Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Kamis, 28 Januari 2010

Pariwisata Kepri Terancam

Kamis, 28 Januari 2010 (sumber Sijori Mandiri,versi asli)
Penghapusan Visa 10 USD

BATAM - Kebijakan pemerintah menghapuskan paket kunjungan turis selama tujuh hari dengan bea masuk 10 dolar AS dan hanya memberlakukan biaya visa on arrival (VoA) 25 Dolar AS untuk kunjungan maksimal 30 hari mengancam pariwisata di Batam, Bintan dan pariwisata Kepri pada umumnya. Pasalnya mayoritas turis yang berkunjung ke daerah ini hanya selama dua hingga tiga hari dan itu pun turis hanya sekedar singgah dari Singapura. Penghapusan paket kunjungan tujuh hari itu mulai diberlakukan Senin (25/1) lalu. Dengan demikian, maka turis dari 63 negara di dunia harus membayar VoA 25 Dolar AS untuk kunjungan maksimal 30 hari.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam, Guntur Sakti mengaku kaget dengan penghapusan paket kunjungan tujuh hari tersebut. Sebab sebelumnya belum ada tanda-tanda ataupun pemberitahuan awal berupa sosialisasi dari pemerintah. Dua hari setelah diterapkan sejumlah pengusaha sektor pengusaha di Kota Batam juga sudah mengeluh. Mereka mayoritas pemilik usaha tour and travel dan lapangan golf.

"Kita sangat kaget dengan kebijakan itu. Begitu juga dengan Kepala Dinas Periwisata Kepri, Pak Robert. Bahkan karena khawatir kebijakan ini akan berdampak kepada program dan pencapaian target kunjungan pariwisata, kami pun langsung menggelar rapat. Untuk sementara kami akan melihat dulu trend kunjungan turis dalam satu bulan ini. Kalau memang berdampak, apalagi turun drastis maka kita segera menyurati pemerintah pusat," kata Guntur, Rabu (27/1) melalui sambungan telepon.

Menurut Guntur, turis yang paling banyak berkunjung ke Batam dan Kepri umumnya adalah turis Singapura, kedua terbanyak turis Malaysia, berikutnya Korea, Jepang dan India. Kalau untuk turis Singapura dan Malaysia serta negara ASEAN lainnya, kebijakan biaya VoA 25 Dolar AS memang tidak diberlakukan. Namun bagi turis Korea, Jepang dan India serta turis 60 negara lainnya di dunia memang dikenakan biaya VoA senilai 25 Dolar AS.

"Inilah yang membuat kita khawatir. Sebab jumlah turis Korea, Jepang dan India yang berkunjung ke Batam cukup banyak. Jangan-jangan mereka nantinya tak mau lagi weekend dari Singapura ke Batam akibat terjadinya kenaikan biaya visa tersebut," kata Guntur.

Masalah penghapusan paket kunjungan tujuh hari ini juga mendapat perhatian serius dari pegiat pariwisata di Batam, Riginoto Wijaya. Kemarin mantan anggota DPRD Kota Batam ini juga menjadikan persoalan ini sebagai status di facebooknya. Karena selama ini kunjungan turis ke Batam hanya selama 2 hingga 3 hari saja, maka ada dugaan kebijakan ini akan berdampak terhadap target angka kunjungan pariwisata ke Batam.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri Robert Iwan Loriux, mengatakan penghapusan paket kunjungan 7 hari dengan membayar 10 dolar AS menjadi 25 dolar AS setiap kali kunjungan ke Indonesia, memang bukan kebijakan baru dan itu kebijakan yang telah lama yang kembali diberlakukan dengan pertimbangan sektor penerimaan negara.

Namun begitu Robert membenarkan bahwa pemberlakuan VoA menjadi 25 dolar AS perorang akan mempengaruhi tingkat kunjungan di Provinsi Kepri. Sampai saat ini pemerintah bersama pelaku usaha dunia pariwisata terus melakukan kajian untuk melihat dampak dari penghapusan paket 7 hari kunjungan itu. Apakah mempengaruhi tingkat kunjungan atau tidak.

"Tetapi ini sebetulnya memang harus diterapkan karena saat kita berkunjung ke negara mereka harus membayar 45 dolar AS sebagai biaya masuk dan Indonesia hanya 25 dolar AS, dan ini mungkin strategi pemerintah pusat dalam meningkatkan penerimaan negara dari sektor pariwisata dan harus didukung," kata Robert meminta kesabaran semua pihak karena pemerintah juga terus melakukan kajian.

Menurutnya, banyak yang harus dikaji dengan penghapusan paket 7 hari dengan membayar 25 dolar AS, terutama dari sisi keamanan negara, dan untuk mengembalikan kridibilitas Indonesia di mata luar negeri. Ia juga mengakui masalah adanya kenaikan VoA tersebut sudah menggelar rapat dengan pelaku usaha di Batam untuk membahas dampak dan liannya

Pengusaha Mengeluh
Sementara itu Perhimpunan Pariwisata (HPI) Tour dan Guide di Kota Tanjungpinang juga menilai kebijakan pengahapusan paket 7 hari kunjungan turis dengan bea masuk 10 dolar AS, cenderung akan menurunkan kunjungan turis ke Pulau Bintan.

"Di Pulau Bintan sendiri diketahui ekspatriat hanya menggunakan akhir pekan di Tanjungpinang atau Bintan, dengan kebijakan menghapuskan paket 7 hari ini dikhawatirkan turis yang ingin menunggu waktu pulang ke negara asalnya dari Singapura lebih memilih berkunjung ke Mayasia atau negara lainnya," kata Ketua HPI Tour dan Guide Kota Tanjungpinang, Syafriil Sembiring kemarin.

Menurutnya, menghapuskan paket kunjungan tujuh hari itu sangat dirasakan terutama untuk Kabupaten Bintan yang memiliki kawasan wisata Lagoi dan daerah lainnya seperti Trikora. Apalagi turis Korea selama ini paling banyak berkunjung ke Pulau Bintan, selain turis Singapura dan Malaysia.

Ia berpendapat seharusnya kebijakan pusat tersebut dikoordinasikan dahulu dengan masing-masing daerah. Jangan main pukul rata saja. Karena kondisi pariwisata di Pulau Bintan dan Batam berbeda dengan Bali dan Jawa, sebab Bali dan Jawa memang daerah tujuan pariwiasata utama. Sedangkan Bintan dan Batam persinggahan bagi turis yang berkunjung ke Singapura.

"Tamu yang datang di Pulau Bintan hampir rata-rata short visit, karena menunggu pesawat ke negara tujuan lain atau pulang ke negara asal setelah dari Singapura, Malaysia atau kawasannya lainnya. Ini lah sebenarnya posisi wilayah Pulau Bintan, Batam ataupun Karimun sendiri yang berbeda dengan Pulau Bali dan Jawa," katanya. (sm/mm/ye)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar