Batam (ANTARA Kepri) - Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Tundjung Inderawan mengatakan, Kota Batam membutuhkan investasi sebesar Rp2,4 triliun untuk membangun dua koridor kereta api sebagai antisipasi kepadatan lalulintas kota tersebut.

"Dari tiga koridor yang telah dikaji, ada dua yang menjadi prioritas pembangunan. Yaitu Batam Centre-Batuaji sepanjang 17,7 kilometer (KM) dan Bandara Internasional Hang Nadim-Batuampar sepanjang 19,6 KM dengan nilai investasi setidaknya Rp2,4 triliun," kata dia sesaat setelah menandatangani kerjasama (MoU) dengan Badan Pengusahaan (BP) Batam, tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian di Batam, Jumat.

Menurut Tundjung, Pertimbangannya pada lintas tersebut merupakan jalur padat yang menghubungkan pusat-pusat ekonomi dengan Bandara Hang Nadim sebagai pintu masuk Batam.

"Sementara satu koridor lain yang menghubungkan Batuampar-Sekupang belum menjadi prioritas karena industrinya belum begitu berkembang dibanding koridor lain," kata dia.

Rencananya, setelah perjanjian kerja sama, pada tahun ini juga akan dibentuk "task force" untuk menyiapkan kelembagaan yang akan mengoperasikan kereta api tersebut. Sekaligus juga penyusunan dokumen penetapan trase, DED dan analisa dampak lingkungan (Amdal) hingga akhir 2013.

Sementara pada 2013, akan dibentuk operator kereta api yang diharapkan pemerintah setempat (Pemerintah Kota Batam) dapat berinvestasi membentuk badan usaha.

"Pelelangan akan dilakukan pada 2014, dan konstruksinya akan dimulai sepanjang 2014 hingga 2016. Diharapkan dapat beroperasi pada 2017," kata dia.

Menurut Tundjung, berdasarkan UU 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian, memungkinkan agar penyelenggaraan perkeretaapian dilaksanakan secara multioperator diluar PT KAI dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada Pemenrintah setempat maupun investor swasta untuk membiayai pembangunan perkeretaapian nasional.

Pertimbangan penyelenggaraan perkeretaapian di Batam, kata Tundjung, Pulau Batam merupakan Kawasan Perdagangan Bebas dan bertumbuhnya pergerakan masyarakat dan barang akibat aktifitas industri dan perdagangan.

Penyelenggaraan perkeretaapian di Pulau Batam diharapkan menjadi solusi strategis transportasi untuk mengembangkan sektor industri, perdagangan dan pariwisata.

Ia mengatakan, perkeretaapian nasional memiliki pangsa pasar 11%-13% dan barang sebesar 15%-17% dari total pangsa pasar nasional pada tahun 2030.

"Tahun 2010 pangsa pasar penumpang 202 juta orang dan barang 19 juta ton. Pada 2030, targetnya penumpang 929 juta orang dan barang 995 juta ton," kata dia.

Kepala BP Batam, Mustofa Widjaya mengatakan trasnportasi perkeretaapian  menjadi pilihan kedepan untuk mengantisipasi mobilitas masyarakat dan kelancaran kargo di Batam.

Menurut Mustofa, sejak 1990 BJ Habibies sudah merencanakan transportasi ini dengan tarif 1 dolar Amerika, namun batal direalisasikan lantaran krisis ekonomi yang membuat nilai rupiah anjlok sehingga proyek tersebut tidak mungkin dilanjutkan.

"Walaupun saat itu gagal, namun kami tetap melakukan diskusi. Sejak 2009 sudah dilakukan feasibility studi dan hingga tahap ini," kata dia.

Ia mengatakan, BP Batam kemungkinan besar akan membentuk badan usaha untuk diajukan kepada pemerintah  pusat (Kementerian Perhubungan), sementara izin operasinya akan diajukan ke pemerintah kota.

"Kami juga akan mensosialisasikan rencana penyelenggaraan perkereteaapian ini kepada pihak swasta sebagai langkah memacu investor swasta," ucap Mustofa.

(KR-LNO/B012)