Rabu, 13 March 2013 (sumber : Haluan Kepri)
Wakil Presiden Direktur PT ATB Benny Andrianto memastikan akan hal itu, akhir pekan lalu. Dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk dilihat ketersediaan air, maka air yang tersedia bisa mencapai 2020 mendatang.
" Tidak usah khawatir, hingga masa berakhirnya konsesi kita pada 2020, ketersediaan air masih cukup. Saat ini produksi kita berlebih, karena yang dialirkan kemasyarakat hanya sekitar 2.700 liter/detik, sementara produksi kita 3.535 liter /detik,"kata Benny, Sabtu (9/3) lalu.
Namun demikian, setelah 2020 itu ia tidak menjamin. Sebab, ketersediaan air di Batam tergantung pada pengelolaan atau keinginan pemerintah setempat. Jika masih diteruskan pertambahan penduduk dengan membuka pemukiman-pemukiman baru, maka dipastikan tidak cukup, apalagi tidak ada penambahan Dam.
Belum lagi permasalah Dam yang ada saat ini. Kata Benny, seperti Dam Duriangkang, merupakan waduk terbesar yang saat ini menyalurkan sekitar 75 persen bagi masyarakat Batam. Ini akan terus menyusut karena masalah endapan atau sedimentasi. Hal itu bisa dilihat, sejak digunakan pada tahun 2000, Dam tersebut sudah terjadi penyusutan karena endapan sebesar 30 persen. Ini baru digunakan 13 tahun, kalau tidak ada upaya untuk mengeruk maka hingga 2020 akan semakin dangkal.
Meski BP Batam akan membuka Dam baru diwilayah Tembesi, namun pertumbuhan penduduk perlu dipikirkan. Sebab pada 2012 saja, lanjut Benny, sudah ada 209.862 sambungan yang terpasang atau naik 14 kali lipat pada awal-awal pembangunan di tahun 1996. Dimana, saat ini setiap bulannya, rata-rata 1000 hingg 1200 sambungan baru dipasang.
"Dengan jumlah tersebut, daerah yang terlayani di Batam sudah 93,50 persen. Sisanya, lagi berjalan. Sementara kebocoran kita sebesar 26 persen. Kebocoran ini memang ada yang disebabkan karena komersil, seperti pencurian dan ada juga yang masalah teknis,"katanya.
Corporate Communication Manager PT ATB Enriko Moreno mengatakan, masalah kebocoran memang tidak bisa dihindari. Jika dilihat persentase dengan 26 persen air mengalir itu karena bocor, baik karena komersil (pencurian) atau masalah teknis besarannya sama.
"Dua ini penyebab kebocorannya fifty-fifty lah. Mengenai pencurian, kalau Kita ketahui, langsung diputus. Ini tidak bisa ditoleransi. Kita berniat menurunkan tingkat kebocoran ini sampai 20 persen," kata Enriko.
Dijelaskannya, mengenai kebocoran ini akan berdampak pada pelanggan. Sebab, secara tidak langsung akan dibebankan kepada pelanggan. Karena dalam penentuan tarif, juga dipertimbangkan masalah tersebut. (mnb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar