Oleh: Zaki Setiawan, Liputan Batam Sejumlah karyawan PT Nutune melaporkan, pihak manajemen memang belum ada yang memberitahukan soal akan tutupnya perusahaan. Namun, dari kondisi kerja belakangan ini, tanda-tanda tersebut sudah terlihat.
"Kalau dari manajemen memang belum pernah bilang, tapi gonjang-ganjing PT ini bakal tutup sudah jadi obrolan kami sesama karyawan," kata salah satu pekerja PT Nutune ditemui di Batamindo, Senin (2/1).
Kata karyawan yang minta namanya tak ditulis itu, turunnnya order menjadi salah satu penyebab bakal tutupnya PT Nutune. Tanda-tanda penurunan order adalah berkurangnya jumlah pekerja. Pengurangan pekerja terpaksa dilakukan manajemen untuk mengurangi beban biaya operasional.
"Sekarang sudah terasa, banyak karyawan yang dikeluarkan," kata sumber tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Exas Batam Indonesia yang berlokasi di Batamindo Industrial Park (BIP), Jalan Beringin Lot 323-324 Mukakuning tutup total. Perusahaan penanaman modal asing (PMA) asal Jepang ini tutup, karena tidak ada lagi orderan pekerjaan.
"Besok hari terakhir masuk," ungkap salah seorang karyawan yang minta tidak disebutkan namanya, Kamis (29/12) lalu.
Menurut sumber tersebut, tutupnya perusahaan terjadi akibat kondisi sedang down. Tidak ada lagi order, hingga perusahaan memilih tutup. Saat ini jumlah karyawan yang bekerja tersebut ada sekitar 170 orang. Menunggu hari terakhir kerja, tidak ada aktivitas yang dilakukan karyawan selain berkumpul dan bercanda dengan rekan-rekannya.
PT Exas Batam Indonesia merupakan perusahaan dengan penanam modal asal Jepang. Dengan produksi metal stamping, komponen untuk audio mobil dan komputer, komponen untuk Floppy Disk Drive dan CD serta aktivitas assembly untuk industri elektronik.
Perusahaan ini sudah beroperasi di KIB Mukakuning sejak 15 tahun lalu. Menjelang perusahaan tidak lagi beroperasi, beberapa karyawan kontrak sudah tidak diperpanjang lagi masa kerjanya.
"Yang masih ada sekarang ini tinggal karyawan permanen," ujar petugas securiti, J. Silitonga.
Menurut Silitonga, pihak perusahaan juga telah memenuhi hak-hak karyawan. Seperti masalah pesangon yang dibayarkan sesuai ketentuan.
Di masa jayanya, PT Exas Batam Indonesia pernah mempekerjakan karyawan hingga sekitar dua ribu orang. Banyak di antara karyawan yang harus bekerja 12 jam (seven to seven) untuk memenuhi target produksi.
"Itu terjadi pada tahun 2006 lalu," ungkap Danar, salah seorang sekuriti PT Exas, Jumat (30/12).
Namun, kata dia, sejak dua tahun terakhir, produksi mulai menurun. Jumlah karyawan yang sebelumnya mencapai ribuan, berangsur-angsur dikurangi. Dimulai dari karyawan berstatus kontrak. Hingga akhirnya tinggal sekitar 170 karyawan berstatus permanen.
Hendro Susilo, salah seorang karyawan bagian teknisi menyatakan bahwa tanda-tanda perusahaan akan tutup sudah dirasakan sejak dua tahun terkhir. Selain produksi yang merosot drastis, juga mulai dihabiskannya karyawan berstatus kontrak.
"Hari ini kami tinggal menunggu pencairan pesangon dan gaji terakhir," ujar karyawan yang sudah 14 tahun bekerja di perusahaan tersebut.
Pantauan di lapangan, masih terlihat beberapa karyawan yang menunggu pembayaran pesangon. Meski sudah tidak ada aktivitas lagi, namun peralatan seperti mesin, forklift dan barang-barang perusahaan masih tampak di beberapa tempat dalam perusahaan tersebut.
"Peralatan dan mesin yang masih ada, kemungkinan akan dibawa ke cabang perusahaan di Vietnam ataupun Philipina," ujar Hendro.
Tutupnya beberapa perusahaan dan pemutusan kerja karyawan, juga dirasakan dampaknya oleh para pedagang, pengemudi transkib ataupun tukang ojek. Di antaranya semakin sulitnya pendapatan yang dihasilkan para pelaku usaha menengah ke bawah ini.
"Dulu jumlah ojek di Batamindo mencapai 1.200 pengojek. Sekarang tinggal separuhnya, hanya sekitar 600 pengojek. Kalau transkib ada 75 kendaraan, namun jumlah trip setiap harinya sedikit," ujar Ari, salah seorang pengojek.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar