Selasa, 13 August 2013 ( sumber : Haluan Kepri )
NONGSA (HK) - Manajemen Bandara Internasional Hang Nadim Batam
teryata tidak pernah menyisih sebagian keuntungannya kepada warga
sekitar dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Alasannya,
bandara Hang Nadim Batam masuk dalam UPT BP Batam.
" Pengelola Bandara Hang Nadim Batam tidak pernah memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar yaitu Kampung Jabi dan Kampung Melayu. Kondisi itu sudah berlangsung sejak bandara tersebut berdiri pertama kali yakni tahun 1985.
Padahal, program CSR sesuai amanat Undang Undang No. 40 Tahun 2007.," ujar Ketua RW 04 Kampung Jabi, Aminuddin, kemarin.
Dia menceritakan, pada awal pembangaunan Bandara Hang Nadim tahun 1980 masyarakat sekitar banyak yang direkrut bekerja. Namun setelah bandara tersebut beroperasi tidak ada lagi masyarakat setempat yang dipekerjakan di sana.
" Sekarang jangankan bekerja di sana, program CSR nya saja tidak pernah kami rasakan. Padahal, lahan yang digunakan merupakan lahan nenek moyang kami. Dan masyarakat sudah ada disini sebelum bandara dibangun,"terangnya.
Menurut dia, seharusnya pengelola bandara memperhatikan masyarakat sekitarnya. Karena sejak bandara berdiri masyarakat sudah cukup bertoleransi dengan hadirnya bandara. Suara keras dari mesin pesawat yang ingin mendarat atau pun berangkat cukup menganggu masyarakat sekitar yang mau istirahat atau pun shalat Jumat.
" Kampung Jabi memiliki jarak yang sangat dekat dengan bandara. Sehingga ketika hujan turun kawasan kami kerap kebanjiran karena mendapatkan kiriman luapan air dari bandara," katanya.
Kemudian, lanjut dia, pihak bandara juga tidak pernah membantu warga setiap melakukan perayaan hari-hari besar seperti 17 Agustus. Padahal, proposal yang sudah diketahui perangkat RT/RW sudah berkali-kali diajukan. Tapi sampai detik ini tidak pernah ditanggapi pihak bandara.
" Kami dari warga sekitar tidak ingin menghambat pertumbuhan dan aktifitas bandara dan apa lagi bandara itu jalur Internasional. Tapi kalau pengelola bandara tidak juga memperhatikan masyarakat, kami ( warga Kampung Jabi dan Kampung Melayu-red) akan melakukan demo besar-besaran ke bandara," tegasnya.
Kabag Umum dan Keuangan Bandara Internasional Hang Nadim Batam Suwarso yang dikonfirmasi soal CSR yang dikeluhkan warga mengatakan Bandara Hang Nadim salah satu UPT dari BP Batam. Terkait soal CSR, hal itu merupakan kewenangan BP Batam yang memberikan bukan dari Bandara.
" Memang bandara tidak mempunyai program yang menyentuh masyarakat sekitar bandara. Kami sarankan agar dapat langsung berkoordinasi dengan BP Batam," ungkapnya. (jua)
" Pengelola Bandara Hang Nadim Batam tidak pernah memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar yaitu Kampung Jabi dan Kampung Melayu. Kondisi itu sudah berlangsung sejak bandara tersebut berdiri pertama kali yakni tahun 1985.
Padahal, program CSR sesuai amanat Undang Undang No. 40 Tahun 2007.," ujar Ketua RW 04 Kampung Jabi, Aminuddin, kemarin.
Dia menceritakan, pada awal pembangaunan Bandara Hang Nadim tahun 1980 masyarakat sekitar banyak yang direkrut bekerja. Namun setelah bandara tersebut beroperasi tidak ada lagi masyarakat setempat yang dipekerjakan di sana.
" Sekarang jangankan bekerja di sana, program CSR nya saja tidak pernah kami rasakan. Padahal, lahan yang digunakan merupakan lahan nenek moyang kami. Dan masyarakat sudah ada disini sebelum bandara dibangun,"terangnya.
Menurut dia, seharusnya pengelola bandara memperhatikan masyarakat sekitarnya. Karena sejak bandara berdiri masyarakat sudah cukup bertoleransi dengan hadirnya bandara. Suara keras dari mesin pesawat yang ingin mendarat atau pun berangkat cukup menganggu masyarakat sekitar yang mau istirahat atau pun shalat Jumat.
" Kampung Jabi memiliki jarak yang sangat dekat dengan bandara. Sehingga ketika hujan turun kawasan kami kerap kebanjiran karena mendapatkan kiriman luapan air dari bandara," katanya.
Kemudian, lanjut dia, pihak bandara juga tidak pernah membantu warga setiap melakukan perayaan hari-hari besar seperti 17 Agustus. Padahal, proposal yang sudah diketahui perangkat RT/RW sudah berkali-kali diajukan. Tapi sampai detik ini tidak pernah ditanggapi pihak bandara.
" Kami dari warga sekitar tidak ingin menghambat pertumbuhan dan aktifitas bandara dan apa lagi bandara itu jalur Internasional. Tapi kalau pengelola bandara tidak juga memperhatikan masyarakat, kami ( warga Kampung Jabi dan Kampung Melayu-red) akan melakukan demo besar-besaran ke bandara," tegasnya.
Kabag Umum dan Keuangan Bandara Internasional Hang Nadim Batam Suwarso yang dikonfirmasi soal CSR yang dikeluhkan warga mengatakan Bandara Hang Nadim salah satu UPT dari BP Batam. Terkait soal CSR, hal itu merupakan kewenangan BP Batam yang memberikan bukan dari Bandara.
" Memang bandara tidak mempunyai program yang menyentuh masyarakat sekitar bandara. Kami sarankan agar dapat langsung berkoordinasi dengan BP Batam," ungkapnya. (jua)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar