Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Selasa, 05 Maret 2013

DAYA SAING FTZ BATAM MELEMAH


Senin, 4 Maret 2013  (sumber : ANTARA)

Daya saing Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (FTZ) kian melemah di tengah kenaikan harga gas, masalah pekerja dan regulasi yang tumpang tindih.

Bahkan, Deputi Bidang V Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Perekonomian RI Robert Sianipar di Batam, Senin, mengatakan Penanam Modal Asing (PMA) terancam meninggalkan Batam lima tahun ke depan.

"Lima tahun lagi, bisa tidak ada PMA di Batam kalau tidak segera bebenah," kata dia.

Apalagi, kawasan industri Iskandar Syah di Malaysia terus bebenah sehingga dikhawatirkan "mencuri PMA di Batam".

"Bisa-bisa PMA pindah ke Iskandar Syah semua," kata dia.

Menurut dia, saat ini sudah ada beberapa PMA yang memindahkan usahanya ke Iskandar Syah.

"Sudah ada satu dua yang pindah, saya tidak bisa jelaskan. BP (Badan Pengusahaan) yang tahu," kata dia.

Masalah pekerja, menjadi satu faktor melemahnya daya saing Batam. Robert mengatakan persoalan buruh menjadi bahan diskusi penting dalam kelompok kerja bersama Indonesia-Singapura.

"Buruh BBK dianggap militan," kata dia.

Selain itu kenaikan harga gas juga melemahkan daya saing Batam sebagai kawasan industri.

Sebelum berinvestasi, PMA selalu mempertimbangkan masalah energi sebagai infrastruktur penting.

Ia mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan subsidi gas mengingat ketergantungan industri pada bahan bakar itu.

"Kami evaluasi subsidi gas," kata Robert.

Ketua Himpunan Kawasan Industri Kepulauan Riau Jon Sulistiawan mengatakan kenaikan harga gas memberatkan industri.

Tidak hanya Indonesia, kata dia menambahkan. Bahkan Singapura sudah bersiap-siap meninggalkan ketergantungan gas dari Indonesia.

Pemerintah Singapura yang selama ini mendapat pasokan langsung dari sumur Natuna dan Sumatera sudah mempersiapkan mengkonsumsi gas dari Timur Tengah dengan membangun "revinary" LNG dan CNG.

Ia meminta pemerintah mempertimbangkan kembali kenaikan harga agar tidak menghambat industri.

"Saya tidak membandingkan dengan Singapura, namun melihat yang terjadi di wilayah yang disebut Habibie sebagai 'red dot'," kata dia. Budi Suyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar