Kamis, 14 Maret 2013 (sumber : Tribun Batam)
TRIBUNNEWSBATAM.COM, BATAM- Dalam menjalin hubungan bilateral trade Indonesia-Afrika bulan Agustus 2013 nanti, berharap Batam, dan Kepri umumnya dapat ikut serta dalam kunjungan ekonomi diplomasi itu. Lasro Simbolon, Director for African Affairs Ministry of Foreign Affairs mengungkapkan, Afrika Selatan kini menjadi negara prioritas.Menurutnya, Indonesia menyambut baik fasilitasi yang dilakukan Afrika Selatan, khususnya Provinsi Eastern Cape.
"Afrika jadi wilayah prioritas. Selama ini, kami buka dengan wilayah-wilayah lain, padahal sudah ada modal politik kita dengan mereka. Solidaritas kita kuat. Cukup lama kita dihormati di sana, sayang nggak kita terjemahkan untuk membuat kerjasama ekonomi dengan mereka. Inilah momentnya," ujar Lasro usai kunjungan Gubernur Provinsi Eastern Cape, Naxolo Kiviet di gedung marketing BP Batam, Rabu (13/3).
Selama ini, kata Lasro, pemikiran Indonesia terhadap Afrika masih seperti lagu lama. Padahal, negara Afrika sendiri, terutama Afrika Selatan sudah sangat jauh berkembang dan memiliki pendapatan per kapita yang justru lebih besar dibanding Indonesia.
"Kayak lagu iwan fals, dianggap masih yang Ethiopia. Kelaparan semua. Padahal mereka sudah jauh maju. Pendapatan per kapita mereka sudah 11.000 US dolar, sementara Indonesia sekitar 3.000-4.000 US dolar. Sekarang mereka menjadi negara yang paling berkembang di beberapa sektornya. FTZ-nya saja ada tiga," ujarnya.
Saat ini, di sektor perdagangan, antara Indonesia-Afrika ada di nomor tiga."Untuk Nigeria kita minus memang, karena kita impor minyak untuk bahan bakar. Kalau Afsel, kita surplus. Komoditasnya seperti consumer good, otomotif kayak sparepart kijang itu, tekstile untuk garmen-garmen," jelasnya.
Selain sektor perdagangan, secara solidaritas, Indonesia pun memberikan bantuan alat-alat pertanian juga kepada negara itu."Ini bakal jadi gateway untuk penetrasi ekonomi kita. Untuk bantuan seperti perusahaan Karya Hidup Sentosa yang memproduksi alat-alat pertanian, sudah masuk ke sana. Karena di sana juga banyak pertaniannya," bebernya lagi.
Batam sebagai pilar yang unik, dengan ratusan perusahaan asing dan dalam negerinya, menurut Lasro, Batam pun sudah dimiliki oleh Afrika. Sebelumnya sudah ada Kouga yang lebih dulu membuka kerjasama dengan Batam.
"Ini sangat relevan. Makanya mereka ingin ada exchance visit. Dari sini kami akan bawa pebisnis-pebisnis Batam supaya melihat. India, Brazil, Turki sudah mengambil kesempatan kerjasama ini, Indonesia tentu nggak mau kalah," tegasnya.
Naxolo Kiviet mengatakan kunjungan pihaknya ke Batam untuk menawarkan dan mempromosikan perdagangan antara Eastern Cape dan Batam. "Kami mencoba melihat potensi apa yang sekiranya mampu dikombinasikan untuk menjadi perdagangan bilateral antara Indonesia-Afrika," ujarnya.
Sebagai provinsi ketiga terbesar dari sembilan provinsi yang ada, Eastern Cape memiliki populasi 6,65 juta jiwa. Dan kata Naxolo, ada beberapa sektor yang menjadi ketertarikan investor, seperti bidang energi, maritime ship building and repair, port management, manufaktur, aquaculture/perikanan, rural development, dan banyak lagi. (*)
TRIBUNNEWSBATAM.COM, BATAM- Dalam menjalin hubungan bilateral trade Indonesia-Afrika bulan Agustus 2013 nanti, berharap Batam, dan Kepri umumnya dapat ikut serta dalam kunjungan ekonomi diplomasi itu. Lasro Simbolon, Director for African Affairs Ministry of Foreign Affairs mengungkapkan, Afrika Selatan kini menjadi negara prioritas.Menurutnya, Indonesia menyambut baik fasilitasi yang dilakukan Afrika Selatan, khususnya Provinsi Eastern Cape.
"Afrika jadi wilayah prioritas. Selama ini, kami buka dengan wilayah-wilayah lain, padahal sudah ada modal politik kita dengan mereka. Solidaritas kita kuat. Cukup lama kita dihormati di sana, sayang nggak kita terjemahkan untuk membuat kerjasama ekonomi dengan mereka. Inilah momentnya," ujar Lasro usai kunjungan Gubernur Provinsi Eastern Cape, Naxolo Kiviet di gedung marketing BP Batam, Rabu (13/3).
Selama ini, kata Lasro, pemikiran Indonesia terhadap Afrika masih seperti lagu lama. Padahal, negara Afrika sendiri, terutama Afrika Selatan sudah sangat jauh berkembang dan memiliki pendapatan per kapita yang justru lebih besar dibanding Indonesia.
"Kayak lagu iwan fals, dianggap masih yang Ethiopia. Kelaparan semua. Padahal mereka sudah jauh maju. Pendapatan per kapita mereka sudah 11.000 US dolar, sementara Indonesia sekitar 3.000-4.000 US dolar. Sekarang mereka menjadi negara yang paling berkembang di beberapa sektornya. FTZ-nya saja ada tiga," ujarnya.
Saat ini, di sektor perdagangan, antara Indonesia-Afrika ada di nomor tiga."Untuk Nigeria kita minus memang, karena kita impor minyak untuk bahan bakar. Kalau Afsel, kita surplus. Komoditasnya seperti consumer good, otomotif kayak sparepart kijang itu, tekstile untuk garmen-garmen," jelasnya.
Selain sektor perdagangan, secara solidaritas, Indonesia pun memberikan bantuan alat-alat pertanian juga kepada negara itu."Ini bakal jadi gateway untuk penetrasi ekonomi kita. Untuk bantuan seperti perusahaan Karya Hidup Sentosa yang memproduksi alat-alat pertanian, sudah masuk ke sana. Karena di sana juga banyak pertaniannya," bebernya lagi.
Batam sebagai pilar yang unik, dengan ratusan perusahaan asing dan dalam negerinya, menurut Lasro, Batam pun sudah dimiliki oleh Afrika. Sebelumnya sudah ada Kouga yang lebih dulu membuka kerjasama dengan Batam.
"Ini sangat relevan. Makanya mereka ingin ada exchance visit. Dari sini kami akan bawa pebisnis-pebisnis Batam supaya melihat. India, Brazil, Turki sudah mengambil kesempatan kerjasama ini, Indonesia tentu nggak mau kalah," tegasnya.
Naxolo Kiviet mengatakan kunjungan pihaknya ke Batam untuk menawarkan dan mempromosikan perdagangan antara Eastern Cape dan Batam. "Kami mencoba melihat potensi apa yang sekiranya mampu dikombinasikan untuk menjadi perdagangan bilateral antara Indonesia-Afrika," ujarnya.
Sebagai provinsi ketiga terbesar dari sembilan provinsi yang ada, Eastern Cape memiliki populasi 6,65 juta jiwa. Dan kata Naxolo, ada beberapa sektor yang menjadi ketertarikan investor, seperti bidang energi, maritime ship building and repair, port management, manufaktur, aquaculture/perikanan, rural development, dan banyak lagi. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar