- Senin, 26 November 2012 (sumber Haluan Kepri)
SEKUPANG (HK)- Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) atau yang kini bernama Rumah Sakit Badan Pengawasan (RSBP) merupakan rumah sakit tertua di Kota Batam disorot banyak pihak, termasuk Ombudsman RI terkait pelayanannya kepada masyarakat.
Wakil Ketua Ombudsman RI, Azlaini Agus dalam Seminar Supervisi Pelayanan Publik di i-Hotel, Kamis (22/11) lalu mengungkapkan masih ada beberapa perawat di Rumah Sakit Umum Pemerintah itu sikapnya tidak mencerminkan seorang petugas pelayanan publik yang profisional.
"Perawatnya itu galak-galak. Kalau ada pasien hamil, yang belum waktunya untuk melahirkan, tapi karena kena bentak perawat, bisa saja tiba-tiba lahir itu bayi," kata Azlaini.
Dikatakan Azlaini, ada temuan kasus lain yang lebih parah lagi, yaitu ketika ada seorang perempuan hamil, yang sudah masuk waktu melahirkan tapi perawat masih suruh menunggu, dan akhirnya perempuan itu melahirkan sendiri tanpa bantuan petugas medis.
Hal itu tidak cuma dialami oleh masyarakat umum, bahkan buruknya pelayanan di RSBP itu juga dirasakan pegawai BP Batam sendiri. Seperti yang diceritakan Azlaini dari laporan yang ia terima beberapa waktu lalu.
"Pasien ini mau operasi caesar untuk melahirkan. Tapi, pasien juga yang harus mengurus ruang operasinya dan membuat janji dengan dokter anastesi sendiri. Nah, kalau sama pegawai Otorita Batam saja mereka seperti itu, apalagi dengan nelayan Pulau Buluh yang mau beranak," ujar mantan anggota DPR RI tersebut.
Masih banyak kasus lain yang ia terima keluhannya, yaitu dari seorang pria yang istrinya hendak melahirkan di RSBP Batam. Dimana, istri pria itu sudah dua hari nginap di rumah sakit OB/BP Batam. Namun, selama itu pula tidak ada dapatkan penanganan apapun sama sekali.
"Untungnya, suami pasien itu mengenal seorang dokter di RSOB/BP ini. Dengan menceritakan keluhan dan melaporkan kejadian tersebut, barulah akhirnya istrinya ditangani secara medis oleh perawat, yang sebelumnya telah didiamkan selama dua hari," terang Azlaini.
"Inilah yang saya herankan. Di saat pelayanan rumah sakit RSBP Batam seperti itu, Ibu (Direktur RSBP Batam) malah mendapat penghargaan tadi," ungkapnya.
Meskipun diakuinya, dari segi sarana dan prasarana RSOB/BP Batam tidak ada kekurangan. Mungkin inilah, kata Azlaini, yang membuat RSBP Batam bisa mendapat piagam penghargaan itu.
Namun, katanya lagi, untuk ruang tunggu operasi dirasakan tidak nyaman. Selain itu tidak ada ruang khusus bagi ibu-ibu hamil, penyandang cacat, dan para manula.
"Untuk ruang rawat inap kelas 3 yang berisikan enam tempat tidur, juga tidak ada tirai pembatas antara tempat tidurnya. Sehingga, tidak ada privasi pasien yang dirawat di RSBP Batam. Mereka memang masyarakat kelas bawah dan umum, tapi mereka juga punya hak yang sama dalam pelayanan publik. Masa bisa dapat penghargaan, tapi beli tirai pembatas saja tidak bisa," ujarnya kecewa.(vnr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar