Senin, 11 Maret 2013 (sumber : Batam Pos)
Badan Pengusahaan Batam bersama Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) Pusat ambil bagian dalam Pameran Mustermesse
Basel (Muba) di Swiss pada 22 Februari hingga 3 Maret lalu.
Direktur PTSP dan Humas BP Batam Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, pada pameran Muba tersebut, BP Batam bersama BKPM Pusat mengajak para calon investor, khususnya yang berada di kawasan Eropa untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Partisipasi BP Batam dalam kegiatan itu mendapat perhatian dari berbagai kalangan.
”Soalnya, hanya BP Batam satu-satunya yang memamerkan keunggulan Pulau Batam sebagai tujuan investasi di kawasan Asia Pasifik,” kata Djoko, kemarin.
Pameran Muba merupakan pameran retail terbesar dan tertua di Swiss yang menempati area seluas 75.000 meter persegi dan terbagi dalam empat hall besar. Pameran ini terbuka untuk masyarakat umum.
Menurut Djoko, sedikitnya 48 usaha kecil menengah (UKM) Indonesia, termasuk BP Batam dan sejumlah instansi lain berpartisipasi dalam pameran yang berada di bawah koordinasi KBRI Swiss, Kementerian Perdagangan RI, Dewan Pengembangan Ekspor Nasional, dan BKPM ini.
”Indonesia jadi negara tamu kehormatan (guest country) yang menempati area pameran seluas 2.000 meter persegi,” ujar Djoko.
Dia mengatakan, selama dua hari dibukanya pameran, jumlah pengunjung Paviliun Indonesia mencapai sekitar 16.000 orang. Para pengunjung, selain melihat hasil produk unggulan dari Indonesia, juga menyaksikan seni budaya, seperti peragaan busana batik, tari-tarian dari daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, serta DKI Jakarta.
Berdasarkan informasi dari Kementerian Perdagangan RI, kata Djoko, nilai transaksi retail Indonesia dalam pameran itu mencapai 78.000 dolar AS. Produk yang diminati oleh masyarakat Swiss, antara lain tas rotan, tas batik, bahan makanan organik, selendang, perhiasan perak, lampu dari kulit kerang, patung dari kayu dan kursi kayu.
Hingga hari ke-6 pelaksanaan pameran, transaksi Paviliun Remarkable Indonesia mencapai 115.000 dolar AS dengan nilai penjualan tertinggi pada produk kerajinan tangan sebesar 40.000 dolar AS.
Nilai penjualan retail produk furniture menempati posisi kedua dengan nilai transaksi sebesar 17.500 dolar AS, bahkan salah satu UKM produk furniture ada yang mendapatkan prospective order dari pembeli asal Jerman dengan senilai 21.000 dolar AS untuk permintaan produk tikar kayu dan keset.
Djoko mengatakan, BP Batam pada pameran itu diwakili Kabag Kerjasama dan Pengembangan Usaha, Purnomo Andi Antono. Purnomo telah melakukan pertemuan dengan CEO Eicoglobal Holding AG, Arthur Kurt Eilers bersama Sven Pomykalo guna membahas rencana tersebut.
Pertemuan itu juga dihadiri Duta Besar RI untuk Swiss Djoko Susilo. Djoko bahkan turut meyakinkan Eicoglobal Holding AG untuk tidak ragu-ragu meminta bantuan kepada KBRI Swiss dalam mewujudkan keinginan tersebut. (ros)
Direktur PTSP dan Humas BP Batam Dwi Djoko Wiwoho mengatakan, pada pameran Muba tersebut, BP Batam bersama BKPM Pusat mengajak para calon investor, khususnya yang berada di kawasan Eropa untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Partisipasi BP Batam dalam kegiatan itu mendapat perhatian dari berbagai kalangan.
”Soalnya, hanya BP Batam satu-satunya yang memamerkan keunggulan Pulau Batam sebagai tujuan investasi di kawasan Asia Pasifik,” kata Djoko, kemarin.
Pameran Muba merupakan pameran retail terbesar dan tertua di Swiss yang menempati area seluas 75.000 meter persegi dan terbagi dalam empat hall besar. Pameran ini terbuka untuk masyarakat umum.
Menurut Djoko, sedikitnya 48 usaha kecil menengah (UKM) Indonesia, termasuk BP Batam dan sejumlah instansi lain berpartisipasi dalam pameran yang berada di bawah koordinasi KBRI Swiss, Kementerian Perdagangan RI, Dewan Pengembangan Ekspor Nasional, dan BKPM ini.
”Indonesia jadi negara tamu kehormatan (guest country) yang menempati area pameran seluas 2.000 meter persegi,” ujar Djoko.
Dia mengatakan, selama dua hari dibukanya pameran, jumlah pengunjung Paviliun Indonesia mencapai sekitar 16.000 orang. Para pengunjung, selain melihat hasil produk unggulan dari Indonesia, juga menyaksikan seni budaya, seperti peragaan busana batik, tari-tarian dari daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, serta DKI Jakarta.
Berdasarkan informasi dari Kementerian Perdagangan RI, kata Djoko, nilai transaksi retail Indonesia dalam pameran itu mencapai 78.000 dolar AS. Produk yang diminati oleh masyarakat Swiss, antara lain tas rotan, tas batik, bahan makanan organik, selendang, perhiasan perak, lampu dari kulit kerang, patung dari kayu dan kursi kayu.
Hingga hari ke-6 pelaksanaan pameran, transaksi Paviliun Remarkable Indonesia mencapai 115.000 dolar AS dengan nilai penjualan tertinggi pada produk kerajinan tangan sebesar 40.000 dolar AS.
Nilai penjualan retail produk furniture menempati posisi kedua dengan nilai transaksi sebesar 17.500 dolar AS, bahkan salah satu UKM produk furniture ada yang mendapatkan prospective order dari pembeli asal Jerman dengan senilai 21.000 dolar AS untuk permintaan produk tikar kayu dan keset.
Djoko mengatakan, BP Batam pada pameran itu diwakili Kabag Kerjasama dan Pengembangan Usaha, Purnomo Andi Antono. Purnomo telah melakukan pertemuan dengan CEO Eicoglobal Holding AG, Arthur Kurt Eilers bersama Sven Pomykalo guna membahas rencana tersebut.
Pertemuan itu juga dihadiri Duta Besar RI untuk Swiss Djoko Susilo. Djoko bahkan turut meyakinkan Eicoglobal Holding AG untuk tidak ragu-ragu meminta bantuan kepada KBRI Swiss dalam mewujudkan keinginan tersebut. (ros)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar