JAKARTA: Menteri BUMN Dahlan Iskan berjanji segera memperbaiki sistem
bongkar muat di pelabuhan-pelabuhan untuk mempercepat lalu lintas
pengiriman barang.
Menurut Dahlan, sistem bongkar muat dipelabuhan saat ini sering dikeluhkan pengusaha Kadin Indonesia karena membutuhkan waktu lama sehingga harus ada perubahan sistem.
"Tadi disampaikan keluhan tentang biaya logistik di Indonesia mahal sekali, salah satunya antrean kapal di pelabuhan lama. Kalau sudah mengangkut beras, gula pupuk, dan semen di pelabuhan-pelabuhan, pengusaha mengeluh karena sandar kapalnya terlalu lama," katanya seusai mendampingi Wakil Presiden Boediono menerima pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia hari ini.
Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan sistem logistik Indonesia dan trasnprotasi laut masih tidak efisien sehingga biaya pengiriman barang sangat mahal. Selain itu, ada indikasi kartel dalam sistem kepelabuhan di Indonesia yang membuat biaya pengiriman barang tinggi.
"Kadin berharap pemerintah bisa menyelesaikan masalah ini karena ada indikasi kartel di dalamnya," katanya.
Kadin Indonesia juga mengusulkan adanya liberalisasi peraturan dan perundangan agar menunjang pembangunan dan pengoperasian kepelabuhan serta pembangunan kapal dan pelayaran Indonesia.
"Banyak peraturan-peraturan dan perundangan di bidang ini sudah ketinggalan dan perlu direvisi. Adanya konektivitas dan logistik yang baik dengan sendirinya akan dapat meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia," kata Suryo
Dahlan Iskan melanjutkan saat ini sandar kapal di pelabuhan masih tergolong lama sehingga menganggu kapal lain yang akan melakukan bongkar muat.
Misalnya, untuk melakukan untuk bongkar muat barang seperti beras, gula, semen ataupun pupuk, kapal bisa bersandar hingga 15 hari.
Menurut Dahlan, lamanya waktu bersandar karena proses bongkar muat beras dalam kemasan yang relatif terbatas. Itupun jika hujan seringkali prosesnya berhenti.
"Nanti kita ubah sistem pengiriman beras, pupuk, semen, dan gula. Itu akan diubah tapi perlu waktu mempersiapkan sehingga kalau bisa akhir tahun ini sudah berubah lebih bagus," katanya.
Perubahan yang dilakukan, lanjutnya, misalnya beras kemasan 100 kilogram yang akan dimasukan kapal, akan dimasukan kantong yang lebih besar sehingga sekali dimasukkan atau dikeluarkan ke kapal itu bisa mencapai dua ton.
Dengan demikian, waktu sandar untuk bongkar muat yang semula 15 hari itu mungkin bisa dipangkas tinggal 5 hari. (sut)
Menurut Dahlan, sistem bongkar muat dipelabuhan saat ini sering dikeluhkan pengusaha Kadin Indonesia karena membutuhkan waktu lama sehingga harus ada perubahan sistem.
"Tadi disampaikan keluhan tentang biaya logistik di Indonesia mahal sekali, salah satunya antrean kapal di pelabuhan lama. Kalau sudah mengangkut beras, gula pupuk, dan semen di pelabuhan-pelabuhan, pengusaha mengeluh karena sandar kapalnya terlalu lama," katanya seusai mendampingi Wakil Presiden Boediono menerima pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia hari ini.
Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan sistem logistik Indonesia dan trasnprotasi laut masih tidak efisien sehingga biaya pengiriman barang sangat mahal. Selain itu, ada indikasi kartel dalam sistem kepelabuhan di Indonesia yang membuat biaya pengiriman barang tinggi.
"Kadin berharap pemerintah bisa menyelesaikan masalah ini karena ada indikasi kartel di dalamnya," katanya.
Kadin Indonesia juga mengusulkan adanya liberalisasi peraturan dan perundangan agar menunjang pembangunan dan pengoperasian kepelabuhan serta pembangunan kapal dan pelayaran Indonesia.
"Banyak peraturan-peraturan dan perundangan di bidang ini sudah ketinggalan dan perlu direvisi. Adanya konektivitas dan logistik yang baik dengan sendirinya akan dapat meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia," kata Suryo
Dahlan Iskan melanjutkan saat ini sandar kapal di pelabuhan masih tergolong lama sehingga menganggu kapal lain yang akan melakukan bongkar muat.
Misalnya, untuk melakukan untuk bongkar muat barang seperti beras, gula, semen ataupun pupuk, kapal bisa bersandar hingga 15 hari.
Menurut Dahlan, lamanya waktu bersandar karena proses bongkar muat beras dalam kemasan yang relatif terbatas. Itupun jika hujan seringkali prosesnya berhenti.
"Nanti kita ubah sistem pengiriman beras, pupuk, semen, dan gula. Itu akan diubah tapi perlu waktu mempersiapkan sehingga kalau bisa akhir tahun ini sudah berubah lebih bagus," katanya.
Perubahan yang dilakukan, lanjutnya, misalnya beras kemasan 100 kilogram yang akan dimasukan kapal, akan dimasukan kantong yang lebih besar sehingga sekali dimasukkan atau dikeluarkan ke kapal itu bisa mencapai dua ton.
Dengan demikian, waktu sandar untuk bongkar muat yang semula 15 hari itu mungkin bisa dipangkas tinggal 5 hari. (sut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar