| | | |
Sabtu, 31 Juli 2010 08:28 |
Sekretaris Dewan Kawasan (DK) FTZ Batam Bintan Karimun (BBK) Jon Arizal mengatakan warga Batam tidak perlu khawatir terhadap kelangkaan gula. Pasalnya, Minggu depan sebanyak 1.000-1.500 ton gula lokal akan masuk. ”Jumlah itu cukup untuk memenuhi kebutuhan selama sebulan. Jumlah itu belum termasuk 500 ton yang ada sebelumnya. Jadi masyarakat tak perlu resah lagi,” kata Jon kepada Batam Pos via ponselnya, Jumat (30/7). Untuk memasukkan gula lokal tersebut saat ini sudah ada empat perusahaan bersedia menyuplai. Dari empat perusahaan itu, satu di antaranya yaitu PT Batam Harta Mandiri (BHM) sudah melakukan aktivitas memasukkan gula. Sementara, tiga perusahaan lainnya menyusul PT BHM memasukkan gula lokal. Ketika disinggung nama tiga perusahaan lain yang memasukkan gula lokal, Jon mengaku kurang mengingat secara persis. ”Namun yang jelas tiga perusahaan itu menyusul PT BHM yang sudah memasukkan gula lebih dulu. Jika empat perusahaan itu sudah memasukkan, maka kebutuhan akan bisa terpenuhi,” paparnya. Jon mengaku gula lokal yang masuk ke Batam berasal dari sejumlah daerah di Indonesia, antara lain dari Jakarta dan Lampung. ”Pas waktu gula sulit, kita memberikan kesempatan seluas-luasnya ke pengusaha untuk memasukkan gula. Begitu pun gula merek lain seperti Gulaku juga tersedia di supermarket,” tambahnya. Mengenai informasi yang menyebutkan sudah ada yang memasok gula impor sehingga pengusaha yang sudah memasukkan gula lokal resah, Jon mengaku hingga saat ini belum ada gula impor yang akan masuk. ”Pemerintah pusat belum mengizinkan. Kita masih berjuang,” jelasnya. Menurut Gosse, mendatangkan gula lokal bukan perkara gampang. Pengusaha harus punya modal besar dan daya tembus ke produsen utama. Dengan harga tebus Rp9.500 sampai Rp9.800 per kilogram dan pembelian minimum 200 ton untuk gula lokal asal Lampung misalnya, pengusaha harus menyiapkan duit paling sedikit Rp2 miliar. Itu kalau pengusaha punya jaringan ke produsen utama. Jika tidak, harganya akan lebih mahal. Gosse mengatakan, harga gula lokal di Batam yang mencapai kisaran Rp10.500 sampai Rp11 ribu, merupakan gabungan harga tebus, plus biaya transportasi dan margin alias keuntungan. Tingginya biaya tebus dan transportasi, membuat pengusaha berpikir dua kali memasukkan gula lokal. Apalagi setelah membaca pernyataan pejabat pemerintah tentang kemungkinan mendatangkan gula impor. ”Jangan buat penyataan yang membingungkan. Mengimpor gula tak akan semudah itu karena komoditas ini diawasi dan aturannya tertuang dalam Keppres 57 Tahun 2004 tentang tata niaga gula, Keppres 58 Tahun 2004 tentang swasembada gula, dan Permendag 2007 tentang impor gula,” papar Gosse. Dia menuturkan, impor gula hanya akan jadi wacana dan tak mungkin terealisasi mengingat opsi tersebut bergantung kebijakan nasional. “Gula lokal sedang melimpah, pemerintah tak mungkin membuat kebijakan membuka kran impor,” katanya. Mengenai impotir yang enggan main gula produksi dalam negeri, Gosse mengatakan tak bisa dipersalahkan. Pasalnya, Dewan Kawasan FTZ Batam, Bintan dan Karimun maupun Badan Pengusahaan (BP) Batam tak mengatur secara rinci soal upaya menyangga gula lokal tersebut. Syarat yang diajukan BP Batam kepada importir saat memasukkan 6.000 ton gula dari Thailand awal 2010 lalu baru sebatas syarat impor dari BP Batam, nomor induk kepabeanan dan memiliki gudang menimbunan. ”Sementara aturan untuk menyangga gula lokal itu tidak ada. Harusnya, selain impor, mereka juga diwajibkan menjual gula lokal,” tukasnya. Gosse menyarankan Sekretaris Dewan kawasan FTZ BBK, Disperindag Batam, BP Batam dan Kadin atau Apegti duduk bersama merumuskan aturan niaga gula di Batam. Gula Masih Rp11 Ribu per Kg ”Meskipun sekarang stok masih kurang tapi mulai ada penambahan dari pemasok meskipun itu tak seberapa, tidak seperti sebelumnya tidak ada penambahan stok sedikit pun,” ujar Ali pemilik kios di pasar Bengkong Centre. Untuk harga, pedagang belum ada yang berani menurunkan, pasalnya harga dari distributornya saja sudah mahal, jadi pedagang mau tak mau harus mengikuti harga dari distributor. Hal senada juga diungkapkan Ida, pemilik kios sembako di Pasar Tanjungpantun Jodoh. Menurutnya, sampai saat ini belum ada penurunan harga dari distributor, dan penambahan pasokan pun belum ada. Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Ahmad Hijazi mengatakan stok gula pasir di Batam ini memang dalam kondisi sangat kurang untuk kebutuhan masyarakat sampai menjelang Lebaran tahun ini. (hda/ros/cr6) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar