Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepri Cahya mengatakan, meski Karimun ditetapkan daerah perdagangan bebas atau free trade zone (FTZ), namun investasinya belum maksimal.
Penyebabnya, ada beberapa hal. Pertama, infrastruktur penunjang seperti, jalan, pelabuhan dan bandara, belum memadai.
”Saya pikir harus banyak infrastruktur yang harus dibenahi, walau status FTZ, tapi saya lihat infrastrukturnya masih jauh dari memadai,” ujar Cahya, kemarin (17/1) usai memberikan motivasi kepada siswa SMA 1 Karimun, Kavling.
Kedua, kata Cahya, status kepemilikan lahan masih banyak dikuasai masyarakat. Sehingga menjadi kendala saat investor akan menanamkan investasinya. ”Artinya pemerintah daerah tidak memiliki lahan yang langsung siap disodorkan kepada investor,” jelas pengusaha kelahiran Karimun ini.
Begitu investor ingin menanamkan modal, mereka harus turun dulu menemui masyarakat mengenai status lahan. ”Ini merupakan problem yang harus dicarikan jalan keluarnya,” sebutnya.
Bagaimana jalan keluarnya? Cahya mengusulkan, pemerintah daerah berbenah dulu untuk membentuk suatu pola dengan melakukan penataan kembali tata ruang. Harus diinventarisir sebaik mungkin daerah atau lahan mana saja yang bisa dikuasai pemerintah daerah. Sehingga begitu investor masuk, lahan sudah tersedia dan siap pakai.
Dalam dunia investasi jelasnya, pembebasan lahan merupakan suatu persoalan yang cukup menguras tenaga dan pikiran.
”Pembebasan lahan yang memakan waktu, sangat menguras tenaga investor,” ujar Alumni SMA 1 Karimun, angkatan tahun 1983 ini.
Meski demikian, katanya, masih ada sisi lain dari Karimun yang menjadi daya tarik investor. Salah satunya, kepemimpinan Bupati Karimun Nudin Basirun.
”Saya melihat dari segi lain, Karimun sangat ok, tapi dari segi menarik investor masih sangat jauh, itu harus diperbaiki. Kalau bisa disisihkan dana dari APBD sebagian untuk fokus pembangunan infrastruktur dan pembebasan lahan oleh pemerintah,” tambahnya.
Daya tarik Karimun lainnya, adalah masyarakatnya sendiri. Kehidupan penduduknya sangat kondusif. ”Kehidupan masyarakat berjalan dengan baik dan damai, masyarakatnya hidup rukun, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kompak,” ujarnya.
Apa yang dilakukan dari Apindo sendiri? Cahya yang satu angkatan dengan Wakil Bupati Karimun, Aunur Rafiq saat sekolah di SMA 1 Karimun mengatakan, dirinya sebagai Ketua Apindo Kepri punya kewajiban menarik investor ke Karimun. Tapi, yang harus dilakukan terlebih dulu mempersiapkan infrastruktur dan lahan. Jika ini sudah terwujud, maka dirinya sangat yakin akan banyak investor yang datang ke Karimun.
Upaya lain, harus diperjuangkan status FTZ di Karimun menjadi menyeluruh, bukan lagi dua pertiga dari luas pulau Karimun. Jika status FTZ hanya sebagian katanya, tidak akan efektif. ”Perjuangkan dulu wilayah FTZ minimun untuk seluruh Pulau Karimun. Ini prioritas utama kita, setelah itu baru daerah lain di Pulau Karimun seperti Pulau Kundur,” tegasnya.
Cahya pun mendukung Gubernur Kepri, HM Sani, untuk memberi dorongan ke pusat agar status FTZ di Karimun bisa diterapkan keseluruhan. Usulan ini disampaikan bersamaan dengan perjuangan daerah FTZ di Rempang Galang, Kota Batam. ***
Penyebabnya, ada beberapa hal. Pertama, infrastruktur penunjang seperti, jalan, pelabuhan dan bandara, belum memadai.
”Saya pikir harus banyak infrastruktur yang harus dibenahi, walau status FTZ, tapi saya lihat infrastrukturnya masih jauh dari memadai,” ujar Cahya, kemarin (17/1) usai memberikan motivasi kepada siswa SMA 1 Karimun, Kavling.
Kedua, kata Cahya, status kepemilikan lahan masih banyak dikuasai masyarakat. Sehingga menjadi kendala saat investor akan menanamkan investasinya. ”Artinya pemerintah daerah tidak memiliki lahan yang langsung siap disodorkan kepada investor,” jelas pengusaha kelahiran Karimun ini.
Begitu investor ingin menanamkan modal, mereka harus turun dulu menemui masyarakat mengenai status lahan. ”Ini merupakan problem yang harus dicarikan jalan keluarnya,” sebutnya.
Bagaimana jalan keluarnya? Cahya mengusulkan, pemerintah daerah berbenah dulu untuk membentuk suatu pola dengan melakukan penataan kembali tata ruang. Harus diinventarisir sebaik mungkin daerah atau lahan mana saja yang bisa dikuasai pemerintah daerah. Sehingga begitu investor masuk, lahan sudah tersedia dan siap pakai.
Dalam dunia investasi jelasnya, pembebasan lahan merupakan suatu persoalan yang cukup menguras tenaga dan pikiran.
”Pembebasan lahan yang memakan waktu, sangat menguras tenaga investor,” ujar Alumni SMA 1 Karimun, angkatan tahun 1983 ini.
Meski demikian, katanya, masih ada sisi lain dari Karimun yang menjadi daya tarik investor. Salah satunya, kepemimpinan Bupati Karimun Nudin Basirun.
”Saya melihat dari segi lain, Karimun sangat ok, tapi dari segi menarik investor masih sangat jauh, itu harus diperbaiki. Kalau bisa disisihkan dana dari APBD sebagian untuk fokus pembangunan infrastruktur dan pembebasan lahan oleh pemerintah,” tambahnya.
Daya tarik Karimun lainnya, adalah masyarakatnya sendiri. Kehidupan penduduknya sangat kondusif. ”Kehidupan masyarakat berjalan dengan baik dan damai, masyarakatnya hidup rukun, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kompak,” ujarnya.
Apa yang dilakukan dari Apindo sendiri? Cahya yang satu angkatan dengan Wakil Bupati Karimun, Aunur Rafiq saat sekolah di SMA 1 Karimun mengatakan, dirinya sebagai Ketua Apindo Kepri punya kewajiban menarik investor ke Karimun. Tapi, yang harus dilakukan terlebih dulu mempersiapkan infrastruktur dan lahan. Jika ini sudah terwujud, maka dirinya sangat yakin akan banyak investor yang datang ke Karimun.
Upaya lain, harus diperjuangkan status FTZ di Karimun menjadi menyeluruh, bukan lagi dua pertiga dari luas pulau Karimun. Jika status FTZ hanya sebagian katanya, tidak akan efektif. ”Perjuangkan dulu wilayah FTZ minimun untuk seluruh Pulau Karimun. Ini prioritas utama kita, setelah itu baru daerah lain di Pulau Karimun seperti Pulau Kundur,” tegasnya.
Cahya pun mendukung Gubernur Kepri, HM Sani, untuk memberi dorongan ke pusat agar status FTZ di Karimun bisa diterapkan keseluruhan. Usulan ini disampaikan bersamaan dengan perjuangan daerah FTZ di Rempang Galang, Kota Batam. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar