Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Rabu, 04 Agustus 2010

Ekspor Turun, Impor Naik





Rabu, 04 Agustus 2010 08:08 (sumber BatamPos,versi asli)

JAKARTA (BP) - Kinerja perdagangan Indonesia menunjukkan tren berfluktuasi. Sepanjang Juni lalu, ekspor turun, sedangkan impor justru naik. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan, nilai ekspor Indonesia Juni lalu mencapai 12,29 miliar dolar AS. ”Artinya turun 2,87 persen dibanding ekspor Mei," ujarnya di Kantor BPS, Senin (2/8). Rusman mengatakan, meski secara keseluruhan turun, namun ekspor nonmigas pada Juni lalu mampu menembus 10,39 miliar dolar AS atau naik tipis 1,02 persen dibanding ekspor periode Mei 2010.

Secara kumulatif, lanjut dia, nilai ekspor Indonesia periode Januari-Juni atau semester I-2010 mencapai 72,52 miliar dolar AS, atau naik 44,83 persen dibanding periode yang sama tahun 2009. ”Adapun kumulatif ekspor nonmigas mencapai 59,36 miliar dolar AS atau naik 38,37 persen dibanding periode sama 2009,“ katanya.

Rusman menyebut, peningkatan ekspor nonmigas terbesar Juni 2010 terjadi pada mesin-mesin/pesawat mekanik sebesar 122,1 juta dolar AS, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar 236,6 juta dolar AS. Sementara dari sisi negara tujuan ekspor, Jepang tetap menjadi yang terbesar dengan nilai 1,30 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat 1,14 miliar dolar AS, dan China 1,02 miliar dolar AS. ”Sedangkan ekspor ke 27 negara Uni Eropa mencapai 1,24 miliar dolar AS,” ujarnya.

Adapun menurut provinsi asal, lanjut Rusman, sepanjang periode Januari-April 2010, Kalimantan Timur menjadi jawara dengan total nilai ekspor 7,89 miliar dolar AS (16,58 persen), diikuti Jawa Barat sebesar 7,44 miliar dolar AS (15,64 persen), dan Jawa Timur sebesar 4,75 miliar dolar AS (9,99 persen).

Sementara itu, kata Rusman, kinerja impor Indonesia sepanjang Juni lalu justru meningkat 17,36 persen dibandingkan Mei 2010. ”Nilainya mencapai 11,71 miliar dolar AS,” ujarnya. Dari angka tersebut, impor nonmigas sebesar 9,32 miliar dolar AS dan impor migas sebesar 2,39 miliar dolar AS. Nilai impor nonmigas terbesar Juni 2010 adalah golongan barang mesin/peralatan mekanik dengan nilai 1,70 miliar dolar AS yang meningkat 19,23 persen dibanding Mei 2010, sedangkan selama semester I- 2010 nilainya naik 33,75 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama semester I-2010 masih ditempati oleh Tiongkok dengan nilai 8,99 miliar dolar AS dengan pangsa 18,07 persen, diikuti Jepang 7,64 miliar dolar AS (15,34 persen), dan Singapura 4,86 miliar dolar AS (9,77 persen). "Nilai impor menurut golongan penggunaan barang selama semester I 2010 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya mengalami peningkatan untuk semua golongan, yaitu impor barang konsumsi sebesar 61,14 persen, bahan baku/penolong sebesar 55,90 persen, dan barang modal sebesar 35,91 persen.


Ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad H. Wibowo mengatakan, turunnya nilai ekpsor merupakan imbas dari penguatan tajam atau overvaluation nilai tukar Rupiah. ”Kondisi ini tidak sehat bagi neraca pembayaran dan stabilitas makro Indonesia,” ujarnya. Menurut Dradjad, over valuation Rupiah terjadi karena derasnya investasi portofolio yang masuk melalui saham, surat berharga negara (SBN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). ”Akibat over valuation, kinerja ekspor merosot. Mengingat pelaku ekspor adalah tulang punggung pembentukan PDB dan penyerapan tenaga kerja kita, kondisi ini perlu segera dikoreksi. Jika tidak, PDB dan unemployment bisa terkena koreksi," katanya.


Bahkan, lanjut Dradjad, kinerja perbankan juga bisa terganggu karena porsi kredit korporasi untuk nasabah perkebunan dan sektor berorientasi ekspor cukup besar, hampir 40 persen. Selain itu, over valuation juga merugikan UKM dan petani karena serbuan produk impor menjadi makin kompetitif. ”Karena itu, Kementerian Keuangan dan BI harus mensinergikan manajemen SBN dan SBI untuk mengendalikan over valuation," ujarnya. (owi/jpnn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar