Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan ada beberapa masalah yang mengakibatkan industri pendukung Migas nasional masih sulit berdaya saing global. "Banyak persoalan yang harus diselesaikan dalam sektor binis ini, dan ini harus segera diselesaikan agar bisnis ini dapat bersaing secara global," ujar dalam Forum Komunikasi Pimpinan Kementerian Perindustrian dengan Dunia Usaha dan Instansi terkait di Turi Beach Resort, Batam, Jumat (6/7) lalu.
Ujar mantan Kadin pusat ini, sebagian besar bahan baku masih bergantung pada impor sehingga dalam proses pengadaannya seringkali dikendalikan oleh pihak produsen luar negeri. Persoalan lainnya, keterbatasan energi seperti gas untuk keperluan produksi, komitmen penggunaan migas dinilainya belum maksimal. Ditambah lagi faktor produksi pendukung lainnya seperti pipa suplai.
Tidak bisa dipungkiri, membanjirnya produk tertentu seperti pipa dan penunjang industri terkait asal Cina juga mempengaruhi produksi dalam negeri. Meskipun kualitas produksi dalam negeri memiliki standarisasi internasional yang ditetapkan WTO. "Ini juga salah satu persoalan yang mengakibatkan, daya saing bisnis di sektor industri ini rendah," ujarnya.
Diakui Menprin, pemerintah Cina memberikan insentif dan subsidi pajak (tax) terhadap perusahaan yang berorinetasi ekspor sehingga produk yang dijual di pasaran bisa jauh lebih murah. Pemberian insentif itu memudahkan para ekportir Cina menjual produknya lebih murah dari produk dalam negeri. "Ke depan kita akan membahasnya dengan melibatkan pihak terkait, termasuk dengan pengusaha di sektor ini," janjinya.
Meski demikian, mengamati dari kesiapan SDM dengan dukungan skill dan bahan baku lokal yang ada, MS Hidayat sangat optimis industri penunjang Migas dapat tumbuh sesuai harapan. Keyakinan itu diungkapkannya, karena hampir semua perusahaan dalam negeri sudah mampu memproduksi seluruh spesifikasi produksi yang dibutuhkan dalam kegiatan eksplorasi Migas. Katanya, ratusan bahkan mencapai dua ribu lebih perusahaan di sektor ini mampu bekerja dengan baik. "Ini keyakinan kita, bahwa ke depan akan lebih baik dan mampu bersaing di pasar lokal dan global," ujarnya penuh keyakinan.
Evita Herawati Legowo, Dirjen Migas Kementrian ESDM, berjanji akan merevisi peraturan-peraturan yang dinilai mengganggu kelangsungan bisnis di sektor Migas. Dirjen Migas sendiri, sudah beralih pada paradigma baru sesuai arahan Pak Budiono, Wapres RI. "Kita akan revisi hal-hal yang menghambat kelangsungan semua stakeholder dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Chris Wiluan, bos kelompok usaha Citra Mas mengungkapkan, perhatian pemerintah terhadap bisnis di sektor ini sangat dibutuhkan. Dikatakannya, Malaysia sendiri betul-betul melindungi produksi dalam negerinya untuk memenuhi pasar lokal. "Harapan pelaku usaha Migas adalah perhatian dari pemerintah yang peduli terhadap bisnis industri penunjang Migas," ucapnya. (tea)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar