Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Jumat, 12 Oktober 2012

Diam-diam, Gula Impor Lancar ke Batam


BATAM (HK) - Aparat penegak hukum di Batam kecolongan lagi. Pasalnya, ratusan ton gula impor ilegal masih lancar masuk ke Batam.

Penelusuran tim Haluan Kepri seminggu terakhir, di sejumlah grosir maupun pengencer, masih terdapat gula-gula impor asal Thailand dan Hindia di Batam. Gula impor ini diduga ilegal, karena sejak April lalu, sudah tidak ada izin impor gula dari Kementrian Perdagangan  (Kemendag).

Berdasarkan data Litbang Haluan Kepri, Kemendag mengeluarkan izin impor gula terakhir pada 15 April 2011 lalu dengan jumlah 9.000 ton. Sementara, kebutuhan rata-rata gula di Batam antara 1.500-2.000 ton per bulan. Artinya, gula impor pada April tahun lalu seharusnya telah lama habis di Batam. Apalagi, gula impor sebanyak 9.000 ton tersebut tidak hanya untuk Batam, tetapi harus dibagi untuk dua daerah Free Trade Zone lainnya, yaitu Bintan sebanyak 1.500 ton dan Karimun 1.500 ton, sisanya 6.000 ton untuk Batam. Dengan semakin kecilnya jumlah ini, seharusnya gula impor tersebut sudah habis sekitar bulan Juli atau Agustus 2011 lalu.

"Belum ada izin impor gula baru sejak April 2011 lalu. Seharusnya kini sudah tidak ada lagi gula impor di Batam," ujar Kepala Subdit Humas dan Publikasi BP Batam Ilham Eka Hartawan, Kamis (11/10).

Hal serupa juga diungkapkan mantan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Kota Batam Ahmad Hijazi melalui sambungan telpon genggamnya, kemarin.

Reni, penunggu salah satu kedai sembako di jajaran ruko di kawasan Tos 3.000 mengaku tidak mengetahui pasti gula yang dijual di toko tersebut impor atau tidak. Namun dia mengatakan ada perbedaan harga antara gula putih dengan gula agak kecoklatan.

"Saya tidak tau itu gula impor atau tidak, tetapi kalau harga memang ada perbedaan antara yang putih dengan coklat. Bedanya sekitar dua sampai tiga ribu per kilogram. Tergantung beli berapa banyak. Gula putih lebih murah," ujar Reni. Sayangnya Reni enggan berbicara lebih banyak dengan alasan ia hanya karyawan di toko tersebut. Sementara, pemilik toko menolak diwawancarai, dan meminta wartawan pergi.

Sugeng, penjual gula pasir di pasar yang sama mengatakan ia menyediakan gula impor. Namun gula tersebut adalah stok lama. Saat ditanyakan kapan persisnya ia menerima gula tersebut, ia mengaku lupa.

"Saya lupa kapan terakhir datangnya, tapi ini sudah lama. Sekarang tinggal menghabiskan stok saja," ujar Sugeng. Saat ditanyakan apakah disuplai pertengahan tahun ini, Sugeng enggan menjawab. "Pokoknya beberapa bulan ini," ujarnya.

Di Pasar Shoping Centre Bengkong, Ayek menyebutkan perbedaan gula impor dan gula lokal di kedainya mencapai Rp4 ribu.  Namun begitu, ia mengaku cukup kesulitan untuk mendapatkan gula impor terkait larangan impor oleh pemerintah. Di samping itu, penyuplai gula impor juga mengeluarkan produknya sedikit-sedikit, pengecer dijatah.

Dikedai Ayek, gula lokal dijual Rp13 ribu/kg, dan gula impor seharga Rp9 ribu/kg. Dikatakan Ayek, distributor gula tempat ia mengorder terletak di Jodoh, namun ia enggan menyebutkan alamat lengkapnya.

"Gula impor lebih murah, makanya banyak yang beli daripada gula lokal. Setau saya gula impor ini dari India," ujar Ayek lagi.

Lili, pedagang grosiran di Pasar Mitra Raya Batam Centre mengatakan gula impor dikedainya dijual dikisaran Rp8.500-9 ribu/kg. Dikatakan Lili sejak beberapa minggu terakhir, harga gula impor ukuran 50kg/karung mengalami kenaikan sebesar Rp5 ribu. Sehingga ia menjual gula impor dengan harga bervariasi, tergantung jumlah pembelian.

Berbeda dengan Sugeng, Lili mengaku cukup mudah untuk mendapatkan gula impor dari agen. "Mudah kok mendapatkan gula impor dari agen. Suplai ke saya lancar-lancar saja, berapa saya minta diberi, terakhir lima karung, baru beberapa hari lalu. Hanya saja, saya tidak ada uang untuk beli banyak. Secukup duit saja. Sebenarnya gula kila lebih bagus dari gula impor dari segi manisnya, tetapi gula impor lebih putih dan murah, makanya banyak yang beli," ujar Lili lagi.

Menanggapi informasi yang dihimpun di lapangan tersebut, Kasubdit Humas dan Publikasi BP Batam Ilham Eka Hartawan kembali menegaskan tidak ada impor sejak April 2011 lalu.

“Impor gula sudah tidak ada sejak tahun 2011 yang lalu. Kalau ada yang masih impor pasti kita ketahui datanya, termasuk dari Bea Cukai sendiri, dan sampai saat ini belum ada laporan tentang pasokan gula impor ke Batam, kita masih menunggu konfirmasi putusan dari  Kemendag terkait izin impor selanjutnya,” tutur Ilham.

Mengenai pengawasan terkait gula ilegal, Ilham mengatakan pihaknya akan turun langsung ke lapangan. Apabila ada permainan, Ilham menyebutkan pihaknya akan langsung melaporkan ke aparat penegak hukum.

Sementara itu, Kabid Pengawasan dan Penindakan (P2) KPU Bea dan Cukai Tipe B Batam, Kunto Prasti belum bisa dimintai konfirmasi terkait penemuan gula impor di Batam. Saat dihubungi melalui telpon genggamnya, tidak diangkat, begitu juga pesan singkat yang dikirimkan tidak dibalasnya.

Catatan Haluan Kepri, izin impor gula yang pernah dikeluarkan oleh BP Batam April 2012 lalu, gula hanya diimpor dari Thailand, namun di lapangan ditemukan gula asal India. Di samping itu, pasokan gula hingga kini masih cukup lancar kepada sejumlah pedagang di Batam.

Sebelumnya, permasalahan gula impor cukup hangat diberitakan di Batam pada 20 Juli lalu. Saat itu, Komisi III DPRD Provinsi Kepri melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah pasar di Batam, dan menemukan gula impor yang diduga kuat ilegal ke Batam. Sayangnya, temuan dan pemberitaan heboh di media massa tersebut tidak mendapat tanggapan dari penegak hukum. Sehingga gula impor masih beredar hingga kini. (tim HK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar