Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Kamis, 07 Juni 2012

Jembatan VI Bergeser 1,3 Meter


Kapal APC Aussie 1 Adelaide menabrak Jembatan VI yang menghubungkan pulau Galang dan Galang Baru, Rabu (6/6) dini hari kemarin. Badan jembatan ini rusak berat dan butuh waktu sekitar 5 bulan untuk perbaikan. foto: wijaya satria / batam pos
BATAM (BP) – Jembatan VI Barelang atau jembatan Raja Kecil yang menghubungkan pulau Galang dan Galang Baru ditabrak tongkang APC Aussie 1 Adelaide, Rabu (6/6) pukul 03.10 dini hari. Saking kerasnya, badan jembatan tersebut bergeser hingga 1,3 meter.
Tak hanya itu, badan jembatan di jalur kedua terangkat satu meter hingga salah satu bantalan penyanggahnya terlepas.
Sebagian badan jembatan juga rusak parah akibat tabrakan keras itu.
“Kami masih perlu mengevaluasi secara menyeluruh apakah jembatan VI di bentang kedua ini cukup diperbaiki atau harus membuat yang baru,” kata Istono, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Badan Pengelolaan (BP) Batam di Galang, kemarin.
Tabrakan tersebut berawal dari parkirnya kapal APC Aussie 1 itu di tengah-tengah perairan pulau Panjang dan pulau Petong, Galang. Di perairan tersebut, kata Djoko Wiwoho, Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Humas BP Batam, ada sekitar 13 kapal yang lego jangkar. Ada yang lego jangkar sejak setahun lalu, ada yang baru lego jangkar tahun ini.
APC Aussie 1 termasuk yang lego jangkar sejak November 2011. Kapal itu diparkir dengan satu jangkar. Kapal berbobot GT 13.575 milik Sigur Ros SDN BHD dengan nama agen PT Batam Samudera. Oleh PT Batam Samudera, kapal ini dijaga PT Bias Delta Pratama.
Rabu, dini hari itu, hujan deras mengguyur perairan Galang. Tiba-tiba sekitar pukul 02.10, jangkar kapal tersebut putus. Dua penjaga kapal atau watch man, Toar dan Yeri, melapor ke PT Bias Delta, kapal bergerak terbawa arus, sekitar pukul 02.30.
Menurut Andri Moniaga, Manager PT Bias Delta Pratama, kapal tersebut dijaga 24 jam. “Tongkang ini menghilang dari radar sekitar jam dua lebih,” katanya.
Ternyata kapal terbawa arus ke sebelah timur menuju Galang Baru. Kapal melewati kelong-kelong warga, meliuk di pinggir pulau Penyabung hingga kemudian menabrak Jembatan VI. “Benturannya keras. Saya sampai berpegangan,” kata Toar, penjaga kapal.
Akibat benturan tersebut, bentang kedua Jembatan VI bergeser hingga 1,3 meter. Badan jembatan retak dan terangkat. Paginya, kapal kandas karena selat Penyabung surut.
Sekitar pukul 13.23, air mulai pasang. APC Aussie terangkat dan bergerak menjauhi jembatang Barelang sekitar 50 meter. Namun, kapal tak bisa bergerak karena terhadang pulau Penyabung.
Jembatan yang tadinya terangkat ke penyanggahnya lagi. Namun, posisinya bergeser. “Harus direposisi. Diangkat, kemudian digeser,” kata Istono.
Kapten Benny B Pandelaki, Kabid Tertib Berlayar Kanpel Batam, tak bisa memastikan kapan tongkang APC Aussie itu ditarik. “Nanti ada tim khususnya. Yang pasti ini karena post major,” tuturnya.
Andri Moniaga mengatakan akan mengevakuasi tongkang tersebut secepatnya. “Pasti akan kami tarik secepatnya. “Kami akan bertanggung jawab, tapi kami masih nunggu koordinasi dengan BP Batam,” katanya.
Sejumlah warga Galang mengakui hujan dan angin berhembus kencang Rabu dini hari itu. Beno, 37, warga Galang Baru mengaku tak mendengar tabrakan karena angin kencang dan hujan mengguyur deras. Ia baru kaget setelah melihat ada kapal menabrak jembatan pagi pukul 03.00 WIB, saat hendak ke Batam.
“Pas lewat di jembatan ini kok ada bangunan di samping jembatan kayak restoran. Saya tengok lebih dekat ternyata tongkang yang nabrak jembatan,” katanya.
Beno langsung berbalik arah. Ia kembali ke kampungnya memberitahu warga lain. Kejadian itu langsung heboh dan dilaporkan ke pihak berwajib.
Kecepatan Angin 50 KM
Di tempat terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) Batam, Tri Agus Pramono, mengatakan bahwa di sekitar Barelang pada selasa malam memang ada angin kencang berkekuatan lebih dari 50 kilometer perjam.
Disertai hujan deras, angin kencang dan gelombang tinggi, sehingga bisa menghempaskan kapal besar hingga ratusan meter. Padahal, pada kondisi cuaca normal, angin hanya berkekuatan 18 kilo meter perjam.
“Hal itu berdasarkan pemantuan dari satelit kami. Sehingga bisa saja insiden penabrakan kapal itu dikarenakan cuaca buruk,” ujar Tri Agus Paramono, kemarin.
Tri Agus mengatakan, kondisi tersebut disebabkan posisi matahari  berada  di sebelah utara khatulistiwa, sementara arah angin menuju ke tenggara hingga barat daya.
Kondisi ini menimbulkan banyaknya penguapan yang menimbulkan percepatan awan hitam, gelombang kuat dan awan sibi.
Awan tersebut yang menjadi pemicu cuaca buruk, bahkan bisa menimbulkan puting beliung.
“Cuaca seperti ini tentunya  akan mengganggu jasa pelayaran dan penerbangan,” ujar Tri Agus. Dimana hal itu akan  tejadi selama seminggu ke -depan, walaupun tidak terjadi setiap hari.
Untuk itu, dirinya menghimbau kepada pemilik jasa pelayaran untuk hati-hati.
“Mengantisipasi dari hal yang tidak di inginkan,” tutur Tri Agus ketika dihubungi melalui telpon genggamnya.
Ribuan Warga Terisolir
Kerusakan jembatan berdampak pada aktifitas ribuan warga di Galang Baru dan pulau Abang lumpuh total kemarin. Terutama untuk arus lalulintas dan transportasi menuju Kota Batam.
Wali Kota Batam Ahmad Dahlan mengatakan, jembatan yang diresmikan sejak tahun 1997 lalu itu merupakan satu-satunya akses transportasi darat dan ekonomi masyarakat menuju Batam.
Warga yang tinggal di dua kawasan itu menurutnya sekitar 1000 kepala keluarga (KK) atau sekitar 4000-an jiwa. “700-an KK tinggal di Galang Baru dan 300-an tinggal di Pulau Abang. Jumlah penduduknya mencapai 4000-an jiwa,” ujar mantan Humas Otorita Batam ini saat meninjau lokasi kejadian kemarin.
Disebutkannya, aktifitas anak-anak sekolah juga terganggu karena kendaraan tidak bisa melintas. Namun demikian, ia mengaku telah memerintahkan Dinas Pendidikan dan Perhubungan untuk melakukan tanggap darurat yakni mencari solusi menempatkan kendaraan di dua sisi jembatan yang rusak itu.
Karena lanjut Dahlan, di Galang Baru hanya ada sekolah dasar (SD) sedangan SMP dan SMA siswa di dua pulau itu harus bersekolah di Galang dan harus melintasi jembatan tersebut.
“Solusinya apakah naik mobil kecil lagi atau gimana. Karena selama ini anak-anak menggunakan bus sekolah yang diberikan Pemko,” ujarnya.
Ia juga meminta seluruh aktifitas pendidikan di Galang Baru dan Galang berjalan seperti biasanya. Siswa dan guru diwajibkan kembali masuk sekolah.
“Hari ini (kemarin, red) saja liburnya. Besok (hari ini,red) harus sekolah lagi,” ujarnya menegaskan.
Pasokan Ikan Segar Terganggu
Dahlan juga mengungkapkan, akibat kerusakan jembatan ini, juga berimbas pada pasokan ikan segar untuk kebutuhan masyarakat Kota Batam.
Pasalnya hampir 80 persen kebutuhan ikan segar untuk warga kota ini dipasok dari Pulau Galang Baru dan Pulau Kertam.
“Jadi jelas akan terganggu karena satu-satunya sarana penghubung dari pelabuhan tersebut hanya melalui jembatan yang mulai dibangun sejak tahun 1994 silam itu,” kata Dahlan. Alternatifnya lewat laut.
Lokasi kecelakaan itu juga kata Dahlan masuk dalam kawasan konservasi di laut dan dikhawatirkan merusak ekosistem di sana. (eja/hgt/med/spt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar