Batam (ANTARA Kepri) - Badan Pengusahaan Batam, Kepulauan Riau, akan fokus membangun rumah susun sederhana sewa bagi pekerja di Kawasan Industri Kabil, Tanjunguncang dan Mukakuning.
"Tiga wilayah tersebut merupakan pusat perkembangan industri Batam, jadi kami akan fokus membangun rumah susun sebagai hunian yang nyaman bagi pekerja di sana," kata Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Humas Badan Pengusahaan (BP) Batam, Dwi Djoko Wiwoho di Batam, Selasa.

Ia mengatakan, rumah susun sederhana sewa (rusunawa) pekerja merupakan salah satu solusi mengatasi masalah hunian tak berizin yang menjamur di Batam.

"Rusunawa lebih nyaman dibandingkan rumah tidak berizin karena dilengkapi berbagai fasilitas seperti listrik, air, gas, dan area sosialisasi. Harganya juga sangat terjangkau," kata dia.

Harga sewa yang ditetapkan yaitu Rp115.000 per orang per bulan untuk kamar di lantai satu, Rp105.000 lantai dua, Rp95.000 lantai tiga, dan Rp85.000 lantai empat. Dalam satu unit rusun diisi empat orang.

"Tarif termasuk pembayaran PBB, premi asuran kebakaran, dan premi asuransi kecelakaan diri penghuni di lingkungan rusun. Tetapi belum termasuk biaya listrik, air, dan gas," kata Djoko.

Djoko mengatakan, sampai dengan Desember 2011 telah berdiri 55 blok kembar rusunawa di Batam, sebanyak 21 dikelola oleh BP Batam, 19 dikelola Pemkot Batam, 10 dikelola Jamsostek, dan lima dikelola Perumnas.

"Hampir semua rusunawa terisi penuh. Yang dikelola BP Batam hanya di kawasan Kabil yang belum penuh, karena masih baru," kata Djoko.

Rusunawa BIDA (nama rusun dikelola BP Batam) Kabil berdiri di lahan seluas tiga hektare, terdiri dari tiga blok kembar tipe 27 dengan total kamar 240 unit yang mulai operasi 2010 dan ditambah dua twin blok 160 unit mencakup 160 unit kamar tipe 27.

Selain BIDA Kabil, BP Batam juga mengelola rusun BIDA Sekupang, BIDA Ampar, dan BIDA Mukakuning.

Kepala Dinas Tata Kota Batam, Gintoyono Batong mengatakan pada 2012 ada empat blok rusunawa kembar yang dibangun di Tanjunguncang.

"Sebenarnya dari pusat ada enam yang dialokasikan untuk Batam. Namun karena lahannya terbatas, akhirnya empat yang dibangun," kata dia.

(KR-LNO/A013)