BATAM (BP) – Tidak lama lagi, Pulau Tanjungsauh, Batam, akan
dibangun pelabuhan kontainer terbesar di Indonesia. Rencananya, Pelindo
II bekerja sama dengan beberapa investor yang akan membangun pelabuhan
itu dengan investasi triliunan rupiah.
Rencana itu semakin mulus setelah Pemko, Badan Pengusahaan (BP Batam) dan DPRD Batam sepakat dan membentuk tim percepatan legalitas lahan Tanjungsauh. Kesepakatan itu dicapai saat rapat koordinasi yang dipimpin Wali Kota Ahmad Dahlan, Ketua BP Batam Mustofa Widjaya dan Ketua DPRD Surya Sardi di Hotel Harmoni One, Rabu (4/7).
”Intinya, kita sepakat mendorong pengembangan Tanjungsauh masuk rencana pengembangan pelabuhan besar di Indonesia sebagai kawasan free trade zone (FTZ),” kata Ketua BP Batam Mustoga Widjaya, kemarin, usai pertemuan.
Wali Kota Batam Ahmad Dahlan menambahkan, Tanjungsauh masuk masterplan pelabuhan besar di Indonesia, selain Kuala Tanjung Provinsi Riau dan Tanjung Priok yang akan dijadikan pelabuhan alih kapal.
”Targetnya sudah selesai 2016,” kata Dahlan yang juga diamini Mustofa.
Tim yang ada, katanya, akan bekerja untuk menyelesaikan legalitas lahan Tanjungsauh ke Gubernur Kepri hingga tiga bulan ke depan.
”Gubernur sudah mendesak agar disikapi soal status lahannya,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Batam Aris Hardi Alim mengatakan, DPRD ikut dalam tim itu karena berkepentingan terhadap kemungkinan persoalan sosial yang bakal muncul.
”Kami tidak mau seperti Janda Berias. DPRD kecolongan,” katanya.
Diakui penting memperhatikan sosial masyarakat Tanjungsauh, karena penduduk di sana cukup banyak. Karena itu, dibentuk tim bersama intitusi pemerintahan di Batam, karena selain legalitas juga terkait aspek sosial.
”Ini penting karena sebelumnya, wilayah itu tidak masuk FTZ sampai sekarang. Perubahan penting untuk mendukung desain pemerintah pusat juga, Tanjungsauh menjadi salah satu pelabuhan alih kapal di wilayah barat,” kata Aris.
Pulau Tanjungsauh sendiri terletak di antara Pulau Batam dan Pulau Bintan (Tanjunguban). Dari pelabuhan domestik Telaga Punggur, pulau ini bisa dicapai hanya hitungan menit. Pulau ini bersebelahan dengan Pulau Ngenang, Nongsa. Juga bersebelahan dengan Pelabuhan CPO Kabil dan Pelabuhan Pertamina Tongkang Kabil.
Gandeng BUMN China
Sebelumnya, Presiden Direktur Pelindo II, R. J Lino, mengatakan, pihaknya akan menjalin kerja sama dengan perusahaan milik pemerintah China untuk pembangunan pelabuhan di Tanjungsauh Batam, yakni China Merchant.
”Dalam waktu dekat akan segera menandatangi MOU dengan China Merchant,” kata RJ Lino, seperti dikutip inilah.com pada 26 Juni lalu.
Lino mengatakan, pelabuhan tersebut akan digunakan untuk transit kapal–kapal besar yang bermuatan 600.000 TEU. TEU adalah satuan ekivalen dari peti kemas, dengan 1 TEU adalah 1 petikemas dengan ukuran dua puluh kaki.
”Terminal tersebut akan digunakan untuk tempat penurunan barang–barang mineral. Sehingga dapat dimungkinkan Krakatau Steel tidak perlu beli langsung dari Brasil yang kapalnya hanya berkapasitas 150.000 TEU,” tambahnya.
Lino menyebutkan, dengan luas Tanjungsauh mencapai 72 hektar, akan mampu menampung barang hingga 4 juta teus per tahunnya.
Total investasi untuk realisasi pelabuhan Tanjung Sauh diperkirakan mencapai lebih dari Rp2 trilliun.
”Hingga saat ini Pelindo masih melakukan kajian dan diprediksikan tahun depan akan dimulai pembangunannya,” katanya. (nur/spt) (47)
Rencana itu semakin mulus setelah Pemko, Badan Pengusahaan (BP Batam) dan DPRD Batam sepakat dan membentuk tim percepatan legalitas lahan Tanjungsauh. Kesepakatan itu dicapai saat rapat koordinasi yang dipimpin Wali Kota Ahmad Dahlan, Ketua BP Batam Mustofa Widjaya dan Ketua DPRD Surya Sardi di Hotel Harmoni One, Rabu (4/7).
”Intinya, kita sepakat mendorong pengembangan Tanjungsauh masuk rencana pengembangan pelabuhan besar di Indonesia sebagai kawasan free trade zone (FTZ),” kata Ketua BP Batam Mustoga Widjaya, kemarin, usai pertemuan.
Wali Kota Batam Ahmad Dahlan menambahkan, Tanjungsauh masuk masterplan pelabuhan besar di Indonesia, selain Kuala Tanjung Provinsi Riau dan Tanjung Priok yang akan dijadikan pelabuhan alih kapal.
”Targetnya sudah selesai 2016,” kata Dahlan yang juga diamini Mustofa.
Tim yang ada, katanya, akan bekerja untuk menyelesaikan legalitas lahan Tanjungsauh ke Gubernur Kepri hingga tiga bulan ke depan.
”Gubernur sudah mendesak agar disikapi soal status lahannya,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Batam Aris Hardi Alim mengatakan, DPRD ikut dalam tim itu karena berkepentingan terhadap kemungkinan persoalan sosial yang bakal muncul.
”Kami tidak mau seperti Janda Berias. DPRD kecolongan,” katanya.
Diakui penting memperhatikan sosial masyarakat Tanjungsauh, karena penduduk di sana cukup banyak. Karena itu, dibentuk tim bersama intitusi pemerintahan di Batam, karena selain legalitas juga terkait aspek sosial.
”Ini penting karena sebelumnya, wilayah itu tidak masuk FTZ sampai sekarang. Perubahan penting untuk mendukung desain pemerintah pusat juga, Tanjungsauh menjadi salah satu pelabuhan alih kapal di wilayah barat,” kata Aris.
Pulau Tanjungsauh sendiri terletak di antara Pulau Batam dan Pulau Bintan (Tanjunguban). Dari pelabuhan domestik Telaga Punggur, pulau ini bisa dicapai hanya hitungan menit. Pulau ini bersebelahan dengan Pulau Ngenang, Nongsa. Juga bersebelahan dengan Pelabuhan CPO Kabil dan Pelabuhan Pertamina Tongkang Kabil.
Gandeng BUMN China
Sebelumnya, Presiden Direktur Pelindo II, R. J Lino, mengatakan, pihaknya akan menjalin kerja sama dengan perusahaan milik pemerintah China untuk pembangunan pelabuhan di Tanjungsauh Batam, yakni China Merchant.
”Dalam waktu dekat akan segera menandatangi MOU dengan China Merchant,” kata RJ Lino, seperti dikutip inilah.com pada 26 Juni lalu.
Lino mengatakan, pelabuhan tersebut akan digunakan untuk transit kapal–kapal besar yang bermuatan 600.000 TEU. TEU adalah satuan ekivalen dari peti kemas, dengan 1 TEU adalah 1 petikemas dengan ukuran dua puluh kaki.
”Terminal tersebut akan digunakan untuk tempat penurunan barang–barang mineral. Sehingga dapat dimungkinkan Krakatau Steel tidak perlu beli langsung dari Brasil yang kapalnya hanya berkapasitas 150.000 TEU,” tambahnya.
Lino menyebutkan, dengan luas Tanjungsauh mencapai 72 hektar, akan mampu menampung barang hingga 4 juta teus per tahunnya.
Total investasi untuk realisasi pelabuhan Tanjung Sauh diperkirakan mencapai lebih dari Rp2 trilliun.
”Hingga saat ini Pelindo masih melakukan kajian dan diprediksikan tahun depan akan dimulai pembangunannya,” katanya. (nur/spt) (47)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar