Tribun Batam - Minggu, 1 Januari 2012
-
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan, pertumbuhan
ekonomi Singapura akan melemah pada tahun 2012 ini, setelah mengalami
perlambatan pada tahun 2011.
Prediksi tersebut mengacu pada kondisi ekonomi dunia yang sulit dan upaya pemerintah setempat untuk memotong arus masuk tenaga kerja asing.
Dalam pesan tahun barunya, Lee menyebutkan, Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura hanya tumbuh 4,8 persen pada tahun 2011. Padahal, pada tahun 2010, pemerintah setempat memproyeksi ekonomi bisa tumbuh 5 persen dan laju pertumbuhan bisa sampai 14,5 persen.
Sementara itu, tahun 2012, sesuai dengan perkiraan Kementerian Perdagangan, Lee mengatakan, ekonomi Singapura hanya berekspansi antara satu hingga tiga persen.
"Masalah utang Eropa masih jauh dari penyelesaian," sebut Lee, di Singapura, Sabtu (31/12/2011) waktu setempat.
Tahun 2011, kata dia, terlihat menyulitkan bagi ekonomi dunia. Sebagai negara terbuka kecil, Singapura pasti akan terpengaruh akan kondisi tersebut. Selama tahun 2011, pemerintah Singapura telah menggunakan mata uangnya, dollar Singapura, untuk mengantisipasi inflasi.
Upaya melindungi ekonomi dari kondisi buruk Amerika Serikat dan Eropa itu telah memperlambat perolehan keuntungan mata uang tersebut.
Pada saat yang sama, pemerintah pun harus memenuhi permintaan warganya untuk meredam derasnya kedatangan orang asing. Menurut ekonom DBS Group Holdings Ltd, Irvin Seah, di Singapura, kondisi ekonomi Cina, laju pemulihan ekonomi AS, dan risiko penurunan zona euro merupakan tiga kunci yang berperan dalam gambaran ekonomi Singapura tahun 2012.
Seah pun menyebutkan, upaya untuk menghambat aliran masuknya pekerja asing akan menimbulkan kendala pada pertumbuhan ekonomi karena akan meningkatkan biaya bisnis.(KCM)
Prediksi tersebut mengacu pada kondisi ekonomi dunia yang sulit dan upaya pemerintah setempat untuk memotong arus masuk tenaga kerja asing.
Dalam pesan tahun barunya, Lee menyebutkan, Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura hanya tumbuh 4,8 persen pada tahun 2011. Padahal, pada tahun 2010, pemerintah setempat memproyeksi ekonomi bisa tumbuh 5 persen dan laju pertumbuhan bisa sampai 14,5 persen.
Sementara itu, tahun 2012, sesuai dengan perkiraan Kementerian Perdagangan, Lee mengatakan, ekonomi Singapura hanya berekspansi antara satu hingga tiga persen.
"Masalah utang Eropa masih jauh dari penyelesaian," sebut Lee, di Singapura, Sabtu (31/12/2011) waktu setempat.
Tahun 2011, kata dia, terlihat menyulitkan bagi ekonomi dunia. Sebagai negara terbuka kecil, Singapura pasti akan terpengaruh akan kondisi tersebut. Selama tahun 2011, pemerintah Singapura telah menggunakan mata uangnya, dollar Singapura, untuk mengantisipasi inflasi.
Upaya melindungi ekonomi dari kondisi buruk Amerika Serikat dan Eropa itu telah memperlambat perolehan keuntungan mata uang tersebut.
Pada saat yang sama, pemerintah pun harus memenuhi permintaan warganya untuk meredam derasnya kedatangan orang asing. Menurut ekonom DBS Group Holdings Ltd, Irvin Seah, di Singapura, kondisi ekonomi Cina, laju pemulihan ekonomi AS, dan risiko penurunan zona euro merupakan tiga kunci yang berperan dalam gambaran ekonomi Singapura tahun 2012.
Seah pun menyebutkan, upaya untuk menghambat aliran masuknya pekerja asing akan menimbulkan kendala pada pertumbuhan ekonomi karena akan meningkatkan biaya bisnis.(KCM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar