Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Jumat, 27 Januari 2012

Proyek Kereta Api Baik, tapi Bukan Solusi Atasi Macet

BATAM CENTRE - Rencana Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk membangun moda transportasi massal, jenis kereta api atau monorel dinilai sangat baik sebagai bentuk dinamika sebuah kota modern. Namun, langkah tersebut bukan merupakan solusi tepat dalam mengatasi kemacetan di Kota Batam. Demikian dikatakan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Batam Nada Faza Soraya, Kamis (26/1). Menurut Nada, untuk mengatasi kemacetan, yang perlu dibenahi adalah aturan atau kebijakan pemerintah, baik dalam hal antisipasi ledakan penduduk maupun jumlah kendaraan.

"Pembangunan (kereta api) boleh-boleh saja, tapi saya tidak mengerti apakah bisa menjadi solusi. Karena jika melihat sejarah pada zaman belanda dulu, kereta api itu dijadikan sebagai alat pengangkat barang dari pelabuhan," kata Nada ditemui di kantor Kadin di Batam Centre.

Jika memang BP Batam tetap akan membuat kereta api atau monorel di daerah ini, Nada menyarankan, sebaiknya rutenya hanya untuk ke kawasan pelabuhan saja, seperti konsep zaman dahulu. Kereta api hanya sebagai pengangkut barang.

"Kereta api sebaiknya sebagai alat angkut barang-barang yang menuju ke pelabuhan. Dengan demikian truk atau lori yang mengangkut barang, dengan menggunakan container tidak lewat di jalan kota, karena itu yang bisa menambah kemacetan. Begitu juga dengan jalan-jalan, jadi tidak cepat rusak. Kita lihat saja truk yang lewat, seperti kurang safety dan mengkhawatirkan. Dengan kereta api sepertinya lebih aman jika dilihat di kota-kota besar," kata Nada.

Menurut dia, ada tiga hal yang yang harus dilihat jika ingin membangun jalur kereta api menuju pelabuhan. Pertama, barang yang dikirim tidak terkena kemacetan, barang bisa ontime sampai pada tujuan, dan jalan-jalan kota tidak cepat rusak.

Oleh karenannya, solusi terbaik untuk mengatasi kemacetan yang ada di Batam, kata Nada, pemerintah harus menegakkan aturan. Seharusnya, trailer-trailer yang lalu lalang harus mendapat kawalan polisi. Selain itu, adanya jalur khusus bagi sepeda motor yang harus betul-betul dijalankan, pembatasan umur kendaraan atau adanya limid kendaraan yang digunakan.

"Daerah kita kan kepulauan, sehingga pembatasan kendaraan lebih gampang. Seperti negara Singapura, ada batas pemakaian. Dan lebih baik seperti itu untuk mengatasi kemacetan yang ada," terangnya.

Ditemui terpisah, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Batam Azwin mengatakan, keberadaan kereta api di daerah ini akan sangat baik dan cocok guna mengatasi kemacetan. Soal kemungkinan terjadi persaingan antar angkutan, menurutnya dampaknya tidak terlalu besar lantaran kereta api memiliki pangsa pasar sendiri.

"Melihat jumlah penduduk sekarang yang sangat ramai, membuat kemacetan bertambah. Dengan demikian saya sangat setuju dan mendukung adanya kereta api di Batam, apalagi jika melihat ke depan perkembangan Batam akan sangat pesat. Dan ini merupakan pembangunan jangka panjang yang sangat baik," kata Azwin.

Seperti diberitakan sebelumnya,  proyek pembangunan kereta api di Batam bakal segera dimulai. Hal itu ditandai dengan akan ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) antara BP Batam  dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) hari Jumat (27/1) ini di Kantor BP Batam.

Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan Humas BP Batam Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, setelah penekenan MoU tersebut, pihak PT KAI akan membuat studi kelayakan di kawasan Batam, tentang bagaimana sebaiknya pengembangan alat transportasi massal tersebut.

"Hal itu bertujuan untuk meminimalisir kemacetan. Dan harus benar-benar terkonsep lebih baik, jangan sampai seperti Jakarta," ujar Djoko, Rabu (25/1).

Sedangkan pertimbangan mengenai kenapa harus kereta api yang dikembangkan di Batam, kata Djoko, karena alat transportasi tersebut dirasa lebih efektif dan efisien.

"Kita sudah menyediakan lahan, dan akan melewati jalur Batuampar, Mukakuning, Bandara dan Batam Centre. Sementara mengenai alat transportasi yang cocok di Batam ini tergantung dari hasil studi kelayakan nantinya, bisa berbentuk kereta api atau monorel," tambah Djoko lagi.

Adapun lahan yang akan digunakan adalah di row jalan 30 hingga 100 meter. Selain itu, pembangunan jalur transportasi massal tersebut akan dilakukan di atas lahan datar.

"Karena jika di dalam terowongan atau harus membuat tiang lagi, biaya yang ditimbulkan akan lebih besar. Pembangunan sarana ini bertujuan untuk mengantisipasi kepadatan di jalan raya. Terutama jalan-jalan utama menuju industri. dalam memberikan pelayanan pelayanan transportasi masyarakat," katanya.

Kata Djoko, penandatangan MoU nantinya akan dilaksanakan oleh Dirjen Perkeretaapian Tundjung Henderawan dan Kepala BP Batam Mustofa Wijaya.

"Setelah penandatanganan tersebut, mudah-mudahan secepatnya dapat terealisasi. Mengenai stasiunnya, tetap akan mendapat kajian. Karena pasti ada tahap-tahapnya untuk menentukan stasiun," tutup Djoko. (cw56)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar