BATAM-– Malaysia dan Singapura jangan hanya protes soal asap saja kepada Indonesia. Tetapi Indonesia, juga melancarkan protes sampah laut kedua negara itu yang bertebaran ke perairan Indonesia dan membikin laut Indonesia tercemar.
Protes itu disampaikan Menteri Negara Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Senin (12/3) kemarin di Batam saat meninjau kawasan industri Batamindo di Mukakuning.
Kedua negara itu diminta oleh Meneg LH untuk mengendalikann sampah di laut agar tidak bertebaran sampai mencemari lautan Indonesia.
Kambuaya mengatakan, sampah dari laut kedua negara diduga mencemari perairan Kepulauan Riau. ”Saya mendapat masukan soal itu (sampah laut). Ini harus diangkat juga, jangan mereka saja yang protes,” ujarnya.
Perwakilan Singapura dan Malaysia kerap memprotes Indonesia soal asap dari kebakaran hutan. Karena itu, Kambuaya meminta mereka adil dengan mengendalikan limbah yang dibuang di laut.
Warga Batam banyak mengeluhkan sampah dari arah utara. Di utara Batam, hanya ada Singapura dan Malaysia.
Sementara itu kepada pers di sela-sela kunjungan di Batam, Kambuaya juga memperingatkan kalangan industri galangan kapal (shipyard) di Batam untuk tidak lagi menggunakan pasir silica untuk sand blasting.
Keluhan sudah disampaikan warga sekitar galangan kapal bahwa akibat penggunaan pasir silica itu telah membuat warga jadi sesak nafas. Karena itu sejak November 2011 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) sudah melarang penggunaan pasir silica. Tapi kenyataan di lapangan, sejumlah masyarakat menemukan adanya sejumlah galangan kapal yang memakai bahan tersebut untuk sand blasting.
Menteri Balthasar Kambuaya meminta agar seluruh shipyard yang ada di Batam, tidak lagi menggunakan pasir silica untuk sand blasting, tetapi menggunakan bahan lain yang ramah lingkungan sebagaimana anjuran dari kementerian lingkungan hidup (KLH) melalui semua Badan Lingkungan Hidup Daerah.
Untuk itu, ia meminta agar Bapedalda Kota Batam dapat memberikan tindakan tegas terhadap para pelaku usaha shipyard yang membandel dengan masih menggunakan bahan silica untuk sand blasting. Bahkan kalau perlu dilaporkan ke penyidik kepolisian jika sudah diberikan teguran tapi tetap saja membandel.
"Kita akan berikan tindakan tegas, kalau perlu yang membandel itu akan kita laporkan ke pihak penyidik kepolisian," ujar Balthasar Kambuaya.
Menurutnya, sekarang tidak boleh lagi ada perusahaan yang mengenyampingkan kelestarian lingkungan hidup demi untuk mengejar profit semata, tetapi perusahaan harus tumbuh beriringan dengan lingkungan hidup yang hijau.
"Kita ingin jangan hanya jargon kota industri, FTZ atau kota Pariwisata. Tetapi kita ingin Batam punya upaya untuk menciptakan green city, clean city dan sustanable city," ujarnya.
Untuk itu, ia meminta agar Bapedal Kota Batam serius dalam mengawasi keberadaan industri yang ada di Batam, khususnya industri yang dicurigai menggunakan bahan silica untuk pelaksanaan sand blasting selama ini.
Kepala Bapedal Kota Batam, Dendy Purnomo yang mendampingin Menteri LH, mengatakan bahwa pihaknya sudah mengeluarkan surat edaran pelarangan penggunaan bahan silica untuk sand blasting bagi shipyard, dan itu sudah dilakukan sejak November 2011 lalu. Dan hasilnya sudah kelihatan, dimana dari 36 perusahaan yang ditemukan menggunakan bahan tidak ramah lingkungan tersebut, sekarang ini jumlahnya sudah berkurang yang hanya tersisa belasan.
"Sejak November tahun lalu, kita sudah keluarkan edaran pelarangan penggunaan silica, dan sekarang sudah berkurang dan tinggal belasan saja," tegas Dendy.
Selain memberikan himbauan, kata Dendy, pihaknya juga sudah memberikan laporan kepada polisi untuk menyelidiki adanya sejumlah shipyard yang membandel dengan tetap menggunakan bahan silica untuk sand blasting.
Menurutnya, belasan perusahaan shipyard yang membandel tersebut, adalah perusahan galangan kapal yang sudah terlanjur membeli stok bahan silica dalam jumlah banyak, sehingga mereka meminta waktu untuk menghabiskan stok yang ada agar mereka tidak mengalami kerugian.
"Rata-rata yang masih pakai, adalah perusahaan yang masih memiliki stok, dan dia meminta kelonggaran hingga habisnya stok mereka," katanya.
Selain mengunjungi langsung kawasan industri Batamindo dan Panbil, rombongan menteri juga meninjau pengelolaan lingkungan hidup di kawasan galangan kapal Tanjung Uncang Batam awalnya dengan pantauan dari udara menggunakan helikopter bersama Kepala BP Kawasan Batam Mustofa Widjaja. Kemudian dilanjutkan dengan pemantauan lansung ke galangan kapal dengan menggunakan kapal fery yang didampingi oleh Kepala BP Batam, Kepala Bapedal Kota Batam, Kepala BC Kota Batam dan Pemilik Kawasan Indutri Batamindo. (cw55)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar