SEIBEDUK (BP) – Kapal tanker Systemino Perdana yang dibiarkan
tenggelam di perairan Selat Palembang, Seibeduk sejak Jumat (16/11)
lalu, kini mencemari lau sekitarnya. Tumpahan oli dari tanker itu
membuat nelayan sekitarnya sulit melaut.
Menurut warga, kapal Systemino Perdana tanpa bendera itu awalnya akan menjalani perbaikan di galangan milik PT Fentura, Dapur 12. Namun dermaga di galangan tersebut sudah penuh hingga kapal itu diarahkan lay up di dekat Pulau Mengkada Belakang.
Meski kapal dalam kondisi sudah sekitar 50 persen badan tangker itu yang tenggelam, namun tidak terlihat adanya upaya untuk menarik kapal itu ke arah lokasi shipyard tempat kapal itu akan menjalani perbaikan.
Dalam hal ini, agar kapal ini tidak terbawa arus, terlihat sejumlah tali berukuran besar ditambatkan ke Pulau Mengkada Belakang. Serta nelayan yang tinggal di sekitar Pulau Buluh, sampai ke Pulau Labu mulai was-was lantaran daerah tangkapan nelayan mulai tercemar minyak.
“Awalnya kami tak tahu, kenapa kok laut tercemar minyak sepeti tumpahan solar dan oli. Setelah kami telusuri asal minyak yang hanyut dibawa arus, ternyata bersumber dari kapal tanker yang tenggelam,” tutur Ladang, nelayan Pulau Buluh.
Ia berharap, kapal yang tenggalam itu cepat diangkat, karena dikhawatirkan tumpahan minyak akan semakin banyak jika tidak ditangani dengan cepat.
Sementara itu, Ketua Gerakan Pemuda Nelayan Pulau-Pulau Indonesia (GPNPPI) Yosep, mengatakan pencemaran minyak yang bersumber dari kapal itu membuat ikan tak mau mendekat hingga mempengaruhi tangkapan nelayan.
“Pihak shipyard mesti bertanggung jawab karena itu bukan area lay-up kapal. Terlebih lagi lokasi lay-up-nya sangat dekat dengan pulau yang selama ini dijaga,” ujar Yosep saat di lokasi, kemarin.
Yosep menambahkan, di sekitar kapal tanker Systemino Perdana itu juga ada banyak tongkang yang lay up.
“Artinya, Pulau Mengkada Belakang ini seakan menjadi lahan mereka hingga mereka bebas menyandarkan tongkang dan kapal tengker yang akan menjalani perbaikan. Untuk areal lay up kapal sudah diatur oleh pemerintah. Akibat layup di perairan dangkal, sudah berapa luas terumbu karang yang hancur,” jelas Yosep.
Selain itu, Iwan, yang menjaga kapal tenggelam mengatakan, ia hanya disuruh pihak perusahaan Pentura untuk mejaga kapal tersebut.
“Tapi tentang minyak yang mencemari laut saya tidak tahu,” ujar Iwan. (cr22) (49)
Menurut warga, kapal Systemino Perdana tanpa bendera itu awalnya akan menjalani perbaikan di galangan milik PT Fentura, Dapur 12. Namun dermaga di galangan tersebut sudah penuh hingga kapal itu diarahkan lay up di dekat Pulau Mengkada Belakang.
Meski kapal dalam kondisi sudah sekitar 50 persen badan tangker itu yang tenggelam, namun tidak terlihat adanya upaya untuk menarik kapal itu ke arah lokasi shipyard tempat kapal itu akan menjalani perbaikan.
Dalam hal ini, agar kapal ini tidak terbawa arus, terlihat sejumlah tali berukuran besar ditambatkan ke Pulau Mengkada Belakang. Serta nelayan yang tinggal di sekitar Pulau Buluh, sampai ke Pulau Labu mulai was-was lantaran daerah tangkapan nelayan mulai tercemar minyak.
“Awalnya kami tak tahu, kenapa kok laut tercemar minyak sepeti tumpahan solar dan oli. Setelah kami telusuri asal minyak yang hanyut dibawa arus, ternyata bersumber dari kapal tanker yang tenggelam,” tutur Ladang, nelayan Pulau Buluh.
Ia berharap, kapal yang tenggalam itu cepat diangkat, karena dikhawatirkan tumpahan minyak akan semakin banyak jika tidak ditangani dengan cepat.
Sementara itu, Ketua Gerakan Pemuda Nelayan Pulau-Pulau Indonesia (GPNPPI) Yosep, mengatakan pencemaran minyak yang bersumber dari kapal itu membuat ikan tak mau mendekat hingga mempengaruhi tangkapan nelayan.
“Pihak shipyard mesti bertanggung jawab karena itu bukan area lay-up kapal. Terlebih lagi lokasi lay-up-nya sangat dekat dengan pulau yang selama ini dijaga,” ujar Yosep saat di lokasi, kemarin.
Yosep menambahkan, di sekitar kapal tanker Systemino Perdana itu juga ada banyak tongkang yang lay up.
“Artinya, Pulau Mengkada Belakang ini seakan menjadi lahan mereka hingga mereka bebas menyandarkan tongkang dan kapal tengker yang akan menjalani perbaikan. Untuk areal lay up kapal sudah diatur oleh pemerintah. Akibat layup di perairan dangkal, sudah berapa luas terumbu karang yang hancur,” jelas Yosep.
Selain itu, Iwan, yang menjaga kapal tenggelam mengatakan, ia hanya disuruh pihak perusahaan Pentura untuk mejaga kapal tersebut.
“Tapi tentang minyak yang mencemari laut saya tidak tahu,” ujar Iwan. (cr22) (49)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar