Keberhasilan Kota Batam saat ini didapat dengan sangat susah
payah. Otorita Batam dulunya sempat diragukan kapabilitasnya untuk
mengelola Batam tetapi kini semua terjawab sudah dengan terciptanya Kota
Batam sebagai kota Industri dan tujuan investasi yang banyak diminati
investor. Di ulang tahunnya yang ke 41, BP Batam yakin akan menjadikan
Batam sebagai kawasan investasi terbaik di Asia Pasifik
Tahun 1971 silam adalah hari bersejarah bagi otorita Batam, kini berubah nama menjadi Badan Pengusahaan (BP) Batam. Perjalanan panjang selama lima dekade BP Batam ini dimulai dengan keluarnya Keppres No.65/1970 ketika Ibnu Sutowo selaku dirut Pertamina saat itu diperintahkan untuk mendirikan basis operasi dan logistic Pertamina di Batam.
Kemudian, pada 26 Oktober 1971 keluar Keppres No.74/1971 yang menetapkan Batuampar sebagai daerah industri berstatus entreport partikulir, sekaligus pembentukan Badan Pimpinan Daerah Industri Pulau Batam yang bertugas merencanakan dan mengembangkan pembangunan industri dan prasarananya, menampung, dan meneliti permohonan izin usaha untuk diajukan ke pejabat terkait, dan mengawasi proyek industri.
Selanjutnya keluarlah Kepres No. 41 tahun 1973 tentang lembaga pemerintah yang bernama Otorita Pengembangan Industri Pulau Batam atau sekarang .Dalam rangka melaksanakan visi dan misi untuk mengembangkan Batam, maka dibangun berbagai insfrastruktur modern yang berstandar internasional serta berbagai fasilitas lainnya, sehingga diharapkan mampu bersaing dengan kawasan serupa di Asia Pasifik.
Hal ini diceritakan sangat detail oleh kepala BP Batam Mustofa Widjaya saat menghadiri acara hari bakti 41 tahun BP Batam yang di gelar di gedung BP, Batam , Senin (29/10). Mustofa mengatakan perjuangan berat dirasakan pimpinan dan semua karyawan Otorita Batam atau BP Batam untuk memajukan Batam.
“Tidak mudah untuk mengembangkan Batam hingga seperti sekarang ini, tetapi ini akan tetap kita lanjutkan,” kata Mustofa.
Mustofa mengatakan, awal terbentuknya Otorita Batam, di dekade pertama antara tahun 1771-1981, tantang berat di hadapi Otorita Batam. Saat itu pembangunan yang signifikan di Batam hanyalah Dam Baloi dan Dam Nongsa. Saat itu kesulitan dalam bidang SDM juga sangat terasa karena minimnya SDM di Kota Batam. Perusahaan saat itu hanyalah berada di Batu Ampar dengan segala keterbatasan infrastruktur.
Memasuki dekade II eranya Habibie, pengembangan Batam sebagai kawasan industri terus meningkat. “Saat itu terbentuk kawasan industri di Sei Harapan, Sekupang. Tetapi masih dengan infrastruktur dan angkutan yang sangat terbatas, terutama SDMnya.”terang Mustafa.
Pertengahan dekade kedua ini, Batam semakin menggeliat. Dua kawasan industri baru ada di Batam yakni kawasan Industri Batamindo dan juga kawasan Kabil Industrial Estate, tetapi saat itu jumlah perusahaan yang masuk masih sangat minim.
Di akhir dekade kedua ini, pelan-pelan Kota Batam mulai menggeliat dengan adanya sarana listrik, jalan raya yang terbatas dan air minum. Jumlah penduduk Batam saat itu hanya sekitar 100 ribu orang. Di saat yang sama juga Otorita Batam (sekarang BP Batam,red) sedang gencar-gencarnya mempromosikan Batam ke luar negeri.
Saat itu, saat Mustofa Wijaya belum menjabat sebagai kepala BP Batam ia sudah ikut mempromosikan Batam ke luar negeri. Dalam memberikan presentase dihadapan para investor asing, ia selalu takut jika sewaktu-waktu ditanyakan masalah infrastruktur di Batam.Saat itu Batam gencar mempromosikan Batam sebagai kawasan Industri
“Pernah saya mengadakan presentasi di Tokyo, Jepang. Saya saat itu takut, kalau ditanya masalah infrastruktur. Tetapi yang ditanya masalah SDM di Batam. Mereka bertanya, bagaimana mungkin Batam bisa menjadi kawasan Industri, sedangkan penduduknya saja 100 ribu jiwa. Tetapi saya menjawab, bahwa Batam adalah negara Indonesia dan semua warga di Indonesia bisa bekerja di Batam,” kata Mustofa.
Dekade kedua ini adalah masa yang sulit bagi para pengusaha dan kontraktor. Banyak pengusaha yang kekurangan tenaga kerja, bahkan ada pengusaha yang sifatnya memonopoli pekerja. Tetapi pelan-pelang para pencari kerja semakin banyak ke Batam dari seluruh penjuru Indonesia.
Memasuki dekade tiga 1991-2001 Otorita Batam mampu melewati masa reformasi. Saat itu terjadi perubahan drastis dalam tatanan politik, ekonomi, dan hukum di Indonesia. Bahkan saat itu UUD 1945 sampai diamandemen hingga empat kali. Saat itu Kawasan Batam mulai dievaluasi, otonomi daerah mulai dihembuskan. “Itu semua dilewati karena SDM Batam yang sudah semakin berkembang,” kata Mustofa.
Memasuki dekade keempat, geliat Batam sebagai kawasan Industri semakin terasa. Ribuan perusahaan sudah masuk ke Batam. Sedikitnya ada sekitar 40 kawasan industri yang saat ini sudah terbentuk di Batam. Saat ini jugalah perubahan nama dari Otorita Batam ke BP Batam. Jika dulunya hanya ada kawasan industri Sei Harapan, Batuampar, Batamindo dan Kabil. Saat ini hampir di semua penjuru kota Batam sudah ditemukan kawasan industri.
“Kawasan industri saat ini sudah ada di mana-mana, ini juga sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat lokal di Batam. Dan saat ini Batam sudah terkenal di berbagai negara asing,” kata Mustofa.
Dan memasuki dekade kelima ini, BP Batam sudah merencanakan beberapa pembangunan yang akan menunjang perekonomian nasional dan masyarakat Batam di antaranya pembangunan Jembatan Batam-Bintan, pengembangan Tanjung Sauh, pembangunan rel kereta api di Batam, pembangunan jalan tol di Batam dan juga pengembangan sejumlah pulau di Batam. (ian) (98)
Tahun 1971 silam adalah hari bersejarah bagi otorita Batam, kini berubah nama menjadi Badan Pengusahaan (BP) Batam. Perjalanan panjang selama lima dekade BP Batam ini dimulai dengan keluarnya Keppres No.65/1970 ketika Ibnu Sutowo selaku dirut Pertamina saat itu diperintahkan untuk mendirikan basis operasi dan logistic Pertamina di Batam.
Kemudian, pada 26 Oktober 1971 keluar Keppres No.74/1971 yang menetapkan Batuampar sebagai daerah industri berstatus entreport partikulir, sekaligus pembentukan Badan Pimpinan Daerah Industri Pulau Batam yang bertugas merencanakan dan mengembangkan pembangunan industri dan prasarananya, menampung, dan meneliti permohonan izin usaha untuk diajukan ke pejabat terkait, dan mengawasi proyek industri.
Selanjutnya keluarlah Kepres No. 41 tahun 1973 tentang lembaga pemerintah yang bernama Otorita Pengembangan Industri Pulau Batam atau sekarang .Dalam rangka melaksanakan visi dan misi untuk mengembangkan Batam, maka dibangun berbagai insfrastruktur modern yang berstandar internasional serta berbagai fasilitas lainnya, sehingga diharapkan mampu bersaing dengan kawasan serupa di Asia Pasifik.
Hal ini diceritakan sangat detail oleh kepala BP Batam Mustofa Widjaya saat menghadiri acara hari bakti 41 tahun BP Batam yang di gelar di gedung BP, Batam , Senin (29/10). Mustofa mengatakan perjuangan berat dirasakan pimpinan dan semua karyawan Otorita Batam atau BP Batam untuk memajukan Batam.
“Tidak mudah untuk mengembangkan Batam hingga seperti sekarang ini, tetapi ini akan tetap kita lanjutkan,” kata Mustofa.
Mustofa mengatakan, awal terbentuknya Otorita Batam, di dekade pertama antara tahun 1771-1981, tantang berat di hadapi Otorita Batam. Saat itu pembangunan yang signifikan di Batam hanyalah Dam Baloi dan Dam Nongsa. Saat itu kesulitan dalam bidang SDM juga sangat terasa karena minimnya SDM di Kota Batam. Perusahaan saat itu hanyalah berada di Batu Ampar dengan segala keterbatasan infrastruktur.
Memasuki dekade II eranya Habibie, pengembangan Batam sebagai kawasan industri terus meningkat. “Saat itu terbentuk kawasan industri di Sei Harapan, Sekupang. Tetapi masih dengan infrastruktur dan angkutan yang sangat terbatas, terutama SDMnya.”terang Mustafa.
Pertengahan dekade kedua ini, Batam semakin menggeliat. Dua kawasan industri baru ada di Batam yakni kawasan Industri Batamindo dan juga kawasan Kabil Industrial Estate, tetapi saat itu jumlah perusahaan yang masuk masih sangat minim.
Di akhir dekade kedua ini, pelan-pelan Kota Batam mulai menggeliat dengan adanya sarana listrik, jalan raya yang terbatas dan air minum. Jumlah penduduk Batam saat itu hanya sekitar 100 ribu orang. Di saat yang sama juga Otorita Batam (sekarang BP Batam,red) sedang gencar-gencarnya mempromosikan Batam ke luar negeri.
Saat itu, saat Mustofa Wijaya belum menjabat sebagai kepala BP Batam ia sudah ikut mempromosikan Batam ke luar negeri. Dalam memberikan presentase dihadapan para investor asing, ia selalu takut jika sewaktu-waktu ditanyakan masalah infrastruktur di Batam.Saat itu Batam gencar mempromosikan Batam sebagai kawasan Industri
“Pernah saya mengadakan presentasi di Tokyo, Jepang. Saya saat itu takut, kalau ditanya masalah infrastruktur. Tetapi yang ditanya masalah SDM di Batam. Mereka bertanya, bagaimana mungkin Batam bisa menjadi kawasan Industri, sedangkan penduduknya saja 100 ribu jiwa. Tetapi saya menjawab, bahwa Batam adalah negara Indonesia dan semua warga di Indonesia bisa bekerja di Batam,” kata Mustofa.
Dekade kedua ini adalah masa yang sulit bagi para pengusaha dan kontraktor. Banyak pengusaha yang kekurangan tenaga kerja, bahkan ada pengusaha yang sifatnya memonopoli pekerja. Tetapi pelan-pelang para pencari kerja semakin banyak ke Batam dari seluruh penjuru Indonesia.
Memasuki dekade tiga 1991-2001 Otorita Batam mampu melewati masa reformasi. Saat itu terjadi perubahan drastis dalam tatanan politik, ekonomi, dan hukum di Indonesia. Bahkan saat itu UUD 1945 sampai diamandemen hingga empat kali. Saat itu Kawasan Batam mulai dievaluasi, otonomi daerah mulai dihembuskan. “Itu semua dilewati karena SDM Batam yang sudah semakin berkembang,” kata Mustofa.
Memasuki dekade keempat, geliat Batam sebagai kawasan Industri semakin terasa. Ribuan perusahaan sudah masuk ke Batam. Sedikitnya ada sekitar 40 kawasan industri yang saat ini sudah terbentuk di Batam. Saat ini jugalah perubahan nama dari Otorita Batam ke BP Batam. Jika dulunya hanya ada kawasan industri Sei Harapan, Batuampar, Batamindo dan Kabil. Saat ini hampir di semua penjuru kota Batam sudah ditemukan kawasan industri.
“Kawasan industri saat ini sudah ada di mana-mana, ini juga sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat lokal di Batam. Dan saat ini Batam sudah terkenal di berbagai negara asing,” kata Mustofa.
Dan memasuki dekade kelima ini, BP Batam sudah merencanakan beberapa pembangunan yang akan menunjang perekonomian nasional dan masyarakat Batam di antaranya pembangunan Jembatan Batam-Bintan, pengembangan Tanjung Sauh, pembangunan rel kereta api di Batam, pembangunan jalan tol di Batam dan juga pengembangan sejumlah pulau di Batam. (ian) (98)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar