Jumat, 21 October 2011 (sumber Haluan Kepri)
Versi Bank Dunia
JAKARTA-Hasil survei Bank Dunia dan International Finance Corporation di 183 negara menyatakan peringkat kemudahan berinvestasi di Indonesia turun dari urutan 126 pada 2011, menjadi 129 pada 2012.
Dalam laporan berjudul "Doing Bussiness in a Transparent World 2012," peringkat Indonesia lebih rendah dibandingkan negara berkembang lainnya yaitu Papua Nugini yang bertengger di urutan 101.
Sementara beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, masuk dalam dua puluh besar negara yang paling mudah menarik investor. Singapura menduduki peringkat pertama, sedangkan Thailand dan Malaysia pada peringkat 17 dan 18.
Di antara negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dibandingkan Brunei Darussalam yang menduduki peringkat 83, dan Vietnam pada urutan 90. Namun dibandingkan India yang berada di urutan 132 dan Filipina 136, peringkat Indonesia lebih unggul.
Lembaga ini mencatat dua puluh negara yang memiliki kemudahan berinvestasi. Mereka adalah Singapura, Hongkong, Cina, Selandia Baru, Amerika Serikat, Denmark, Norwegia, Inggris, Korea, Iceland, Irlandia, Finlandia, Saudi Arabia, Kanada, Swedia, Australia, Georgia, Thailand, Malaysia, Jerman dan Jepang.
Perizinan di dua puluh negara ini amat mudah, adanya perlindungan hukum yang kuat terhadap aset-aset properti. Negara ini juga selalu mengkaji kembali regulasi bisnisnya dan mempertimbangkan daya saing serta mengaplikasikan perkembangan teknologi dalam kebijakan yang ditelurkan pemerintah setempat.
Peringkat Indonesia jeblok lantaran Bank Dunia dan IFC menilai pengusaha kesulitan pasokan listrik. Selain itu biaya memperoleh sambungan listrik juga naik. Pengusaha yang berniat mendapat sambungan listrik membutuhkan waktu hingga 108 hari, jauh lebih lama dibandingkan Singapura yang hanya butuh 36 hari.
Peringkat daya saing global Indonesia yang dirilis World Economic Forum juga turun dua peringkat dari 44 pada 2010 menjadi 46 pada 2011, dari 142 negara yang disurvei. Dalam laporan The Global Competitiveness Report 2011-2012, ada sepuluh kriteria yang disurvei antara lain efisiensi pasar barang, institusi, efisiensi pasar tenaga kerja, kecanggihan bisnis, pasar keuangan, pendidikan tinggi, kesiapan teknologi dan kesehatan serta pendidikan dasar. Selain itu besaran pasar, inovasi, infrastruktur dan makro ekonomi. (tif)
JAKARTA-Hasil survei Bank Dunia dan International Finance Corporation di 183 negara menyatakan peringkat kemudahan berinvestasi di Indonesia turun dari urutan 126 pada 2011, menjadi 129 pada 2012.
Dalam laporan berjudul "Doing Bussiness in a Transparent World 2012," peringkat Indonesia lebih rendah dibandingkan negara berkembang lainnya yaitu Papua Nugini yang bertengger di urutan 101.
Sementara beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand, masuk dalam dua puluh besar negara yang paling mudah menarik investor. Singapura menduduki peringkat pertama, sedangkan Thailand dan Malaysia pada peringkat 17 dan 18.
Di antara negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dibandingkan Brunei Darussalam yang menduduki peringkat 83, dan Vietnam pada urutan 90. Namun dibandingkan India yang berada di urutan 132 dan Filipina 136, peringkat Indonesia lebih unggul.
Lembaga ini mencatat dua puluh negara yang memiliki kemudahan berinvestasi. Mereka adalah Singapura, Hongkong, Cina, Selandia Baru, Amerika Serikat, Denmark, Norwegia, Inggris, Korea, Iceland, Irlandia, Finlandia, Saudi Arabia, Kanada, Swedia, Australia, Georgia, Thailand, Malaysia, Jerman dan Jepang.
Perizinan di dua puluh negara ini amat mudah, adanya perlindungan hukum yang kuat terhadap aset-aset properti. Negara ini juga selalu mengkaji kembali regulasi bisnisnya dan mempertimbangkan daya saing serta mengaplikasikan perkembangan teknologi dalam kebijakan yang ditelurkan pemerintah setempat.
Peringkat Indonesia jeblok lantaran Bank Dunia dan IFC menilai pengusaha kesulitan pasokan listrik. Selain itu biaya memperoleh sambungan listrik juga naik. Pengusaha yang berniat mendapat sambungan listrik membutuhkan waktu hingga 108 hari, jauh lebih lama dibandingkan Singapura yang hanya butuh 36 hari.
Peringkat daya saing global Indonesia yang dirilis World Economic Forum juga turun dua peringkat dari 44 pada 2010 menjadi 46 pada 2011, dari 142 negara yang disurvei. Dalam laporan The Global Competitiveness Report 2011-2012, ada sepuluh kriteria yang disurvei antara lain efisiensi pasar barang, institusi, efisiensi pasar tenaga kerja, kecanggihan bisnis, pasar keuangan, pendidikan tinggi, kesiapan teknologi dan kesehatan serta pendidikan dasar. Selain itu besaran pasar, inovasi, infrastruktur dan makro ekonomi. (tif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar