Pesawat Singapore Airlines A330-300 dan pesawat komersil
terbesar di dunia Qantas A380 mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam,
Selasa (21/8) kemarin. Ini peristiwa pertama pesawat terbesar mendarat
di bandara itu, bahkan di Indonesia.
Pesawat Singapore Airline nomor penerbangan SIA 863 sedianya mendarat pukul 16:48 WIB di bandara Changi Singapura. Sedangkan Qantas dengan nomor penerbangan QFA 002 mestinya mendarat sekitar pukul 16:59 WIB di Changi. Namun, Singapura dilanda cuaca buruk (bad weather) akibat hujan dan kabut hingga menghalangi jarak pandang (posibility) pesawat yang akan mendarat, segingga dialihkan (divert) ke Bandara Hang Nadim.
Kabid Komersil Bandara Hang Nadim, Batam Dendi Gustinandar mengatakan Qantas rute London-Singapura dan Singapore Airline rute Hongkong-Singapura hendak mendarat di Bandara Changi Singapura. Namun, Jarak pandang di negara singa tersebut terhalang badai dan kabut.
“Diperkirakan jarak pandang di Singapura kurang dari 1.600 meter sesuai dengan jarak pandang minimal,” beber Dendi.
Kedua maskapai penerbangan kemudian menghubungi ATC Changi Singapura mereka tidak bisa mendarat dengan keadaan tersebut. Bandara Changi Singapura kemudian menghubungi ATC Bandara Hang Nadim untuk pengalihan pendaratan kedua pesawat komersil itu untuk alasan keamanan.
“Tidak ada masalah lain selain alasan keamanan karena cuaca. Keamanan kan hal yang paling utama. Tidak adalagi Bandara terdekat dari Singapura selain Batam,” jelasnya.
Sebelum mendarat, pihak maskapai menanyakan kembali tentang kesiapan landasan, Navigasi, Komunikasi dan Telekomunikasi Bandara Hang Nadim.
“Kurang lebih 14 fasilitas yang mereka pertanyakan,” ujar Richard Silitonga, kepala sistem Navigasi Hang Nadim, Batam.
Setelah melakukan kontak selama beberapa saat, Singapore Airline berkapsitas 300 penumpang itu mendarat di Bandara Hang Nadim Batam. Disusul pesawat komersil dengan kapasitas 500 penumpang, Qantas beberapa menit kemudian.
Awalnya, pihak bandara Hang Nadim khawatir pesawat komersil terbesar di dunia tersebut tidak bisa mendarat dengan aman. Karena umumnya lebar landasan untuk A380 adalah 60 meter, sedangkan lebar landasan Hang Nadim hanya 45 meter.
“Apalagi ini merupakan pendaratan pertama pesawat A380 di Indonesia yang mencapai taxi way,” kata Richard. Walaupun pesawat yang sama pernah mendarat di Bandara Sokerano Hatta, namun tidak mencapai taxi way.
Bermodalkan pengecekan langsung dari pihak Qantas yang menyatakan layak untuk mendarat pada tahun lalu. Bandara Hang Nadim Batam memberanikan diri menerima pendaratan Qantas A380.
Walaupun lebarnya tidak sesuai dengan aturan perhubungan. Namun panjang landasan dari runway ke taxi way Bandara Hang Nadim sudah sesuai, yakni sekitar 150 meter.
Kedua pesawat tersebut kemudian mendarat dengan aman di Hang Nadim. Kedua pesawat berada beberapa saat sambil menunggu cuaca di Singapura membaik.
“Namun semua penumpang dan awak pesawat tidak ada yang turun. Kalau turun harus ada penjagaan dari pihak imigrasi,” kata Richard.
Setelah cuaca dinyatakan baik, sekitar pukul 18.48 WIB, Singapore Airline kembali terbang ke Singpura. Kemudian sekitar pukul 19.30 WIB, giliran Qantas bertolak ke Singapura setelah mengisi 35 ton avtur di Bandara Hang Nadim.
Indra Operator Bandara yang menangani Qantas mengatakan, ia bangga pesawat terbesar itu bisa mendarat dengan baik di Bandara hang Nadim. “Ini merupakan kesempatan pertama bisa menangani pesawat terbesar,” bebernya. “Hal itu membuktikan bahwa Hang Nadim bisa didarati pesawat komersil terbesar di dunia,” ujarnya lagi.
Bandara Hang Nadim Batam memang didesain sebagai bandara Internasional. Bandara ini sebenarnya bisa menjadi penghubung penerbangan internasional, seperti bandara Changi Singapura. Pemerintah menaruh harapan besar Hang Nadim bisa berfungsi layaknya atau paling tidak mendekati fungsi bandara di Singapura, setelah wilayah udara Kepri dan sekitarnya yang dikuasai oleh Singapura kembali ke pangkuan RI.
“Dari sisi SDM dan infrastruktur, Indonesia siap berbenah dan punya potensi besar. Kita akan rebut kembali wilayah udara kita yang dikuasai Singapura,” kata Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, beberapa hari lalu, saat mengecek kesiapan sejumlah armada laut jelang arus mudik. (hgt) (305)
Pesawat Singapore Airline nomor penerbangan SIA 863 sedianya mendarat pukul 16:48 WIB di bandara Changi Singapura. Sedangkan Qantas dengan nomor penerbangan QFA 002 mestinya mendarat sekitar pukul 16:59 WIB di Changi. Namun, Singapura dilanda cuaca buruk (bad weather) akibat hujan dan kabut hingga menghalangi jarak pandang (posibility) pesawat yang akan mendarat, segingga dialihkan (divert) ke Bandara Hang Nadim.
Kabid Komersil Bandara Hang Nadim, Batam Dendi Gustinandar mengatakan Qantas rute London-Singapura dan Singapore Airline rute Hongkong-Singapura hendak mendarat di Bandara Changi Singapura. Namun, Jarak pandang di negara singa tersebut terhalang badai dan kabut.
“Diperkirakan jarak pandang di Singapura kurang dari 1.600 meter sesuai dengan jarak pandang minimal,” beber Dendi.
Kedua maskapai penerbangan kemudian menghubungi ATC Changi Singapura mereka tidak bisa mendarat dengan keadaan tersebut. Bandara Changi Singapura kemudian menghubungi ATC Bandara Hang Nadim untuk pengalihan pendaratan kedua pesawat komersil itu untuk alasan keamanan.
“Tidak ada masalah lain selain alasan keamanan karena cuaca. Keamanan kan hal yang paling utama. Tidak adalagi Bandara terdekat dari Singapura selain Batam,” jelasnya.
Sebelum mendarat, pihak maskapai menanyakan kembali tentang kesiapan landasan, Navigasi, Komunikasi dan Telekomunikasi Bandara Hang Nadim.
“Kurang lebih 14 fasilitas yang mereka pertanyakan,” ujar Richard Silitonga, kepala sistem Navigasi Hang Nadim, Batam.
Setelah melakukan kontak selama beberapa saat, Singapore Airline berkapsitas 300 penumpang itu mendarat di Bandara Hang Nadim Batam. Disusul pesawat komersil dengan kapasitas 500 penumpang, Qantas beberapa menit kemudian.
Awalnya, pihak bandara Hang Nadim khawatir pesawat komersil terbesar di dunia tersebut tidak bisa mendarat dengan aman. Karena umumnya lebar landasan untuk A380 adalah 60 meter, sedangkan lebar landasan Hang Nadim hanya 45 meter.
“Apalagi ini merupakan pendaratan pertama pesawat A380 di Indonesia yang mencapai taxi way,” kata Richard. Walaupun pesawat yang sama pernah mendarat di Bandara Sokerano Hatta, namun tidak mencapai taxi way.
Bermodalkan pengecekan langsung dari pihak Qantas yang menyatakan layak untuk mendarat pada tahun lalu. Bandara Hang Nadim Batam memberanikan diri menerima pendaratan Qantas A380.
Walaupun lebarnya tidak sesuai dengan aturan perhubungan. Namun panjang landasan dari runway ke taxi way Bandara Hang Nadim sudah sesuai, yakni sekitar 150 meter.
Kedua pesawat tersebut kemudian mendarat dengan aman di Hang Nadim. Kedua pesawat berada beberapa saat sambil menunggu cuaca di Singapura membaik.
“Namun semua penumpang dan awak pesawat tidak ada yang turun. Kalau turun harus ada penjagaan dari pihak imigrasi,” kata Richard.
Setelah cuaca dinyatakan baik, sekitar pukul 18.48 WIB, Singapore Airline kembali terbang ke Singpura. Kemudian sekitar pukul 19.30 WIB, giliran Qantas bertolak ke Singapura setelah mengisi 35 ton avtur di Bandara Hang Nadim.
Indra Operator Bandara yang menangani Qantas mengatakan, ia bangga pesawat terbesar itu bisa mendarat dengan baik di Bandara hang Nadim. “Ini merupakan kesempatan pertama bisa menangani pesawat terbesar,” bebernya. “Hal itu membuktikan bahwa Hang Nadim bisa didarati pesawat komersil terbesar di dunia,” ujarnya lagi.
Bandara Hang Nadim Batam memang didesain sebagai bandara Internasional. Bandara ini sebenarnya bisa menjadi penghubung penerbangan internasional, seperti bandara Changi Singapura. Pemerintah menaruh harapan besar Hang Nadim bisa berfungsi layaknya atau paling tidak mendekati fungsi bandara di Singapura, setelah wilayah udara Kepri dan sekitarnya yang dikuasai oleh Singapura kembali ke pangkuan RI.
“Dari sisi SDM dan infrastruktur, Indonesia siap berbenah dan punya potensi besar. Kita akan rebut kembali wilayah udara kita yang dikuasai Singapura,” kata Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, beberapa hari lalu, saat mengecek kesiapan sejumlah armada laut jelang arus mudik. (hgt) (305)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar