Batam (ANTARA Kepri) - Hampir seluruh lahan yang diperuntukkan bagi perusahaan galangan kapal di Batam sudah teralokasi, kata Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Humas Badan Pengusahaan Batam, Dwi Djoko Wiwoho, Sabtu.

Ia mengatakan, saat ini ada 30 perusahaan di kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas Batam yang memiliki lahan untuk galangan kapal. Sementara jumlah galangan kapal yang ada di Batam sudah mencapai lebih dari 70 perusahaan.

"Karena lahannya sudah tidak ada, sebagian investor menyewa lahan pada perusahaan galangan kapal yang sudah ada. Jadi walaupun hanya 30 yang memiliki lahan, namun jumlah perusahaan galangan kapal jauh lebih banyak," kata Djoko.

Sebagai alternatif, kata dia, jika ada investor yang ingin membangun galangan kapal disarankan ke Tanjung Balai Karimun yang masih memiliki lahan luas.

"Lahan di Batam sudah tidak ada, kecuali mereka menyewa lahan perusahaan galangan kapal lain. Kalau ada investor, kami akan coba arahkan ke Tanjung Balai Karimun yang masih memiliki lahan luas," kata dia di Batam, Kepualaun Riau, Sabtu.

Ia mengatakan, laut di Karimun yang cukup dalam cocok untuk galangan kapal daripada wilayah lain di Kepulauan Riau.

"Sebenarnya di Pulau Bintan di seberang juga cocok, namun wilayah tersebut oleh pemerintah setempat lebih diperuntukkan untuk wisata," kata dia.

Sebelumnya, Badan Pengusahaan Kawasan Bebas Karimun, Kepulauan Riau, berencana membangun infrastruktur pelabuhan bongkar muat baru pengganti Pelabuhan Parit Rampak di dekat PT Saipem Indonesia seluas 19 hektare sebagai penunjang kemajuan kawasan.

"Pelabuhan Parit Rampak masih belum memadai untuk menopang aktivitas industri kawasan bebas (FTZ) Karimun. Untuk menunjang kemajuan, kami berencana membangun pelabuhan baru di sekitar PT Saipem Indonesia," kata Kepala Bidang Pemasaran Badan Pengusahaan (BP) Karimun Nuzul Akbar di Batam.

Ia mengatakan, fasilitas pelabuhan Parit Rampak saat ini tidak mungkin menaikkan alat berat bertonase lebih dari 2,5 ton dan tidak bisa lagi menunjang kegiatan industri kawasan bebas.

Penyebab lain tidak optimalnya pengunaan pelabuhan karena rata-rata barang yang diimpor oleh investor di kawasan bebas Karimun menggunakan kontainer berukuran 40 feet.

(KR-LNO/A023)