Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Senin, 09 Juli 2012

Layanan Berbiaya Tinggi di Batuampar

Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Batuampar dinilai lambat, memakan waktu berjam-jam. Pemeriksaan barang oleh Bea Cukai sama lambatnya. Praktik ini memunculkan ekonomi biaya tinggi. Investor dirugikan.


Suasana di dermaga selatan Pelabuhan Peti Kemas Batuampar, Rabu (4/7) lalu riuh rendah. Suara crane pengangkut barang KM Batamindo bersahutan. Siang itu dua kapal tengah  membongkar muatan. Satu kapal bernama KM Winstar 7, satu lainnya Batamindo I. KM Winstar membongkar kargo di antaranya plat baja, pipa, palet dan barang lain di sisi kanan dermaga. Sementara, kapal Batamindo I membongkar kontainer berisi bahan baku yang dirancang jadi komponen elektronik.
Hujan gerimis yang menguyur kawasan Batuampar tidak menyurutkan aktivitas bongkar muat di sana. Semakin siang, truk pengangkut kontainer yang masuk kawasan pelabuhan makin banyak. Aktivitas Pelabuhan Batuampar makin ramai hilir mudik. Begitu ring kontainer terpasang, truk pengangkut kontainer balik kanan meninggalkan pelabuhan disusul truk lain. Suasana makin riuh rendah saat truk pengangkut kontainer membunyikan klakson bersahutan.
Tidak terlihat raut lelah di wajah supir maupun tenaga bongkar muat yang bekerja di bawah terik matahari. Matahari yang pelan-pelan naik di atas kepala tidak mereka pedulikan. Peluh mengalir deras di wajah mereka. Supir truk kontainer yang sudah selesai dipasang kemudian bersiul kecil. Saat truk yang dikemudikan supir lain berpapasan  dengan truk lain yang memuat kontainer, sepintas terdengar bunyi klakson cukup nyaring.
”Biasalah bang, kami sesama supir kontainer memang saling membunyikan klakson, saat  berpapasan,” kata Amir, salah seorang pengemudi truk.
Siang itu, Amir menunggu giliran. Dua truk lain sudah lebih dulu tiba di dermaga dan berhenti di depan truk yang dikemudikan Amir. Truk itu juga punya tujuan serupa: menunggu giliran  kontainer dipasang. Sambil menunggu kontainer dipasang, Amir memilih santai di dalam truk. Meski gerimis namun cuaca siang itu cukup menyengat.
Amir sabar menanti kontainer berisi bahan baku elektronik  dibongkar dari atas kapal. Proses bongkar muat kontainer menggunakan crane. Satu per satu  kontainer diturunkan. Kontainer itu lantas disusun dua baris memanjang di pinggir dermaga.
Aktivitas bongkar muat kapal Batamindo I terus berlangsung hingga rehat siang tiba. Satu per satu kontainer-kontainer diturunkan dari atas kapal. Crane makin sibuk mengangkat kontainer. Kontainer dijejerkan di pinggir dermaga, menanti diangkut. Kontainer itu dijejer dua tingkat dari sisi kiri ke kanan dermaga, sebagian satu tingkat. Kapal tidak perlu antre menunggu jadwal bongkar. Penyebabnya, tidak ada kapal lain yang sudah lebih dulu sandar. Jika saja ada kapal lain sudah sandar lebih dulu, pasti kapal akan antre menunggu giliran. Semuanya berjalan normal.
Pangkal masalah bermula saat aktivitas bongkar muat barang dari atas kapal ke pinggir dermaga berjalan sangat lamban. Penyebabnya, hanya dua crane yang dimanfaatkan sebagai  pengangkut barang dari atas kapal ke dalam truk. Tentu saja sulit berharap bongkar muat berlangsung cepat, kalau hanya dua crane yang beroperasi. Belum lagi, kapal yang sandar cukup banyak. Kapal itu umumnya membawa muatankargo maupun kontainer.
Saat ini ada tiga crane di Pelabuhan Batuampar, satu berkekuatan 40 ton dan dua crane berkekuatan satu ton. Sementara, crane milik swasta jumlahnya lebih banyak banyak.
”Kalau kapal tidak ada masalah. Begitu sandar di dermaga pukul 08.00, bongkar muat bisa langsung dilaksanakan,” kata Operational Telly Escarada di Pelabuhan Batuampar, Darwis, Rabu (4/7) lalu.
Bongkar muat barang dari atas kapal Batamindo makan waktu 24 jam. Aktivitas bongkar muat dimulai pukul 08.00 WIB dan baru rampung pukul 08.00 keesokan harinya. Siang itu,  sebanyak 69 kontainer dibongkar dari kapal Batamindo.
Jam kerja dibagi tiga shift, yaitu pukul 08.00-11.00, disusul pukul 13.00-17-00. Shift terakhir  pukul 20.00-06.00 keesokan harinya. Aktivitas bongkar muat baru dihentikan saat istirahat makan siang dan pukul 07.00 WIB keesokan harinya. Untuk membongkar muatan, kapal memerlukan waktu 24 jam. Waktu yang tidak bisa dibilang singkat.
Proses bongkar muat KM Winstar 7 pun berlangsung mulus, Rabu (4/7) siang lalu. Kendala yang dihadapi justru saat bongkar muat barang dari kapal. ”Crane-nya cuma satu, sekarang lagi bongkar. Prosesnya tidak bisa cepat,” Pengawas Lapangan Winstar 7, Atan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kepri, Johannes Kennedy Aritonang  mengungkapkan keprihatinannya tentang bongkar muat barang. Tidak  jarang, pemilik barang menunggu dua hari sampai barangnya bisa dibongkar. Lambannya proses bongkar muat itu menimbulkan ekonomi biaya tinggi.
Bongkar muat di Pelabuhan Batuampar jauh tertinggal dibandingkan dengan pelabuhan Stulang Laut dan Tanjungpelepas. Dua pelabuhan itu berada di  Malaysia. Di Tanjungpelepas maupun Stulang Laut, begitu barang masuk langsung bisa dibongkar.
”Jangan bandingkan Pelabuhan Batuampar dengan pelabuhan di Singapura yang sudah sangat maju,” kata John. ”Bongkar muat di Batuampar bisa menunggu 1-2 hari, padahal kalau lebih dari enam jam sudah demorage. Kapal yang menunggu untuk bongkar harus bayar biaya labuh tambat, BBM, yang pada akhirnya menyebabkan ekonomi biaya tinggi.”
Soal lambatnya layanan bongkar muat di Pelabuhan Batuampar, Kabag Keuangan dan Tata  Usaha Kantor Pelabuhan Laut (Kanpel) BP Batam, Nutherin Sihaloho menampiknya. Saat ini,  Kanpel mengoperasikan dua unit crane yang masing-masing bisa mengangkat 25 TEU’s. ”Kalau  barang yang dibongkar 500 TEU’s (Twenty Feet Equivalent Units), waktu yang dibutuhkan cuma 10 jam, jadi mana lambat.  Kalau soal dokumen bongkar muat itu wewenang Bea Cukai,” kata Nutherin, Rabu (4/7) lalu.
Panjang dermaga Batuampar juga masih dianggap relevan melayani bongkar muat kapal. Dengan panjang dermaga 1.250 meter, Pelabuhan Batuampar bisa menampung 20-25 kapal dengan panjang 30-40 meter. Daya tampung pelabuhan bertambah besar, jika kapal yang sandar berukuran kecil.
Soal kapal pernah antre sandar di dermaga, Nutherin mengaku pernah terjadi. Antrean terjadi khususnya saat musim peak season. Solusinya BP Batam membangun  perluasan dermaga utara Pelabuhan Batuampar sepanjang 650 meter. Dengan peluasan ini, Pelabuhan Batu Ampar dapat meningkatkan kapasitas volume bongkar muatnya sekitar 100-300 persen dalam kurun tiga tahun ke depan menjadi  400-600 ribu TEUs. ”Intinya kita ingin bongkar muat lancar, karena itu akan menambah pendapatan,” katanya.
Kalau bongkar muat lancar, kata Nutherin, pertumbuhan ekonomi Batam makin maju. BP Batam juga tidak mau barang yang keluar masuk jadi lama. Sebab, hal itu akan berdampak  pada penerimaan pendapatan dari lama kapal sandar di pelabuhan (etmal). Nutherin mengilustrasikan jika tiga kapal sandar di pelabuhan, maka Kanpel memperoleh pendapatan dari tiga etmal. ”Kalau kapal sandar lima hari di pelabuhan, kita justru rugi. Kapal yang sandar dua hari justru untung karena etmal yang diperoleh besar,” paparnya.
Direktur Teknik dan Perencanaan BP Batam, Istono berpendapat ada solusi untuk mengatasi lambannya bongkar muat di Pelabuhan Batuampar. Caranya, cukup meng-organize cara kerja. Sebab, pelayanan di pelabuhan juga melibatkan stakeholder lain seperti Bea Cukai dan Kantor Karantina.
”Yang penting spiritnya mempercepat layanan bongkar muat, sementara solusi jangka panjang adalah perluasan dermaga utara Pelabuhan Batuampar. Selain spirit tentu saja ketersediaan  alat, pelayanan izin, pemeriksaan barang menjadi faktor penting dalam mempercepat bongkar  muat barang,” kata Istono, Kamis (5/7) lalu.
***
Truk pengangkut kontainer berjalan perlahan saat berada di depan pos Bea Cukai (BC) yang berada dalam kompleks Pelabuhan Peti Kemas Batuampar, Kamis (5/7) siang. Perlahan, Pardi, supir kontainer turun untuk memberitahu petugas BC untuk pemeriksaan barang. Karena jam istirahat, maka pemeriksaan urung dilaksanakan. Petugas BC baru melanjutkan pemeriksaan usai istirahat siang.
Setelah 45 menit, jam menunjukkan pukul 13.15. Seorang petugas berjalan mendekati Pardi. Ia menyerahkan dokumen barang ke petugas. Dengan telaten, petugas BC memeriksa jumlah fisik barang dengan yang tertera di dokumen. Tidak hanya jumlah, jenis (item) barang juga tidak luput dari pemeriksaan.
Beberapa kali petugas membolak-balik dokumen barang untuk kemudian memastikan dengan jumlah yang ada (existing). Petugas pun dengan telaten melihat isi kotak dan mencocokkan dengan yang tertera di dokumen. Sekitar 30 menit kemudian, petugas menyudahi tugasnya.
Pemeriksaan barang oleh BC menambah panjang perjalanan barang keluar pelabuhan. Petugas  memerlukan waktu beberapa jam untuk memeriksa item dan jumlah barang dengan kondisi  riilnya. BC memberlakukan jalur hijau terhadap barang yang masuk ke Batam. Penyebabnya, Batam merupakan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (KPBPB). Namun, untuk barang yang keluar Batam berbeda. BC tetap memberlakukan jalur merah, sehingga pemeriksaannya ketat..
”Barang keluar Batam ke daerah Indonesia lain yang bukan daerah bebas kena jalur merah. Tujuannya untuk pengamanan hak negara seperti bea masuk dan Pajak Pertambahan Nilai  (PPN),” kata Kepala Seksi Bimbingan Kepatuhan Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai (KPU BC) tipe B Batam, Emi Widianto, Rabu (4/7) lalu.
Jalur merah barang ke luar Batam juga untuk melindungi pengusaha yang berada di daerah  lainnya, sehingga bisa bersaing secara fair dengan pengusaha dari Batam. ”Kalau memang  pemeriksaan fisik barang dianggap menghambat, kita minta maaf,” katanya.
Ketatnya pemeriksaan barang oleh BC Batam juga imbas dari penyelundupan narkoba di Pelabuhan Tanjungpriuk dengan modus dicampur dengan barang lain kemudian dimasukkan ke dalam kontainer. Agar tidak menghambat, BC melaksanakan beberapa teknik pemeriksaan agar tidak terkesan menghambat. Salah satunya metode profiling terhadap pengusaha. Dengan metode itu, pengusaha yang tidak melakukan kesalahan dalam jangka waktu tertentu akan mendapat poin bagus dan pemeriksaan barangnya di jalur hijau.
Sedangkan pengusaha nakal, pemeriksaan barang di jalur merah. BC Batam tetap memilah-milah pengusaha. BC tidak menggeneralisir pengusaha 100 persen  nakal atau sebaliknya. Sejauh itu, ada perbedaan antara Jakarta dan Batam. Selain jalur hijau dan merah, ada jalur kuning yang diberlakukan di  Tanjungpriuk Jakarta.
Jalur hijau adalah jalur prioritas tanpa perlu pemeriksaan fisik barang. Selanjutnya, jalur kuning yaitu model pemeriksaan dokumen, yang dilanjutkan pemeriksaan fisik kita ditemukan sesuatu yang mencurigakan. Sementara, jalur merah meliputi pemeriksaan fisik dan dokumen. ”Biasanya yang mengeluarkan barang adalah pengusaha perdagangan yang menginginkan keuntungan besar, sehinga kita memberlakukan jalur merah,” kata Eni. ”Kalau pengusaha industri biasanya memasukkan barang ke Batam untuk proses produksi.”
Emi memastikan pemeriksaan hanya memerlukan waktu sebentar jika kemasan sama dan jumlah item tidak terlalu banyak. Selain itu tidak semua barang diperiksa. Pemeriksaan paling lama  empat jam untuk satu kontainer. Petugas yang punya pengalaman memeriksa bisa melakukannya lebih cepat.
Jika petugas lalai menjalankan tugas, siap-siap untuk diperiksa Kepatuhan Internal (KI) BC Batam. Petugas juga bisa diperiksa jika pengusaha komplin. Pemeriksaan fokus pada unsur  kesengajaan atau karena telah menerima imbalan. Pemeriksaan terhadap petugas yang alpa untuk mengetahui apakah prosedur pemeriksaan sudah dijalankan semua.
Selain unsur alpa, petugas juga bisa diperiksa jika mendahulukan pemeriksaan barang milik salah seorang pengusaha. Materi pemeriksaan yaitu apakah petugas pemeriksa menerima  imbalan ketika mendahulukan pemeriksaan terhadap barang pengusaha tertentu. Kalau menerima sesuatu kemudian mendahulukan pemeriksaan terhadap barang pengusaha tertentu ya pasti disidik,” paparnya.
Tidak sebatas diperiksa, oknum petugas pemeriksa barang yang nakal juga terancam dikenai sanksi berat seperti pemecatan. Emi mengaku sudah ada oknum petugas BC nakal yang dipecat. Sebelum dipecat, petugas itu sempat dipindah ke bagian yang tidak berhubungan dengan publik. ”Namanya saya  lupa, karena saya baru bertugas di Batam,” ungkapnya.
Saat ini, tercatat 40 personel yang bertugas memeriksa barang di Pelabuhan Peti Kemas Batuampar. Petugas itu bertugas dua shift. Pertama jam kerja mulai pukul 07.30 dan berakhir pukul 17.00. ”Petugas yang bekerja shift malam jumlahnya lebih sedikit, karena melayani pemeriksaan barang ekspor,” paparnya.
Soal pemeriksaan barang oleh BC, pengusaha shipping, Zulkifli Ali menyambut baik. Tujuannya, meminimalisir pihak yang ingin memanfaatkan kesempatan karena regulasi yang makin mudah.”Sepanjang itu tujuannya baik, pengusaha pasti mendukung,” kata Zulkifli Ali, baru-baru ini.
Pendapat serupa disampaikan Anggota Komisi II DPRD Kepri, Onward Siahaan. Menurut Onward, meski daerah bebas, namun pengawasan barang dari Batam perlu dilakukan.  ”Tujuannya untuk meminimalisir penyelundupan,” paparnya.
***
Kapal Patroli (KP) Gatot Kaca sandar di sisi kanan, dermaga selatan Pelabuhan Batuampar, Rabu (4/7) lalu. Tidak banyak aktivitas yang dilakukan personel KP Gatot Kaca. Petugas nampak santai sambil menonton tivi di dalam kapal tersebut. KP Gatot Kaca sandar persis di samping  KM Winstar 7 yang membongkar muatan di dermaga selatan Pelabuhan Batuampar, Rabu (4/7)  lalu.
Sementara aktivitas KP Gatot Kaca sepi, aktivitas KM Winstar justru sangat padat. Muatan kargo KM Winstar di antaranya kayu, plat baja dan lainnya dipindahkan ke luar menggunakan crane. ”Kapal patroli memang sering sandar di Pelabuhan Batuampar. Begitu pula patroli dan acara lain berskala nasional juga sering dilakukan di sini,” kata Joni, salah seorang pengguna jasa  Pelabuhan Peti Kemas Batuampar.
Kehadiran kapal patroli di Pelabuhan Batuampar disambut positif. Namun, aktivitas kapal patroli yang tergolong dalam kegiatan non komersial jangan sampai mengganggu aktivitas Pelabuhan Batuampar sebagai pelabuhan Peti Kemas di Batam. Kanpel juga diminta memprioritaskan kegiatan komersil di kawasan Pelabuhan Peti Kemas Batuampar.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kepri, Johannes Kennedy Aritonang mengatakan Pelabuhan Batuampar selama ini dibebani banyak kegiatan. Sebagai pelabuhan bongkar muat, berbagai kegiatan komersil dipusatkan di Pelabuhan Batuampar. ”Karena itu kita meminta  pemerintah memindahkan kegiatan non komersil ke Pelabuhan Sekupang atau tempat  lain yang dianggap cocok oleh pemerintah,” katanya.
Pemindahan aktivitas non komersil dari Pelabuhan Batuampar dinilai cukup mendesak. Sebab, Pelabuhan Batuampar relatif kecil sehingga tidak seharusnya dibebani kegiatan non komersil. Kalau dibiarkan terus menerus, maka bakal berpengaruh investor. ”Kasihan investor, apalagi saat ini 80 persen aktivitas  bongkar muat ada di Batuampar,” cetusnya.
Anggota Komisi II DPRD Kepri, Onward Siahaan berpendapat serupa. Menurutnya, aktivitas non komersil merupakan hal positif. Namun, lokasi kegiatan non komersil perlu dicarikan tempat yang sesuai dan memadai. ”Jangan sampai Batuampar yang sudah sempit jadi makin sempit,” kata Onward.
Pelabuhan yang punya panjang dermaga 1.250 meter dianggap kurang representatif. Saat ini, intensitas kapal yang hilir mudik di pelabuhan itu cukup tinggi, khususnya pada musim peak  season seperti Idul Fitri. ”Untuk antisipasinya BP Batam membangun pembangunan dermaga selatan dan pembangunan Tanjung Sauh, agar ekonomi Batam tumbuh,” kata Kabag Keuangan dan Tata Usaha Kanpel BP Batam, Nutherin Sihaloho, Rabu (4/7) lalu. *** (78)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar