Rabu, 13 Juni 2012 (Sumber : Batam Pos)
BATAM (BP) – Yono Sugianto, staff kementerian PU mengatakan, kondisi jembatan masih dalam pemeriksaan secara menyeluruh. Mengenai lama penyelesaian perbaikan, Yono mengaku belum bisa memastikannya. Demikian halnya dengan biaya untuk perbaikan jembatan tersebut.
“Saat ini pemeriksaan intensif dilakukan, mungkin butuh beberapa minggu sebelum dilakukan perbaikan. Tapi untuk sementara dipasang bantalan yang sudah sempat bergeser dan tiang tumpuannya. Selama dalam proses perbaikan kami berharap jembatan ini tidak dilalu kendaraan yang berbeban berat karena masih sangat berbahaya,” katanya.
Penahan Jembatan
Sementara itu, Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) telah mendatangkan alat berat untuk menopang rusaknya gelegar jembatan tersebut.
Direktur Perencanaan dan Pembangunan BP Batam Istono mengatakan, alat yang bersifat sementera tersebut berfungsi untuk menahan bagian Jembatan yang rusak agar kondisinya lebih stabil. Alat sejenis dongkrak itu sudah terpasang sejak Minggu (10/6) lalu.
“Alatnya kami datangkan dari Jakarta, sudah dipasang tapi sifatnya temporary supaya Jembatan lebih stabil,” jelas Istono.
Menurutnya, alat itu akan terpasang selama proses penelitian kerusakan Jembatan hingga pembuatan rencana perbaikan.
Berdasarkan rencana BP Batam, proses penelitian termasuk penghitungan biaya perbaikan akan memakan waktu selama dua minggu, lalu setelahnya masuk ke dalam tahap pembuatan rencana perbaikan Jembatan. Sementara perbaikan permanennya memakan waktu selama empat bulan.
“Alatnya akan terpasang selama investigasi, mungkin dua minggu. Dan dua minggu lagi untuk membuat rencana perbaikannya. Sekarang sambil distabilkan, akan dilakukan penyelidikan secara menyeluruh kerusakannya,” kata dia.
Direktur PTSP dan Humas BP Batam, Dwi Djoko Wiwoho, menambahkan proses penelitian kerusakan Jembatan sudah dilakukan sejak Senin (11/6) lalu.
Proses penelitian BP Batam dibantu dua intansi, yakni tim Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri ITB (LAPI ITB) dan konsultan Jembatan VI PT VSL.
“Mudah-mudahan cepat kita dapat hasilnya dan perbaikannya juga lebih cepat,” ujarnya.
Sembako Dipasok Lewat Laut
Harapan agar jembatan VI secepatnya diperbaiki juga datang dari ribuan warga di pulau Galang Baru dan pulau-pulau sekitarnya yang sangat bergantung dengan jembatan itu.
“Pasokan barang kebutuhan pokok kami terpaksa lewat laut,” ujar Nurdin pemilik kios sembako di pinggir jalan Galang Baru, kemarin pagi.
Kondisi ini jelas sangat merugikan warga di sana. Tidak saja material, tenaga pun habis untuk malakukan kegiatan yang
seharusnya gampang lewat darat tapi harus berjuang keras melalui laut. “Biasanya kita tinggal pesan barang, toko barang yang antar, tapi sekarang saya harus jemput belanja di Nagoya pakai kapal motor,” kata Nurdin lagi.
Kini Nurdin harus merogok kocek lebih besar untuk biaya transportasi laut yang sudah dipakainya sejak empat hari belakangan ini.
“Macam mana lagi, mau naikin harga barang nggak mungkin, jadi kami pedagang yang tekor, rugi tenaga dan rugi material,” keluhnya.
Nelayan hingga kemarin masih terus menjual ikan hasil tangkapannya dengan harga murah ke pengepul. Itu lantaran terhambat proses pengantaran ikan ke Batam.
“Truk tak boleh lewat, macam mana mau bawa ikan ke Batam. Mau nggak mau kami terpaksa jual murah ke toke-toke yang ada. Kalau nelayan yang ada kapal enak, bisa antar sendiri ke Batam melalui laut,” kata Selis nelayan pulau Abang.
Tidak saja terkendala dengan pasokan ikan, pasokan BBM operasional kapal nelayan juga tersendat akibat kejadian itu. Nelayan pulau Galang Baru da sekitarnya saat ini juga kesulitan mendapatkan pasokan solar dan bahan bakar lainnya.
Mereka juga mengandalkan transportasi laut untuk mendapatkan pasokan BBM itu.
Yang lebih parah lagi anak sekolah. Ratusan anak sekolah asal Pulau Galang baru, pulau Abang dan pulau sekitarnya yang bersekolah di Galang, terpaksa harus jalan kaki sejauh lima kilometer dari ujung Jembatan ke rumah mereka. Itu dirasakan ratusan pelajaran di sana sudah hampir seminggu belakangan ini.
“Tiap hari harus berangkat lebih pagi, karena takut terlambat,” kata Weni pelajar SMA darui Pulau Galang baru.
Dari rumahnya di Galang Baru kata gadis berjilbab ini dia harus menempuh perjalan sejauh tiga kilometer menuju ke jembatan VI. Dari Jembatan IV baru bisa menikamti bus sekolah. Itupun kalau sempat ada bus sekolah yang menunggu.
“Kalau nggak dapat bus sekolah, terpaksa naik angkot atau jalan kaki lagi,” katanya.
Camat Galang, Taufik, juga membenarkan kondisi ini. “”Benar, anak-anak masih jalan kaki kurang lebih 5 kilo meter karena bus mereka tak bisa melintasi jembatan ini,” kata Taufik, kemarin.
Seperti diketahui, jembatan ini ditabrak berawal dari parkirnya kapal APC Aussie 1 itu di tengah-tengah perairan pulau Panjang dan pulau Petong, Galang. Di perairan tersebut, ada sekitar 13 kapal yang lego jangkar. Ada yang lego jangkar sejak setahun lalu, ada yang baru lego jangkar tahun ini.
APC Aussie 1 termasuk yang lego jangkar sejak November lalu. APC Aussie diparkir dengan satu jangkar. Kapal APC Aussie 1 merupakan kapal berbobot GT 13.575 milik Sigur Ros SDN BHD dengan nama agen PT Batam Samudera. Oleh PT Batam Samudera, kapal ini dijaga PT Bias Delta Pratama. (spt/eja/cr15)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar