| | |
Written by anton | |
Kamis, 07 Januari 2010 (sumber Tribun Batam,klik versi asli) | |
Ancaman PHK Sambut ACFTAPENERAPAN Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA) mendapat perhatian serius bos PT Satnusa Persada Tbk, Abidin Hasibuan. Dia menilai Indonesia akan sulit menyaingi produk-produk China bila tidak segera melakukan pelbagai pembenahan. Dia mencontohkan pasar Batam saja, sekitar 30 persen dikuasai produk Cina yang masuk secara legal. Perinciannya, 20 persen produk Cina yang masuk secara legal dengan membayar bea masuk, sedangkan 10 persen lagi produk yang masuk secara ilegal. “Namun saya kira yang paling terpukul adalah industri-industri yang ada di pusat seperti kelompok tekstil, makanan ringan, alat-alat elektronik, dan suku cadang otomotif. Kalau Batam tidak akan terlalu terpengaruh karena produk industri kita berorientasi ekspor,” ungkapnya saat dihubungi, Rabu (6/1). Sementara itu pantaun Tribun, belum melihat banjirnya produk-produk Cina di sejumlah supermarket. Produk-produk negeri Tirai Bambu itu baru terbatas pada mainan anak, beberapa makanan ringan, dan rokok merek NISE. Sebelumnya, Abidin menilai bila Indonesia bersaing secara terbuka dengan Cina, sama dengan bunuh diri. Pasalnya, kos produksi di Cina sangat rendah dan bahan bakunya murah. “Kalau kita ikut persaingan terbuka sebagaimana ACFTA ini, dalam tiga tahun saya prediksi akan banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri kecil, terutama industri makanan dan tekstil,” tambah Ketua Dewan Kehormatan Asosasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepri. Namun bila Indonesia tidak mengikuti kesepakatan tersebut, kata dia, bisa jadi produk Indonesia diboikot oleh Cina dan negara Asean lainnya. Hanya Abidin melihat Indonesia tetap memiliki kans menyaingi Cina bila melakukan enam syarat transformasi positif: 1. Dunia perbankan perlu memberikan suku bunga khusus terhadap sektor usaha padat karya. Ia mencontohkan Cina yang hanya memberikan bunga kredit bank sekitar 3 persen untuk UKM. Sementara suku bunga di tanah air masih 16 persen untuk kredit rupiah dan sekitar 6 persen untuk kredit dolar AS. Dan ketentuan ini berlaku rata untuk semua sektor usaha. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar