BATAM--Dari hasil inspeksi mendadak (sidak) DPRD Provinsi Kepri
diketahui bahwa pasokan gula pasir lokal ke Batam sudah terhenti selama 6
bulan terakhir.
Jumaga Nadeak, Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kepri, mengungkapkan pada hari ini pihaknya baru saja usai melakukan sidak ke sejumlah distributor gula pasir yang ada di Kota Batam.
"Dari sidak ini kami ketahui ternyata sudah sekitar enam bulan gula lokal tidak masuk Batam," ujarnya, Jumat (20/7/2012).
Sejak Juni 2012, katanya, stok gula pasir lokal di sejumlah gudang gula di Batam sudah kosong.
Sehingga praktis gula pasir yang beredar di pasaran saat ini hanya gula kemasan dan gula impor dari Thailand dan India.
Bukan hanya distributor kecil, kekosongan stok gula pasir lokal bahkan juga dialami dua pemasok terbesar di di Batam yang berlokasi di kawasan industri Commo Park dan pasar Mitra Raya, Batam Centre.
Menurut keterangan dari kedua pemasok itu, kata Jumaga, gula pasir lokal memang tidak dikirim dari Jawa ke Batam karena kalah bersaing harga dengan gula impor.
Sulaiman, salah satu distributor gula pasir di Pasar Mitra Raya mengakui harga gula impor lebih murah dibandingkan gula lokal.
"Harga gula impor Rp8.500 per kilogram sedangkan gula lokal mencapai Rp9.000," sambungnya.
Selain kondisi gula pasir, Komisi II juga menyimpulkan terjadi kenaikan harga daging ayam dan sapi di sejumlah pasar tradisional di Batam.
Harga daging ayam beku misalnya, naik di kisaran Rp5.000 per kilogram atau dari Rp23.000 menjadi Rp28.000.
Bahkan harga daging sapi segar mengalami kenaikan hingga Rp10.000 per kilogram, atau dari Rp80 ribu menjadi Rp90.000.
Namun stabilitas harga masih dialami komoditas cabe merah yang dipasok dari Jawa, dimana harganya sebesar Rp30.000 per kilogram.
Selain gula pasir, Komisi II juga menyidak gudang Bulog di kawasan Batu Ampar.
Dari sidak di sana, mereka menyimpulkan bahwa stok beras di Batam tergolong memadai untuk menghadapi suasana bulan puasa dan Hari Raya Idulfitri.
Di gudang Bulog Batam, Jumaga mengatakan mereka mendapat informasi dan melihat stok beras ada sebanyak 5.600 ton dan menurut pengelola, jumlah itu selalu tersedia setiap bulan.
Sementara itu, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) memastikan gula impor kemasan yang beredar yang ditemukan Komisi II DPRD Kepulauan Riau saat sidak adalah gula impor ilegal.
Kasubdit Publikasi dan Humas BP Batam Ilham Eka Hartawan mengungkapkan hal itu dipastikan menyusul kuota importasi untuk pasokan gula bagi Batam terakhir diberikan pada tahun 2011.
Artinya hingga pertengahan 2012 tidak ada pasokan gula impor bagi Batam.
"Itu gula impor ilegal, terakhir Batam diberikan impor gula tahun 2011, tahun 2012 belum ada. Sampai saat ini belum ada importasi gula ke Batam," ujarnya.
Menurutnya, kebijakan impor gula yang diberikan untuk Batam ditentukan oleh Kementerian Perdagangan.
Lalu Kemendag akan memberikan izin kuota impor gula ke Ketua Dewan Kawasan Batam Bintan Karimun yakni Gubernur Kepulauan Riau.
"Impor gula hanya sewaktu-waktu saja, Kemendag yang menentukan, lalu kemendag memberikan ke Ketua DK," tambahnya.
Berdasarkan data BP Batam, pada tahun 2011, Gubernur Kepulauan Riau selaku ketua DK BBK menerbitkan importasi gula melalui Surat Gubernur Kepri selaku Ketua DK No.139/Kdhkepri.513/4.11 tanggal 29 April 2011.
Importasi gula itu juga sebelumnya didukung Surat Menteri Perdagangan No. 597M-DAG/SD/4/2011 tentang impor gula kristal putih untuk kebutuhan kawasan FTZ Batam sebanyak 6.000 ton, Bintan 1.500 ton dan Karimun sebanyak 1.500 ton.
Izin importasi itu diberikan kepada enam importir yakni PT Trimaco Sukses, PT Pembangunan Kepri, PT Pro Kepri Berjaya, PT Putra Kepri Mandiri, PT Sahabat Karya Mandiri dan PT Batam Harta Mandiri. (bas)
Jumaga Nadeak, Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kepri, mengungkapkan pada hari ini pihaknya baru saja usai melakukan sidak ke sejumlah distributor gula pasir yang ada di Kota Batam.
"Dari sidak ini kami ketahui ternyata sudah sekitar enam bulan gula lokal tidak masuk Batam," ujarnya, Jumat (20/7/2012).
Sejak Juni 2012, katanya, stok gula pasir lokal di sejumlah gudang gula di Batam sudah kosong.
Sehingga praktis gula pasir yang beredar di pasaran saat ini hanya gula kemasan dan gula impor dari Thailand dan India.
Bukan hanya distributor kecil, kekosongan stok gula pasir lokal bahkan juga dialami dua pemasok terbesar di di Batam yang berlokasi di kawasan industri Commo Park dan pasar Mitra Raya, Batam Centre.
Menurut keterangan dari kedua pemasok itu, kata Jumaga, gula pasir lokal memang tidak dikirim dari Jawa ke Batam karena kalah bersaing harga dengan gula impor.
Sulaiman, salah satu distributor gula pasir di Pasar Mitra Raya mengakui harga gula impor lebih murah dibandingkan gula lokal.
"Harga gula impor Rp8.500 per kilogram sedangkan gula lokal mencapai Rp9.000," sambungnya.
Selain kondisi gula pasir, Komisi II juga menyimpulkan terjadi kenaikan harga daging ayam dan sapi di sejumlah pasar tradisional di Batam.
Harga daging ayam beku misalnya, naik di kisaran Rp5.000 per kilogram atau dari Rp23.000 menjadi Rp28.000.
Bahkan harga daging sapi segar mengalami kenaikan hingga Rp10.000 per kilogram, atau dari Rp80 ribu menjadi Rp90.000.
Namun stabilitas harga masih dialami komoditas cabe merah yang dipasok dari Jawa, dimana harganya sebesar Rp30.000 per kilogram.
Selain gula pasir, Komisi II juga menyidak gudang Bulog di kawasan Batu Ampar.
Dari sidak di sana, mereka menyimpulkan bahwa stok beras di Batam tergolong memadai untuk menghadapi suasana bulan puasa dan Hari Raya Idulfitri.
Di gudang Bulog Batam, Jumaga mengatakan mereka mendapat informasi dan melihat stok beras ada sebanyak 5.600 ton dan menurut pengelola, jumlah itu selalu tersedia setiap bulan.
Sementara itu, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) memastikan gula impor kemasan yang beredar yang ditemukan Komisi II DPRD Kepulauan Riau saat sidak adalah gula impor ilegal.
Kasubdit Publikasi dan Humas BP Batam Ilham Eka Hartawan mengungkapkan hal itu dipastikan menyusul kuota importasi untuk pasokan gula bagi Batam terakhir diberikan pada tahun 2011.
Artinya hingga pertengahan 2012 tidak ada pasokan gula impor bagi Batam.
"Itu gula impor ilegal, terakhir Batam diberikan impor gula tahun 2011, tahun 2012 belum ada. Sampai saat ini belum ada importasi gula ke Batam," ujarnya.
Menurutnya, kebijakan impor gula yang diberikan untuk Batam ditentukan oleh Kementerian Perdagangan.
Lalu Kemendag akan memberikan izin kuota impor gula ke Ketua Dewan Kawasan Batam Bintan Karimun yakni Gubernur Kepulauan Riau.
"Impor gula hanya sewaktu-waktu saja, Kemendag yang menentukan, lalu kemendag memberikan ke Ketua DK," tambahnya.
Berdasarkan data BP Batam, pada tahun 2011, Gubernur Kepulauan Riau selaku ketua DK BBK menerbitkan importasi gula melalui Surat Gubernur Kepri selaku Ketua DK No.139/Kdhkepri.513/4.11 tanggal 29 April 2011.
Importasi gula itu juga sebelumnya didukung Surat Menteri Perdagangan No. 597M-DAG/SD/4/2011 tentang impor gula kristal putih untuk kebutuhan kawasan FTZ Batam sebanyak 6.000 ton, Bintan 1.500 ton dan Karimun sebanyak 1.500 ton.
Izin importasi itu diberikan kepada enam importir yakni PT Trimaco Sukses, PT Pembangunan Kepri, PT Pro Kepri Berjaya, PT Putra Kepri Mandiri, PT Sahabat Karya Mandiri dan PT Batam Harta Mandiri. (bas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar