Selasa, 12 Januari 2010 (sumber Batam Pos,klik versi asli) | |
BATUAJI (BP) - Komunitas pecinta hutan mangrove dan tanaman rakyat, yang tergabung dalam DPW Asosiasi Hutan Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia (AHTRMI) Provinsi Kepri & Babel menilai, kerusakan tadi adalah kerugian bagi masyarakat Batam dan Kepri. Ketua DPW AHTRMI Kepri & Babel, Jon Akim kemarin menyebutkan, mangrove yang rusak dan ditimbun akan mengurangi hasil tangkapan ikan, kepiting, udang, dan kerang para nelayan. Kepiting, ikan, dan udang kehilangan tempat meletakkan telurnya. Alhasil, para nelayan dan warga sekitar pantai menjadi berkurang pendapatan mereka. Lalu, pantai menjadi rawan dengan abrasi (pengikisan, red) akibat air dan ombak. Otomatis, luas daratan akan semakin berkurang dari waktu ke waktu. ”Kerap kita dengar ada pulau tenggelam karena pantainya dihantam air dan ombak. Ini terjadi, karena hutan mangrove dan hutan tanaman rakyat di pulau itu habis ditebang,” sebut Jon dilantik oleh ketua DPP AHTRMI Basyaruddin di sekitar kawasan Ruko Air Mas Batuaji, Kamis (7/1) lalu. Jon mengakui, komunitas mereka bukan untuk mencari keuntungan. Aktivitas mereka murni sosial demi menghijaukan Batam, dan wilayah Kepri. ”Bukti nyata dari kegiatan kami yang dengan menanam 3.000 bibit tanaman mangrove (tanaman tepi pantai, red) di Besa Bloking Pulau Rempang Kecamatan Bulang, Kota Batam, Sabtu 17 Januari 2009 lalu. Kegiatan ini telah didukung penuh Gubernur Kepri Ismeth Abdullah,” ungkap Jon. Saat itu, dengan belasan mobil, pengurus dan anggota AHTRMI melintasi ratusan jalan berlubang, mendaki bukit, serta menuruni jurang menuju Desa Bloking. Panasnya suasana pantai, tampaknya bukan penghalang bagi mereka. Sekitar dua jam perjalanan, barulah mereka sampai di desa itu. Di desa itu pulalah, pecinta tanaman dan mangrove ini terjun ke lumpur-lumpur yang ada di tepi pantai. Bau busuk akar tanaman yang mati, serta aroma pantai yang kurang sedap mereka abaikan. Alhasil, ribuan bibit mangrove pun tertanam. ”Kebersamaan antara pengurus/anggota AHTRMI, instansi terkait, dan masyarakat, membuat program ini bisa jalan,” sebut pengurus AHTRMI Basyaruddin di Desa Bloking. Sementara itu, Ketua Bidang Niaga Kehutanan AHTRMI Kepri & Babel, Surahman menambahkan, penanaman mangrove dan hutan tanaman rakyat ini juga menghidupi perekonomian dan memberdayakan masyarakat. Masyarakat sekitar perumahan, hutan, dan pantai bisa diminta menanam bibit, memelihara. Kemudian, AHTRMI yang membelinya. ‘’Tidak mengkin ribuan bibit tanaman tadi kita semua yang menanam. Maka kita bayar warga sekitar untuk membawa bibit mangrove dari Batam ke pulau, menanam, dan menjaga tanaman tersebut,’’ ujar Surahman yang telah melakukan sosialisasi fungsi AHTRMI di Hotel Pacific Batam, Rabu (6/1). Tidak berbeda dengan itu, Bendahara AHTRMI Siti Jamillah menambahkan, potensi pengurus dan anggota AHTRMI bisa disebut cukup banyak. Rasa kecintaan mereka terhadap lingkungan membuat mereka rela mengeluarkan waktu, tenaga, dan dana untuk menghijaukan lahan kritis, lingkungan perumahan, lahan yang belum digarap investor dan lainnya. ”Baru-baru ini juga kita telah menanam 100 bibit tanaman di hutan tanaman rakyat di Batuaji. Ini akan terus berlanjut dengan penanaman lainnya.” sebut Siti. Dalam waktu dekat ini sebut Siti, mereka akan menghubungi pihak Lanal Batam untuk menghijaukan kawaasan pantai yang ada di daerah tersebut. Bukan hanya itu, rasa kebangsaan mereka juga terpanggil untuk menghijaukan pulau terluar, Pulau Nipah, yang berdekatan dengan Singapura. ”Bibit mangrove yang kita miliki cukup banyak. Tinggal lagi izin dari pihak Lanal dan instansi terkait. Bila itu sudah ada. Kita tinggal membawa mangrove, lalu menanam bibit tanaman di dua lokasi itu,” kata Siti. (sta) |
Info Barelang
Selasa, 12 Januari 2010
AHTRMI Ingin Hijaukan Pulau Nipah dan Kawasan Lanal Batam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar