Tanjungpinang (ANTARA Kepri) - Badan Pengusahaan Batam mengajukan anggaran perbaikan Pelabuhan Peti Kemas Batuampar sebesar Rp60 miliar kepada Kementerian Keuangan untuk direalisasikan pada tahun ini.

Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Humas Badan Pengusahaan (BP) Batam, Dwi Djoko Wiwoho di Batam, Kepulauan Riau, Kamis, mengatakan perbaikan diperlukaan karena hingga kini rencana pembangunan pelabuhan dengan kapasitas 1,5 juta peti kemas belum mendapatkan investor.

"Investor asal Prancis yang sebelumnya menyatakan sepakat membangun, urung melakukan karena alasan krisis global dan hingga kini belum ada investor lain. Maka sementara akan dilakukan perbaikan agar tetap layak digunakan," kata dia.

Djoko mengatakan, anggaran tersebut akan digunakan untuk merenovasi dermaga dan memperbaiki sejumlah "crane" (alat bongkar muat peti kemas) di pelabuhan.

"'Crane' yang tidak layak akan diganti, sementara yang masih layak akan diperbaiki," ucap dia.

Berdasarkan data BP Batam, saat ini panjang dermaga Pelabuhan Batuampar mencapai 1.250 meter dari 3.600 meter yang direncanakan.

Sedangkan kedalaman pada sisi dermaga adalah 6-12  LWS (lower water sea/dari dalam laut) meter dari 14 LWS meter yang direncanakan.

Kapasitas bongkar muat Pelabuhan Batuampar hanya 230 ribu twenty feet equivalent units (TEUs/unit padanan dua puluh kaki) per tahun dari 1.5 juta TEUs baru yang direncanakan. Sedangkan kapasitas sandar kapal sebesar 35 ribu ton.

Pelabuhan Batuampar adalah pelabuhan bongkar muat terbesar dari tiga fasilitas pelabuhan bongkar muat yang ada di Batam. Dua pelabuhan lainnya adalah Pelabuhan Barang Kabil dan Pelabuhan Sekupang.

Ketua Program Magister Management Universitas Internasional Batam, Ferdinand Nainggolan sebelumnya mengatakan penting bagi Batam untuk segera membangun pelabuhan peti kemas yang layak.

Menurut dia, 46 persen produk domestik regional bruto (PDRB) Kepulauan Riau berasal dari industri pengolahan yang merupakan sektor utama penggerak pelabuhan Batuampar.

Dia mengatakan, kondisi pelabuhan di Kepri sangat tertinggal di bawah negara tetangga seperti PSA Singapura atau Port Tanjung Pelepas Malaysia.

Pada 2010, Port Tanjung Pelepas melayani sekitar 6,5 juta TEUs sedangkan PSA Singapura mencapai 28,4 juta TEUs dari kapasitas menampung 32 juta TEUs.***