggan selalu dilakukan setiap 2 tahun sekali oleh lembaga survey independen dengan standar International. Inilah yang menjamin bahwa semua program investasi dan kualitas operasional dapat dilakukan secara efektif dan memberikan nilai maksimal bagi pelanggan. Saat ini kondisi ekonomi kita sudah kembali sehat, dan bahkan sebenarnya banyak pihak yang mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia tidak mengalami krisis (ingat kasus Century). Kondisi pasar modal memang sempat mengalami kehancuran ditahun 2008, dimana IHSG sempat menyentuh angka 1100 jatuh dari angka 2830 hanya dalam waktu beberapa bulan. Namun saat ini kondisi pasar modal telah kembali menyentuh angka 2845 atau artinya bahkan lebih tinggi dari rekor yang pernah dicapai sebelumnya. Yang lebih mengejutkan adalah Indonesia merupakan Negara dengan tingkat pemulihan pasar modal tercepat di dunia. Dengan demikian rasanya tidak tepat bila dikatakan bila saat ini kita masih mengalami kesulitan ekonomi. Batam adalah satu – satunya daerah yang tetap tumbuh bahkan saat Indonesia mengalami krisis tahun 1997/1998. Dan Batam adalah merupakan salah satu daerah dengan PDRB tertingggi. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan ekonomi di Batam berjalan dan tumbuh dengan baik. Tak ada lagi yang perlu diragukan dengan kemampuan/ kondisi ekonomi Batam. *** Wakil Presiden Direktur ATB |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar