- Kamis, 01 November 2012 (Sumber : Haluan Kepri)
SEKUPANG (HK)- Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) bekerja sama dengan Yayasan Budha Tzu Chi, berhasil mengoprerasi tiga balita yang mengalami penyempitan pada saluran pembuangan kotoran(Anus) atau dalam bahasa medisnya di sebut Hirschsprung's.
Kasus penyakit tersebut merupakan sudah bawaan seseorang semenjak lahir. Sehingga, bayi yang lahir itu tidak bisa melakukan pembuangan kotorannya sendiri, seperti manusia normal lainnya.
"Sebahagian besar penyebab dari masalah ini yaitu, saraf usus bagian pembuangan akhir kotoran tidak ada. Akibatnya, kotoran bayi itu menumpuk di perut dan tidak bisa ke luar tanpa di bantu," ujar dr Adi Tomo Spb Kba, selaku dokter spesialis bedah anak RSOB.
Selama ini, katanya, kasus-kasus tersebut sudah sering terjadi di Batam. Namun, karena keterbatasan dokter spesialis bedah anak, terpaksa untuk langkah operasi dan pembuatan saluran kotoran tersebut atau penderita Hirschsprung's di kirim ke luar Batam.
"Biaya untuk melakukan operasi penbuatan usus pembuangan kotoran ini cukup besar sekitar Rp30 juta, bahkan lebih. Dengan mengundang dokter ke Batam, tentunya akan lebih menghemat biaya proses operasi ini," ujarnya.
Untuk melakukan operasi tiga orang balita ini, kata Adi, kita mendatangkan dua orang dokter undangan dari RSCM Jakarta. Di antaranya, dr Ahmad Yani Spb, Kba dan dr Hening Spb, Kba. Sedangkan untuk proses operasinya, terang Adi, kita membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk satu orang bayi.
Sementara itu, dokter spesilais Bedah Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dr Ahmad Yani Spb, Kba dan dr Hening Spb, Kba mengatakan, paska operasi terhadap bayi Hirschsprung's perlu perawatan intensif selama dua minggu. Biasanya, kalau tidak ada gangguan terhadap kesehatan bayi tersebut, tentunya bayi akan tumbuh dan sembuh seperti bayi normal laiinya.
"Dalam teknis operasi Hirschsprung's ini, kita melakukan pemotongan terhadap usus pembuangan kotoran, yang sarafnya tidak berfungsi. Biasanya, usus yang dibuang itu sekitar 10 cm hingga 20 cm. Kemudian, barulah kita sambungkan kembali dengan lubang anus agar bisa normal kembali," ungkapnya.
Sementara itu, tim relawan Yayasan Budha Tzu Chi Batam, Dewi, Siti dan Neli mengatakan, untuk proses penyembuhan masyarakat yang mengalami kelainan usus pembuangan tersebut pihak yayasan berupaya membantu dengan semaksimal mungkin. Karena, hal itu sudah merupakan komitmen yayasan dan guru kami Chang Yen untuk bisa membantu masyarakat.
"Masyarakat yang datang kepada yayasan kami merupakan orang miskin yang membutuhkan pertolongan. Makanya, kami berupaya untuk membantu mereka agar bisa melakukan pengobatan hingga sembuh," kata Dewi.
Siapapun masyarakat yang datang, ucapnya, akan dibantu. Tentunya, dengan terlebih dahulu melakukan survei keadaan pasien tersebut. Kalau memang masyarakat tersebut berasal dari keluarga miskin pasti dibantu.
"Selama ini, untuk penanganan pasien yang mengalami kasus seperti ini, selalu kami kirim ke Jakarta. Namun, untuk efisien biaya proses operasi, makanya kami bekerja sama dengan RSOB untuk mendatangkan dokter spesialis bedah anak ke Batam," ujarnya.
Adapun ke-tiga orang bayi yang di operasi hari ini di antaranya, Muhammad Arif (1,8) anak yatim, ibunya bernama Sarah, Muhammad Rizki (2,8) dari pasangan Rudi Hartono dan Trimurti, serta Tugu Andreas (1,3) dari pasangan Junawardi dan Resmiana.(cw41)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar