Kamis, 14 March 2013 (sumber : Haluan Kepri)
Saat ini wilayah Afrika dinilai cukup menjanjikan, hal itu juga didorong adanya modal politik Indonesia khususnya dengan Afrika Selatan.
Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri RI Lasro Simbolon mengatakan, Indonesia sangat dihormati di Afrika, sebab hubungan sudah terjalin begitu lama. Khususnya pada penempatan politik. Ini perlu diterjemahkan untuk menjadi modal dalam meningkatkan kedekatan kedua negara.
" Kita sudah overwhelme kerja sama ekonomi dengan wilayah lain padahal Afrika menjanjikan. Makanya ini perlu dirapatkan dengan negara Afrika. Jadi semua berjalan dengan baik. Untuk Afsel sendiri, masih surplus. Nilai ekspor kita sudah mencapai US2,3 juta dollar," kata Lasro, saat mendampingi delegesai Afirka Selatan di BP Batam, kemarin.
Adapun sejumlah komoditas ekspor Indonesia di Afrika Selatan, seperti tekstil, makanan, CPO, peralatan pertanian bahkan saat ini sudah masuk industri strategis. Sementara impor Indonesia untuk Afrika bisa seperti kapas, produk holtikultura, wine, dan perhiasan.
" Di Afsel, ada tiga kawasan ekonomi khusus di Afsel dengan FTZ Batam. Sama dengan Batam-Batam lah. Ini kedepan akan ada kerja sama yang bisa dimanfaatkan agar, dan bisa menjadi gateway atau pintu gerbang penetrasi produk Indonesia dan Afrika," katanya.
Adapun delegasi Afsel yag datang adalah, Andrew Murray selaku CEO of ECSECC, Siphoelliot Lunyawo selaku Senior Official From OTP dan Naxolo Kiviet selaku Gubernur Provinsi Eastern Cape Afsel.
Naxolo Kiviet mengatakan, pihaknya meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi bilateral dengan Indonesia beserta kawasan FTZ Batam. Fokusnya tentu peningkatan pertumbuhan ekonomi, mengurangi pengangguran dan kemiskinan dengan memperkuat kerja sama ekonomi dengan Indonesia yang pada akhirnya dimanfaatkan masyarakat kedua negara.
" Kami ingin memastikan dan memperkuat hubungan perdagangan dengan Indonesia yang sudah ada demi menghasilkan pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Yang terpenting untuk kita adalah kita memiliki sesuatu untuk ditawarkan," katanya.
Para pengusaha di sana khususnya, di Eastern Cape, katanya, banyak yag tertarik menanamkan modalnya dalam industri maritim, perikanan, perkapalan, pertanian dan pariwisata. Dengan adanya kerjasama dengan BP Batam, merupakan salah satu upayanya membuka pasar jasa pelabuhan kargo Afrika-Asia.
" Kami merasa harus mencari peluang jasa kargo dan logistik di pasar Asia. Untuk membuka pintu pasar kami harapkan Batam salah satunya dan dibahas saat pertemuan Indonesia-Afsel pada Agustus mendatang," katanya.
Sebelum ke BP Batam, pagi harinya, delegasi tersebut berkesempatan bertemu dengan Gubernur Kepri HM Sani. Dalam pertemua tersebut, kedua provinsi beda negara ini sepakat bekerja sama dalam empat bidanng yang rencananya akan dituangkan dalam MoU.
Adapun empat bidang yang sudah disepakati itu adalah bidang perikanan, pariwisata, perkapalan dan produk UKM. Kedepannya akan diformulasikan kedua pimpinan provinsi.
Gubernur Kepri HM Sani mengatakan, sebelim ada kerja sama, akan ada tim teknis. Dari Kepri akan dipimpin oleh Asisten II Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Kepri Amhar Ismail. Dan sejak bertemunya langsung disusun dengan SKPD terkait.
"Kita yakin dengan adanya kerja sama, akan memudahkan hubungan kedua kawasan dalam membuka pasar komoditas perdagangan. Salah satu menguntungkan kita, produk UKM kita dapat merambah pasar Afrika Selatan,"kata Sani.
Kata Sani, Eastern Cape bisa membuka pasar di kawasan ini salah satunya produk permata. Sebagai penghasil permata, Eastern Cape diyakini akan diberikan kemudahan jika ingin membangun pabrik pengolahan perhiasan di Kepri. (mnb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar