Info Barelang

KUMPULAN BERITA BP BATAM YANG DIHIMPUN OLEH BIRO HUMAS, PROMOSI, DAN PROTOKOL

Jumat, 02 Agustus 2013

Genset Bandara Diduga Bekas

KURANG DAYA: Di saat listrik mati, pengelola Bandara Hang Nadim kekurangan daya meski sudah ada 5 unit genset di sana. F-dok/TANJUNGPINANG POS
KURANG DAYA: Di saat listrik mati, pengelola Bandara Hang Nadim kekurangan daya meski sudah ada 5 unit genset di sana.
F-dok/TANJUNGPINANG POS

Baru Setahun Dibeli, Sudah Sering Rusak
 
Batam – Genset yang baru dibeli dengan anggaran 2012 lalu di Bandara Hang Nadim yang dikelola Badan Pengusahaan (BP) Batam, diduga mesin bekas. Selain catnya yang tidak rapi seperti dicat ulang, kondisi mesin juga memperihatinkan dan langsung rusak saat baru digunakan.

Padahal genset yang berkapasitas 750 KPA itu baru berusia setahun dipakai.Kabag Umum Bandara Hang Nadim Batam, Suwarso, mengakui kalau genset tersebut baru dibeli pada 2012 lalu. Hanya saja Suwarso menampik kalau kerusakan itu terjadi karena kualitas genset.

“Yang rusak itu alat transfer daya dari PLN ke genset. Setelah diperbaiki, ternyata bagus kembali,” kilah Suwarso tanpa menjawab genset itu baru atau sudah bekas saat dibeli.

Informasi yang diperoleh, genset itu tampilannya memang baru. Tapi isinya diduga barang bekas. Rusaknya genset yang baru dibeli ini, membuat Bandara Hang Nadim selalu kewalahan saat adanya pemadaman listrik dari PLN Batam. Saat ini Bandara Hang Nadim memiliki 4 genset. Hanya saja tiga genset lainnya kapasitasnya sangat kecil masing-masing di bawah 200 KVA.

Tentu kedatangan genset baru dengan daya 750 KVA itu awalnya diharapkan bisa menyelesaikan masalah listrik di Bandara Hang Nadim. Nyatanya, setelah mendapatkan genset tersebut masalah listrik di Bandara Hang Nadim tidak juga terselesaikan saat PLN mati.

Setiap PLN Padam, pihak pengelola Bandara Hang Nadim terpaksa irit listrik. Sejumlah AC di lokasi tertentu tidak dinyalakan hingga membuat pengguna jasa Bandara Hang Nadim kegerahan saat mati lampu.
Bahkan saat Komisi III DPRD Kota Batam sidak beberapa waktu lalu, kepala Bandara Hang Nadim Suprastyo mengelak mengakui kalau genset yang mereka beli bermasalah. ”Hanya pembagi arus dari disel ke PLN yang tidak berfungsi,” kata Suprasetyo.

Ketika ditanya kapasitas daya yang mampu diproduksi genset yang dimiliki, Prasetyo mengaku Bandara Hang Nadim membutuhkan sekitar 3 MW. Namun jika PLN mati, genset yang ada hanya mampu memproduksi daya sekitar 50 persen dari total kebutuhan.

Tentu saja jawaban kepala bandara ini tidak berimbang dengan jumlah genset yang mereka miliki. Informasi yang berhasil dihimpun, Bandara Hang Nadim saat ini memiliki 5 mesin genset, dua unit diantaranya masing-masing berkapasitas 750 KVA, dan tiga lainnya masing-masing berkapasitas di bawah 300 KVA.

Artinya jika dua unit genset 750 KVA saja yang berfungsi sudah memenuhi separuh kebutuhan listrik bandara, belum termasuk daya yang dihasilkan tiga unit genset lainnya.

Daya Genset Tak Mencukupi

Informasi yang berhasil dihimpun, pengadaan genset ini dilakukan pada 2012 lalu. Saat itu, pihak Bandara Hang Nadim mencari mesin genset ke Singapura.

”Ketika membeli genset tersebut, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mereka memanggil konsultan untuk memeriksa genset yang dibeli. Hanya saja, saat konsultan datang, mesin itu sudah di-packing rapi dan siap untuk diangkut ke Batam, hingga saat itu pihak konsultannya yang juga oknum petugas bandara menandatangani pemeriksaan genset itu di hotel yang ada di Singapura. Jadi, konsultannya hanya melihat bentuk fisik dari luar saja. Lalu berkasnya ditandatangani di hotel dan genset itu langsung dibawa ke Batam,” sebut sumber yang enggan ditulis namanya, kemarin.

Logikanya, sambung sumber itu, kalau mesin itu baru tentu ada garansinya dan setiap rusak teknisi penjual akan datang untuk memperbaiki. Namun, itu hanya berlaku untuk genset baru. Masalahnya yang dibeli ini genset bekas yang tentu tidak ada garansinya. “Ini akibat setiap proyek hanya dikuasai oleh pegawai tertentu,” bebernya.

Beberapa bulan lalu, sejumlah pegawai Bandara Hang Nadim sempat memprotes ke Kepala Bandara saat dipimpin oleh Hendro Harijono tentang pengadaan proyek yang selalu dipercayakan kepada pegawai yang dekat dengan pimpinan saja. (ZAKMI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar