Jembatan VI yang rusak akibat ditabrak tongkang APC Aussie 1
Adelaide mendapat perhatian khusus Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU)
Ahmad Hermanto Dardak. Hermanto yang sedang membuka seminar Kementrian
PU di Batam langsung datang memeriksa kondisi kerusakan jembatan VI,
siang kemarin (6/6).
“Harus secepatnya diperbaiki,” kata Hermanto, setelah melihat-lihat jembatan yang retak dan terangkat itu.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Badan Pengelolaan (BP) Batam, Istono, yang menemani wamen PU memaparkan kondisi jembatan dan cara memperbaiki jembatan tersebut.
“Butuh waktu lima bulan untuk memperbaikinya,” ujar Istono, kepada Hermanto.
“Satu bulan di untuk menyelidiki kerusakan secara detail, empat bulan perbaikan,” urainya.
Istono mengatakan, pihaknya telah mengundang ahli pelaksana terdahulu yang membangun jembatan tersebut. Meraka akan turut serta mengambil tindakan yang sifatnya temporary.
Lalu berapa biaya yang dibutuhkan? Istono mengaku belum mengetahui. Ia dan timnya membutuhkan waktu dua minggu untuk menghitung biaya perbaikan jembatan tersebut.
“Biayanya kita upayakan dari pemilik kapal yang menabraknya. Mereka yang harus bertanggungjawab,” tegas Istono.
Lalu haruskan arus lalulintas di jembatan ini ditutup total? Istono mengatakan, untuk sementara waktu, satu jalur bisa difungsikan dengan catatan beban terbatas. Hal ini terpaksa dilakukan karena jembatan menjadi urat nadi arus barang dan masyarakat dari Galang Baru dan sekitarnya ke Kota Batam.
Kemarin sore, di jalur tersebut sudah dipasang rambu-rambu lalu lintas sebagi petunjuk bagi pengendara. Jenis kendaraan yang bisa melewati jembatan itu untuk sementara hanya sedan dan truk kecil yang tidak bermuatan berat.
Humas BP Batam, Joko Wiwoho, mengatakan kapal tersebut terseret arus laut saat terjadi badai disertai hujan yang membuat jangkar tidak sangggup menahan kecepatan angin dan arus laut. Joko mengatakan kapal tersebut merupakan kapal tanpa mesin yang merupakan pendukung kegiatan offshore. Kapal tersebut ditarik oleh dua tug boat.
Untuk mencegah terjadinya hal yang sama, pihak BP Batam sudah berkoordinasi dengan Syahbandar untuk memeriksa sejumlah kapal yang lego jangkar di perairan tersebut. Syahbandar harus memastikan semua kapal di sana berada pada posisi yang aman meski terjadi badai atau angin kencang. (med/cr15)
“Harus secepatnya diperbaiki,” kata Hermanto, setelah melihat-lihat jembatan yang retak dan terangkat itu.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan Badan Pengelolaan (BP) Batam, Istono, yang menemani wamen PU memaparkan kondisi jembatan dan cara memperbaiki jembatan tersebut.
“Butuh waktu lima bulan untuk memperbaikinya,” ujar Istono, kepada Hermanto.
“Satu bulan di untuk menyelidiki kerusakan secara detail, empat bulan perbaikan,” urainya.
Istono mengatakan, pihaknya telah mengundang ahli pelaksana terdahulu yang membangun jembatan tersebut. Meraka akan turut serta mengambil tindakan yang sifatnya temporary.
Lalu berapa biaya yang dibutuhkan? Istono mengaku belum mengetahui. Ia dan timnya membutuhkan waktu dua minggu untuk menghitung biaya perbaikan jembatan tersebut.
“Biayanya kita upayakan dari pemilik kapal yang menabraknya. Mereka yang harus bertanggungjawab,” tegas Istono.
Lalu haruskan arus lalulintas di jembatan ini ditutup total? Istono mengatakan, untuk sementara waktu, satu jalur bisa difungsikan dengan catatan beban terbatas. Hal ini terpaksa dilakukan karena jembatan menjadi urat nadi arus barang dan masyarakat dari Galang Baru dan sekitarnya ke Kota Batam.
Kemarin sore, di jalur tersebut sudah dipasang rambu-rambu lalu lintas sebagi petunjuk bagi pengendara. Jenis kendaraan yang bisa melewati jembatan itu untuk sementara hanya sedan dan truk kecil yang tidak bermuatan berat.
Humas BP Batam, Joko Wiwoho, mengatakan kapal tersebut terseret arus laut saat terjadi badai disertai hujan yang membuat jangkar tidak sangggup menahan kecepatan angin dan arus laut. Joko mengatakan kapal tersebut merupakan kapal tanpa mesin yang merupakan pendukung kegiatan offshore. Kapal tersebut ditarik oleh dua tug boat.
Untuk mencegah terjadinya hal yang sama, pihak BP Batam sudah berkoordinasi dengan Syahbandar untuk memeriksa sejumlah kapal yang lego jangkar di perairan tersebut. Syahbandar harus memastikan semua kapal di sana berada pada posisi yang aman meski terjadi badai atau angin kencang. (med/cr15)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar